Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 27 Mei 2021

Olimpiade Tokyo 2020 Terancam Suhu Panas

Krisis iklim mengancam Olimpiade Tokyo 2020. Suhu Jepang bertambah 2,86C sejak 1900.

Olimpiade Tokyo 2020 (Foto: Vicktar Malasovich/Pixabay)

DI tengah kritik akibat pandemi covid-19, Olimpiade Tokyo 2020 pada 23 Juli hingga 8 Agustus nanti juga terancam suhu ekstrem. Menurut studi Priestly International for Climate Universitas Leeds dan Extreme Environments Laboratory Universitas Portsmouth Inggris, suhu pada saat pertandingan rata-rata 350 Celsius.

Studi yang didukung British Association for Sustainability in Sport (BASIS) ini juga mengutip para atlet Inggris yang pernah bertanding di Olimpiade Beijing 2008. Menurut mereka, kenaikan suhu 10 Celsius akan berpengaruh pada stamina atlet.

Konstruksi Kayu

“Saya pikir kita mendekati zona bahaya,” kata atlet dayung Mel Wilson. “Ini momen mengerikan ketika para atlet melewati batas kemampuan, tubuh mereka jatuh terpuruk karena kelelahan total.”

Karena itu Mike Tipton, profesor fisiologi Universitas Portsmouth, meminta panitia Olimpiade Tokyo 2020 untuk menanggapi peringatan dalam laporan ini dengan serius untuk mencegah risiko yang menimpa para atlet akibat suhu ekstrem.

Tanda-tanda kenaikan suhu sebetulnya sudah terlihat. Pada 2018, suhu naik hingga 390 Celsius yang mengakibatkan 1.000 orang Jepang meninggal dan 22.000 masuk rumah sakit, terutama para orang tua di atas 65 tahun, 28,5% populasi Jepang. “Padahal pada 2018 tidak terjadi suhu ekstrem akibat perubahan iklim,” kata para ilmuwan.

Jika dihitung sejak 1900, kenaikan suhu Jepang hingga kini meningkat sebesar 2,860 Celsius, tiga kali lipat rata-rata kenaikan suhu global. Anomali suhu di Jepang membuat pemerintah melakukan sejumlah mitigasi, selain berencana menurunkan emisi karbon hingga 25% pada 2025.

Panitia Olimpiade Tokyo 2020 juga sadar dengan ancaman suhu panas ini. Mereka pelombaan maraton dan bersepeda ke kota yang lebih sejuk ke Hokkaido. Makoto Yokohari, penasihat panitia Olimpiade, mengakui cuaca panas dan tingkat kelembapan di Tokyo bisa menjadi mimpi buruk para atlet.

Berbeda dengan tahun lalu, panitia berkukuh akan tetap melaksanakan pertandingan empat tahunan multicabang olahraga ini. Pandemi tak lagi jadi alasan menunda olimpiade musim panas meski banyak pihak yang meminta panitia menundanya kembali untuk mencegah penularan virus corona. Dengan 339 event olah raga dengan 39 cabang, olimpiade akan digelar pada 23 Juli hingga ditutup pada 8 Agustus 2021.

Perubahan suhu di Jepang terasa dalam tiap musim. Menurut laporan Badan Meteorologi Jepang, salju pada musim dingin berkurang 12,3% tiap dekade. Pada musim panas 2013, suhu naik 1,2C, melebihi kenaikan rata-rata suhu global sebesar 1,1C sejak masa praindustri atau hampir mendekati kenaikan suhu puncak krisis iklim sebesar 1,5C—itu pun prediksi 2030.

Lalu, bagaimana standar aman untuk olah raga? Para peneliti memakai indeks temperatur basah atau wet bulb globe temperature (WBGT). Indeks ini merupakan standar aktivitas suhu lingkungan dalam aktivitas fisik yang memperhitungkan paparan matahari, suhu udara, kecepatan angin, dan kelembapan.

Rumusnya: WBGT = 0.1Tdb + 0.7Twb + 0.2Tg, di mana Tdb adalah suhu udara kering, Twb suhu basah, dan Tg adalah suhu radiasi (misalnya matahari). Dengan mengasumsikan suhu udara 300 Celsius dan kecepatan angin 0,5 meter per detik, angka WBGT akan muncul.

Untuk hari berawan (tidak ada matahari), kelembapan relatif 50%, WBGT sebesar 25,9° Celsius.

Jika hari cerah dan kelembaban relatif 35%, angka WBGT sebesar 29,5° Celsius. Sementara jika tutupan awan tipis dan kelembapan relatif 90%, angka WBGT sebesar 32° Celsius.

The American College for Sport Medicine membuat standar aktivitas fisik untuk beberapa WBGT untuk menghindari cedera fisik, dehidrasi, hingga serangan panas.

  • WBGT 28°C disebut “bendera hitam”. Artinya, berbahaya untuk pelbagai jenis olah raga.
  • WBGT 23-28° C disebut “bendera merah”. Artinya, naiknya risiko berolahraga. Sehingga jika angka WBGT sebesar ini para atlet disarankan berhenti berlomba dan menunggu suhu turun.
  • WBGT 18-22° C disebut “bendera kuning. Artinya, ada kenaikan risiko kolaps ketika berolahraga.
  • WBGT <18 ° C disebut “bendera hijau”. Artinya kerusakan fisik bisa terjadi tapi sudah turun ke tahap aman dari risiko hipotermia.
  • WBGT <10 ° C disebut “bendera putih”. Artinya, kenaikan risiko kerusakan akibat hipotermik—penurunan suhu tubuh hingga di bawah 35C. 

Perubahan iklim dipicu oleh aktivitas manusia dalam memproduksi emisi. Tahun ini adalah tahun yang penting dan genting: semua negara mulai menjalankan mitigasi krisis iklim dalam janji mereka menurunkan emisi dalam Kesepakatan Iklim Paris 2015 sebesar 45% pada 2030.

Awal tahun ini negara-negara yang mengajukan proposal harus merevisi besaran emisi yang mesti mereka turunkan sesuai keadaan riil. Proposal baru itu akan dibahas dalam Konferensi Iklim di Glasgow pada awal November 2021. Olimpiade Tokyo 2020 akan jadi pertaruhan apakah krisis iklim menghambat event olah raga terbesar di dunia ini. 

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain