Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 26 Juni 2021

KKN Universitas Hasanuddin Bertema Perhutanan Sosial

Universitas Hasanuddin mengirim mahasiswa ke desa untuk kuliah kerja nyata (KKN) bertema perhutanan sosial. Pertama di Indonesia.

Petani hutan sosial di Lumajang, Jawa Tengah, membawa rumput untuk pakan ternak dari hutan mereka. Teknik agroforestri yang silvopastura, menggabungkan pengelolaan hutan dan peternakan (Foto: Dok. PSKL)

PADA 23 Juni 2021 Universitas Hasanuddin melepas 2.100 mahasiswa untuk kuliah kerja nyata (KKN) ke berbagai desa. Uniknya, tema KKN ini adalah perhutanan sosial. Mungkin ini KKN pertama bertemakan perhutanan sosial.

Pelepasan secara virtual ini secara simbolis dilepas oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi A. Halim Iskandar. Sebelum para mahasiswa berangkat KKN, mereka mendapatkan pembekalan tentang perhutanan sosial.

Konstruksi Kayu

Para pengajar datang dari akademisi Universitas Hasanuddin, staf Balai Perhutanan Sosial dan Lingkungan Hidup (BPSKL) Sulawesi, anggota Tim Penggerak Percepatan Perhutanan Sosial (TP2PS), anggota Kelompok Kerja Perhutanan Sosial (Pokja PPS) Provinsi Sulawesi Selatan, serta pendamping dari unsur lembaga swadaya masyarakat.Saya salah satu pengajar dalam pembekalan itu.

Sebetulnya mereka tak berangkat karena KKN ini sesuai dengan domisili mahasiswa. Selama pandemi virus corona, mereka tak belajar di kampus, melainkan online di rumah masing-masing.

Mereka berasal dari berbagai provinsi dari barat sampai timur Indonesia. Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan serta Pokja PPS Sulawesi Selatan berhasil menumbuhkembangkan pemahaman dan dukungan terhadap perhutanan sosial dari para mahasiswa yang berasal dari beragam fakultas.

Dari hampir 2.100 mahasiswa ini, tempat tinggal mereka tidak hanya di Sulawesi Selatan. Banyak dari Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jadi belasan provinsi dan puluhan kabupaten akan merasakan secara bersama selama dua bulan gaung KKN bertemakan perhutanan sosial ini.

Selain mahasiswa ada juga 79 orang supervisor/dosen pembimbing KKN (DPK) yang berlokasi di 16 wilayah kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) pada 23 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. Wilayah I terdiri dari 23 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan dan wilayah III terdiri dari 22 provinsi di luar Sulawesi Selatan.

Ribuan mahasiswa ini bergelut dan merespons kebutuhan petani dan kelompok perhutanan sosial. Menurut Direktur Penyiapan Kawasan Perhutanan Sosial (PKPS) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Erna Rosdian yang memberikan paparan saat melepas mahasiswa mengatakan bahwa mahasiswa bisa mengambil peran dalam memfasilitasi dan mendampingi para kelompok petani dan kelompok masyarakat dalam pengajuan persetujuan Perhutanan Sosial.

Selain itu mahasiswa KKN juga bisa mulai belajar untuk melakukan pendampingan terhadap kelompok petani dan masyarakat yang sudah mendapatkan izin/persetujuan perhutanan sosial. Dengan keragaman fakultas mahasiswa punya pengetahuan beragam juga dalam merespons kebutuhan para petani itu. Perhutanan sosial membutuhkan dukungan dan kerja sama lintas disiplin ilmu.

Dalam sambutannya Menteri Desa menjelaskan bahwa perhutanan sosial mampu berperan dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Desa atau Sustainability Development Goals (SDGs) Desa. Menteri Halim berharap para mahasiswa mampu melihat apa yang bisa dilakukan di desa masing-masing untuk bisa mengaitkan perhutanan sosial dengan SDGs tersebut.

Dengan KKN ini, kata Halim, mahasiswa bisa berkontribusi sekaligus belajar dari masyarakat di desa di wilayahnya masing-masing tentang praktik mengelola hutan negara seraya mengambil manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan dari sana. Inisiatif Universitas Hasanuddin rasanya patut ditularkan kepada universitas-universitas lain.

Perhutanan sosial membutuhkan sokongan pelbagai pengetahuan. Tak hanya teknis mengelola hutan, lebih penting adalah ilmu-ilmu sosial dan pemasaran untuk menopang produk dan komoditas petani hutan.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Board Kawal Borneo Community Foundation dan anggota The Climate Reality Leaders of Indonesia.

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain