Kabar Baru| 12 Mei 2021
5 Manfaat Jalur Sepeda
KOTA yang beradab adalah kota yang memiliki banyak jalur sepeda dan kaki lima yang luas. Sebab, pedestrian membuka peluang interaksi sosial. Pedestrian dan jalur sepeda juga mendorong penduduk lebih sehat karena aktivitas fisik bertambah.
Bagi individu, selain membuat awet muda, bersepeda juga mengurangi risiko terserang pelbagai penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular. Penelitian de Hertog dkk di jurnal Health Environment Perspectives menunjukkan bersepeda punya dampak kesehatan 11 kali lebih besar dibanding mengemudikan mobil.
Untuk membuktikan ragam manfaat itu, Komisi Uni Eropa untuk Lingkungan meneliti dampak positif bersepeda dan manfaat kota memiliki jalur sepeda. Penelitian ini menjadi basis kebijakan kota-kota di Eropa menambah jalur sepeda.
Eropa akan mengopi jalur-jalur sepeda di Belanda ke banyak negara anggotanya sehingga jalur sepeda lebih banyak karena terbukti membuat kota makin layak huni. Sebaliknya, Kepolisian Metro Jakarta sedang menimbang menghapus jalur sepeda permanen di Jalan Sudirman-Thamrin. Alasannya jalur sepeda memicu kecelakaan mobil.
Bulan lalu memang ada mobil terguling karena menabrak pembatas jalur sepeda. Mobil terguling karena bobot beton itu mencapai 3 kuintal. Alih-alih menganggap jalur sepeda kian penting dan mendorong pengemudi mobil beralih ke sepeda, polisi hendak menghapus jalurnya sekalian.
Di negara-negara maju, mobil menempati urutan paling buncit dari segi perlindungan publik. Selain sudah aman, berkendara mobil juga merusak lingkungan. Maka hierarki di jalan kota-kota maju adalah: pejalan kaki, transportasi publik, sepeda, sepeda motor, mobil.
Apalagi Komisi Uni Eropa menemukan 5 manfaat sebuah kota memiliki jalur sepeda permanen.
Mengurangi polusi
Polusi menjadi momok perkotaan di era modern. Sumber polusi berasal dari pembakaran kendaraan bermotor dan pembakaran energi kotor seperti batu bara untuk pembangkit listrik. Jurnal Environmental Research menemukan bahwa polusi udara batu bara membunuh 10,2 juta orang setahun. Sementara PM2,5—partikel yang lebih kecil dari 2,5 mikro meter—bertanggung jawab pada kematian 400.000 orang setahun. PM2,5 dan NOx merupakan residu hasil pembakaran dari knalpot kendaraan bermotor. Dengan bersepeda atau berjalan kaki, polusi bisa berkurang. Di Jakarta ada 12 juta kendaraan per hari. Seandainya separuhnya saja menghilang karena beralih ke sepeda, dan sepertiganya ke transportasi publik, polusi akibat asap knalpot berkurang signifikan.
Mencegah macet
Jumlah kendaraan yang di Jakarta melebihi kapasitas jalannya. Jika 12 juta kendaraan memiliki panjang rata-rata 3 meter, pada saat bersamaan panjangnya mengular hingga 36.000 kilometer. Sementara panjang jalan Jakarta hanya 6.652 kilometer. Sepertiga jumlah kendaraan turun bersamaan membuat jalanan Jakarta penuh. Sementara sepeda lebih efektif. Dengan panjang hanya 2,5 meter dan lebar ½ meter, jalan Jakarta cukup menampung lebih banyak orang. Rasio bus dan sepeda sebanyak 1:72. Parkir juga akan lebih efisien sehingga tak ada cerita macet menunggu parkir seperti yang menjadi problem akhir pekan orang kota di mall.
Lebih efektif
Sepeda memungkinkan daya jangkau yang lebih jauh dibanding jalan kaki, sepeda motor, mobil, atau transportasi publik. Sepeda memungkinkan menempuh jalur sempit dan gang. Sehingga lebih ekonomis dari sisi pengeluaran tiap orang dalam menempuh jarak tertentu.
Lebih sehat
Bersepeda bikin awet muda karena regenerasi sel berjalan cepat akibat aktivitas fisik. Menurut temuan de Hertog dkk bersepeda di kota memungkinkan usia harapan hidup penduduknya bertambah 3-14 bulan. Angka ini jauh lebih besar dibanding usia harapan kematian yang naik 5-9 hari akibat polusi dan kecelakaan. Kota dengan jalur sepeda juga menghindarkan 10.000 kematian akibat kecelakaan kendaraan bermotor.
Meningkatkan ekonomi
Bersepeda meningkatkan interaksi sosial. Karena itu mendorong pembukaan lapangan kerja baru. Menurut penelitian WHO (2014), jalur sepeda dengan pengaturan berbagi (sharing cycling) yang rapi akan membuka 76.000 peluang kerja baru.
Kota yang lebih sehat, lebih aman, dan tidak berpolusi membuatnya lebih layak huni. Interaksi sosial pengendara sepeda berbeda dengan pengguna jalan bermotor lainnya. “Tak ada yang lebih membahagiakan selain mengayuh sepeda,” kata Presiden Amerika John F. Kennedy.
Pengendara sepeda berkomunikasi secara berbeda dari pengemudi mobil dalam bahasa tubuh dan interaksi sosial mereka, karena mereka tidak terlalu terpisah secara fisik dari lingkungan terdekatnya dibandingkan dengan mereka yang berada dalam kendaraan bermotor.
View this post on Instagram
Pengendara sepeda juga memiliki dampak ekonomi yang positif. Rata-rata pengendara sepeda menghabiskan lebih banyak belanja daripada pelanggan bermotor rata-rata dan terdapat bukti kuat bahwa fasilitas sepeda yang dirancang dengan baik mengurangi risiko kecelakaan bagi pengendara sepeda dan meningkatkan keselamatan jalan saat mereka mengganti mobil.
Karena alasan ini, berinvestasi dalam bersepeda dapat menimbulkan efek sekunder yang positif pada ekonomi atau keselamatan di kota.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :