Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 15 April 2021

Komitmen Sektor Kesehatan Nol Emisi

Peta jalan sektor kesehatan menuju nol emisi 2050. Bisa jadi disinsentif bagi industri energi kotor.

Suasana ruang operasi di rumah sakit yang memakai teknologi tinggi sehingga membutuhkan energi banyak yang menghasilkan emisi karbon (Foto: Pixabay)

MAKIN banyak sektor yang menyadari dampak buruk krisis iklim sehingga terdorong dalam gerakan bersama mencegahnya. Sektor kesehatan termasuk yang terdepan dalam janji nol emisi karbon pada 2050, sesuai Perjanjian Paris 2015.

Health Care without Harm, bekerja sama dengan Arup, lembaga konsultan, meluncurkan “Peta Jalan Dekarbonisasi Sektor Kesehatan: Panduan Mencapai Nol Emisi dengan Ketahanan Iklim dan Keadilan Akses Kesehatan” pada 14 April 2021. Ada tiga jalan mencapainya: dekarbonisasi dalam praktik perawatan, dekarbonisasi dalam rantai pasok alat kesehatan, dan mendorong dekarbonisasi di masyarakat.

Janji-janji ini menyenangkan mengingat dua peran sektor kesehatan dalam ketahanan iklim: produsen emisi sekaligus garda depan mencegah dampaknya. Krisis iklim melahirkan mata rantai penyakit dan gangguan kesehatan masyarakat. Polusi asap batu bara membunuh 10,2 juta orang setahun, pelbagai dampak krisis iklim membuat kesehatan menurun, bahkan krisis iklim melahirkan pandemi.

Seperti juga sektor-sektor lain yang memakai teknologi dan energi dalam jumlah besar, sektor kesehatan menjadi penyumbang gas rumah kaca tak sedikit. Menurut laporan peta jalan itu, layanan kesehatan menyumbang 4,4% emisi karbon global per tahun. Jika sebuah negara, sektor kesehatan menempati urutan kelima sebagai penyumbang terbesar dalam jejak karbon di atmosfer.

Dari mana emisi sektor kesehatan? Sebanyak 84% emisi sektor ini berasal dari penggunaan bahan bakar fosil di seluruh operasi fasilitas, rantai pasokan, dan ekonomi yang lebih luas. Penggunaan ini mencakup batu bara, minyak, dan gas yang dipakai seluruh rumah sakit, perjalanan terkait perawatan kesehatan, serta pembuatan dan pengangkutan produk kesehatan.

“Kami mengalami darurat iklim dan kesehatan secara bersamaan, termasuk peningkatan penyakit pernapasan akibat polusi bahan bakar fosil dan kebakaran hutan. Perawatan kesehatan menanggung beban dari kedua krisis ini,” kata Josh Karliner, Direktur Program Internasional dan penulis laporan peta jalan seperti termuat dalam rilis 14 April 2021.

Dari tiga jalan utama dekarbonisasi, peta jalan ini memecahnya lebih teknis ke dalam tujuh cara berdampak tinggi mengurangi emisi. Dari pemakaian sumber energi bersih untuk alat kesehatan, investasi pembelian alat kesehatan yang rendah karbon, memilih transportasi rendah emisi, memberikan insentif kepada produsen obat dan alat kesehatan rendah karbon, mencegah sampah medis, dan menciptakan sistem yang efektif dalam seluruh mata rantai sektor kesehatan.

Jika tiga jalan dan tujuh cara ini bisa diterapkan oleh seluruh rumah sakit, dipahami dan dipraktikkan oleh 10 juta dokter dan tenaga kesehatan, serta produsen obat dan alat kesehatan, dampaknya akan besar dan mempercepat komitmen nol emisi 2050. Sektor kesehatan akan menciptakan permintaan tinggi akan energi bersih sekaligus mendorong energi bersih menjadi lebih bergairah.

Di Indonesia, energi bersih belum menjadi program utama pemerintah. Undang-Undang Cipta Kerja malah mendorong pemakaian batu bara yang kian masif, dengan insentif dan fasilitas kemudahan perizinan bisnis. Industri energi baru dan terbarukan tak mendapatkan kemewahan serupa energi fosil.

Kebijakan sektor kesehatan yang mencoba rendah karbon bahkan nol emisi akan mendorong industri energi baru terbarukan memasok sumber listriknya. Janji sektor kesehatan akan menjadi insentif nonpemerintah yang kuat bagi industri energi bersih. Artinya, listrik dari batu bara pelan-pelan ditolak dan dikurangi hingga nol pada 2050.

Maka perlu kontrol yang ketat agar janji dalam peta jalan ini benar-benar terwujud. Dunia membutuhkan kerja sama global dalam mencegah suhu bumi naik 1,50 Celsius pada 2050 dibanding masa praindustri 1850. Hingga tahun lalu, suhu telah naik 1,1C. Artinya, dunia tak sedang menuju jalan yang benar dalam mencapai target itu.

Tanpa komitmen global, produksi emisi diperkirakan mencapai 64 miliar ton pada 2050. Sehingga kenaikan suhu diprediksi mencapai 3-4 bahkan 5C. Jika keadaan itu terjadi, dunia tak akan bisa menanggungkan pelbagai bentuk bencananya: kekeringan, banjir, rob, topan, badai, suhu ekstrem.

Tak seperti sebuah negara yang bisa memaksa penduduk memakai kebijakan, sektor kesehatan bisa memainkan peran disinsentif kepada kebijakan negara yang tak sejalan dengan peta jalan nol emisi. Menurunkan permintaan pada energi kotor akan memukul negara yang bandel tak mematuhi janji mereka sendiri nol emisi.

Indonesia baru mengumumkan target nol emisi 2070. Itu pun tak seluruhnya nol emisi, hanya emisi netral karena pencapaiannya melalui peningkatan reforestasi sementara energi masih mengandalkan energi fosil yang kotor. Bauran energi terbarukan bahkan hanya 32%, lebih rendah 7% dibanding bauran batu bara pada 2050.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain