Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 06 Juni 2021

Jalan ke Hutan Perkuat Imun Tubuh

Forest bathing atau shinrin-yoku atau jalan-jalan di hutan di bawah tegakan pohon terbukti memperkuat imunitas tubuh. Alam adalah sahabat manusia.

Gunung Salak di pagi hari. Tampak seorang penduduk sedang joging (Foto: FD)

JIKA tak bisa mendekat ke banyak manusia di masa pandemi virus corona, cobalah mengunjungi alam raya. Di negara-negara maju, aktivitas luar ruang mengunjungi hutan, gunung, taman yang rindang, meningkat tajam selama pandemi covid-19.

Penelitian-penelitian sudah mengkonfirmasi manfaat berada di alam bebas, di bawah tegakan pohon, atau mengunjung gunung dengan udara segar. Studi Qing Li, pencetus istilah shinrin-yoku atau forest bathing (mandi hutan), di jurnal National Library of Medicine, menemukan bahwa udara hutan menghasilkan zat yang disebut fitonsida, yang berperan menurunkan stres karena memicu berkembangnya sel pembunuh alami yang mendorong imunitas.

Konstruksi Kayu

Tak hanya itu. Qing Li dan tim penelitinya mengikuti 12 responden yang berjalan-jalan di hutan pinggiran Tokyo selama dua hari tiga malam, menemukan bahwa protein antikanker pada limposit para responden juga naik tajam, bahkan bertahan selama tujuh hari setelah trip itu. Protein dan sel pembunuh bertahan dalam darah dan urine para responden selama sepekan.

Istilah shinrin-yoku pun kian populer. Istilah ini sudah lama ia kenalkan. Di masa pandemi, istilah ini kembali ditengok dan menghiasi percakapan populer dan ilmiah karena menjadi obat bagi penduduk kota yang terperangkap di rumah selama pandemi. Terkungkung tanpa interaksi sosial menaikkan tingkat stres.

Dalam versi lain, dosen Sekolah Tinggi Ilmu Hayati ITB Hikmat Ramdan mengukur tingkat stres pada relawan peserta Forest Camp alumni Fakultas Kehutanan IPB di Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat. Ia menemukan bahwa tekanan darah dan stres para peserta menurun setelah berjalan selama 2 kilometer di bawah tegakan pohon di hutan penelitian tersebut.

Dua kilometer tentu tidak cukup untuk mengukur stabilitas stres pada manusia. Tapi, dari percobaan sederhana itu, kata Hikmat, udara segar yang dihasilkan hutan terbukti membantu menurunkan stres karena meningkatkan zat dalam darah yang disebut kortisol, hormon adrenalin yang berperan mengontrol stres.

Lalu berapa lama waktu yang dibutuhkan shinrin-yoku menjadi maksimal dalam menumbuhkan imunitas tubuh? Matthew P. White, di jurnal National Library of Medicine, menerbitkan pengamatan pada hampir 20.000 orang yang berjalan di alam terbuka selama tujuh hari.

Hasilnya, mereka yang menghabiskan waktu dengan rileks selama minimal 120-179 menit sepekan tingkat stresnya menurun dan hormon imunitasnya naik. Waktu terbaik adalah 200-300 menit per pekan atau 5 jam. Orang Jepang punya ukuran lebih presisi: 10.000 langkah per hari.

Jika dihitung memakai ukuran jarak, 10.000 langkah kira-kira 4-5 kilometer yang bisa ditempuh dalam waktu 1 jam. Maka jika satu hari berjalan di hutan selama satu jam, sepekan kira-kira 5 jam. Namun, angka ajaib 10.000 langkah sudah dibantah banyak studi ilmiah.

I-Min-Lee dari Harvard Medical School menguji 16.000 perempuan di bawah 72 tahun dengan memasang pengukur langkah selama 6 tahun. Kesimpulannya, perempuan yang melangkah 2.200 sehari meninggal lebih cepat dibanding mereka yang melangkah 4.400 sehari. Jumlah kematian menurun untuk jumlah langkah 7.500.

Formula 10.000 langkah dicetuskan Yoshiro Hatano, profesor di Kyushu University of Health and Welfare. Ia mempopulerkannya pada Olimpiade Tokyo 1964—olimpiade 2021 kembali digelar di ibu kota Jepang pada 23 Juli-8 Agustus 2021.

Menurut Catrine Tudor-Locke, penulis buku Manpo-Kei: The Art and Science of Step Counting yang terbit pada 2006, Hatano-san memodifikasi alat pengukur langkah yang sudah ada sejak 1500, yang disebut padometer, dengan nama manpo-kei (man = 10.000, po = langkah, kei = meter).

Yamasa Tokei Keiki Co., Ltd, sebuah perusahaan di Tokyo, lalu memproduksi manpo-kei secara massal saat Olimpiade Tokyo. Sejak itu angka 10.000 seolah jadi mantra: jika ingin sehat melangkahlah sebanyak itu sehari. 

Hatano-san kemudian mempublikasikan kembali hasil penelitiannya di jurnal Medicine & Science in Sports & Exercise edisi Juli 2008. Dalam artikel Revisiting "How Many Step Enough?" ia menjelaskan bahwa angka tersebut adalah kategori keaktifan seseorang. Berjalan di bawah 5.000 sehari dianggap sebagai pemalas, 5.000-7.000 langkah sebagai aktivitas yang rendah, dan 10.000-12.000 langkah itulah yang disebut orang aktif. Sementara orang super-aktif jika ia berjalan lebih dari 12.000 langkah sehari.

Maka jika menghabiskan lima jam pada akhir pekan dengan berjalan ke gunung dan hutan, kita akan mendapatkan kombinasi manfaat: imun naik karena mendapat asupan zat kimia yang menyehatkan dan tubuh menjadi fit karena aktif bergerak.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain