Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 15 Juli 2021

Hero Kebakaran Hutan dan Lahan

Bambang Hero Saharjo kembali mendapatkan penghargaan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Mempromosikan solusi jangka panjang.

Bambang Hero Saharjo mendapatkan penghargaan karena perannya menurunkan kebakaran hutan dan lahan

KEMENTERIAN Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan memberikan penghargaan kepada Bambang Hero Saharjo, guru besar perlindungan hutan Fakultas Kehutanan IPB University, untuk perannya membantu mencegah kebakaran hutan dan lahan 2020. Penghargaan tersebut atas rekomendasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Dua Kementerian itu menilai Bambang menyumbang peran signifikan dalam pengendalian kebakaran tahun tersebut. “Terus terang saya terkejut dengan penghargaan itu,” kata Bambang pada 14 Juli 2021. “Saya bekerja puluhan tahun sebagai dosen tidak mengharap penghargaan. Apalagi yang saya lakukan tidak istimewa, kolega lain lebih berhak mendapatkannya.”

Selain meneliti dan mengajar, Bambang Hero mengembangkan Regional Fire Management Resource Center Southeast Asia. Pengembangan tersebut didukung Global Fire Monitoring Center dengan bantuan dana dari Pemerintah Jerman, serta didukung Max Plank Institute of Chemistry University of Freiburg. 

Ihwal pengabdian kepada masyarakat, Bambang Hero acap bersaksi sebagai ahli di pengadilan untuk kasus-kasus kebakaran hutan dan lahan. “Saya mau hadir sebagai bagian dari solusi, meskipun tantangannya luar biasa besar,” katanya. Kesediaannya itu acap menuai gugatan dari perusahaan yang menjadi tertuduh membakar areal konsesinya.

Dalam lima tahun terakhir, jumlah dan luas terdampak kebakaran hutan dan lahan di Indonesia cenderung turun. Menurut catatan Sipongi, aplikasi pemantau kebakaran hutan dan lahan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kebakaran hutan tertinggi terjadi pada 2015, seluas 2,6 juta hektare. Lalu turun di bawah 500.000 hektare, naik lagi pada 2019 mencapai 1,6 juta hektare.

Menurut Bambang, pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia memerlukan sinergi antar pihak dan komitmen besar dalam menekan kejadian kebakaran hutan dan lahan ini.

“Ada dua hal yang penting ketika membangun sinergi, yaitu kepercayaan dan komitmen,” katanya. “Jangan sekali-kali curang atau berbohong dan sekadar komat-kamit sesuatu yang telah disepakati bersama, karena kepercayaan pihak yang akan bersinergi akan runtuh dan sulit pulihkan kembali.”

Sebagai ahli kebakaran hutan, Bambang memiliki keyakinan bahwa api tak disebabkan oleh alam, melainkan oleh manusia. Karena itu komitmen menekan kebakaran sangat penting dari para pelaku pengelolaan lahan. Ia banyak sekali menyampaikan saran tentang cara-cara jangka panjang dalam menekan api.

Salah satunya adalah menjadikan lahan memiliki nilai ekonomi tinggi. Ia mencontohkan banyak kegiatan masyarakat yang memakai teknik agroforestri dan paludikultur di lahan gambut tanpa harus membakarnya. Kopi, ubi, adalah komoditas-komoditas yang telah terbukti memberikan nilai tambah kepada masyarakat sehingga mereka tak harus membakar ketika membuka lahan untuk perkebunan.

Bambang mencontohkan kegiatan petani di Tanjung Jabung, Jambi. Para petani mengembangkan satu varian kopi baru, yakni Liberika, di lahan gambut. Atau di Kubu Raya, Kalimantan Barat. Di sana kepala desa menjadi inisiator penanaman ubi dengan mengalokasikan dana desa sehingga masyarakat tak harus membakar gambut ketika membuka lahan. 

Secara alamiah, gambut harus selalu basah. Karena itu Letnan Jendera Doni Monardo, sewaktu masih mengepalai Badan Nasional Penanggulangan Bencana, menyarankan gambut harus selalu digandengkan dengan kata “rawa”. Sebagai timbunan serasah berabad-abad ia merupakan timbunan pelbagai material organik yang mudah terbakar. Maka ketinggian muka air harus diatur agar gambut tetap mendapatkan air ketika kemarau, tak banjir ketika hujan.

Dalam bidang ilmiah, Bambang juga tak segan mengkritik perhitungan-perhitungan keliru oleh lembaga internasional dalam mengestimasi emisi kebakaran hutan dan lahan Indonesia yang merugikan. Dalam artikel ini, Bambang mengoreksi perhitungan PBB yang memakai faktor emisi gambut terlalu besar sehingga Indonesia disebut penghasilan emisi dunia terbesar nomor tiga. 

Bambang Hero Saharjo (ketiga dari kiri)

Tahun 2019 KLHK juga memberikan penghargaan kepada Bambang Hero atas kontribusinya dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Di tahun itu, Bambang juga mendapatkan penghargaan tertinggi The Maddox Prize dari majalah Nature yang berbasis di London, Inggris.

Juri The Madddox menilai kontribusi Bambang Hero selama 20 tahun dalam menelaah dan meneliti kebakaran hutan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan tak terperi. Bambang dianggap sebagai ilmuwan yang memakai bukti ilmiah pengetahuan mengungkap kasus-kasus kebakaran hutan dan lahan yang selama ini terjadi di Indonesia.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Bekerja di Fakultas Kehutanan IPB

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain