Kabar Baru| 29 Agustus 2021
Pencarian Asal-Usul Covid-19 Makin Sulit
PARA peneliti dunia yang diminta WHO menelusuri asal-usul covid-19 SARS-Cov-2 telah selesai melakukan studi awal. Hingga studi awal ini belum jelas asal-usul virus corona sehingga mereka menganjurkan ada studi lanjutan. Meski begitu, studi kedua ini akan kian sulit karena barang bukti sudah menyusut bahkan musnah.
“Fase 1 selalu dimaksudkan untuk membentuk dasar dari proses penyelidikan ilmiah yang lebih lama yang dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun,” tulis Marion Koopmans dari Departemen Ilmu Virus Erasmus Medical Center Rotterdam Belanda. Ia bersama peneliti lain menuliskan kesaksian mereka meneliti virus corona sejak Oktober 2020 hingga mempublikasikan hasilnya pada Maret di jurnal Nature edisi 25 Agustus 2021.
Dengan rinci para peneliti menjelaskan metode penelitian dan hasil-hasilnya, termasuk bias mereka dalam meneliti, kesulitan yang mereka hadapi di lapangan, pengaruh kebijakan politik Cina yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian, hingga kesulitan mengakses data mentah untuk melindungi privasi pasien.
Para peneliti menghabiskan 28 hari mengunjungi Cina untuk meneliti 76.000 sampel di 233 pusat kesehatan, mendatangi pasar hewan Huanan di Wuhan tempat pertama terdeteksi pasien pertama dengan gejala covid-19, wawancara pasien, dan meneliti Pusat Penelitian Virus Wuhan yang dituding sebagai lokasi penyebaran virus corona.
Meski bukan menjadi objek studi, para peneliti juga menimbang kemungkinan kebocoran virus dari laboratorium Pusat Penelitian Virus Wuhan. Menurut mereka, kesimpulan kebocoran virus tak terlalu meyakinkan. Untuk sementara mereka lebih menekankan pada penularan virus kemungkinan dari inang di daging mentah hewan liar yang menginfeksi manusia.
Virus corona bersarang di tubuh hewan liar, seperti kelelawar atau hewan lain yang sakit akibat perubahan lingkungan. Pemanasan global acap dikaitkan dengan penyakit yang berasal dari hewan. Hanya saja, yang masih jadi misteri bagaimana virus dari hewan bisa meloncat ke tubuh manusia. Sempat ada dugaan, covid-19 menular dari kelelawar melalui tenggiling—hewan liar yang dijadikan obat tradisional di Cina.
Dalam laporan kepada WHO, tim menyimpulkan dengan suara bulat bahwa ada bukti jelas penyebaran virus corona meluas di Wuhan pada Desember 2019. Meski begitu, para peneliti menemukan bukti lain bahwa virus telah menyebar jauh sebelumnya meski tak bisa menetapkan waktu yang spesifik.
Pasar makanan laut Huanan, tulis para peneliti, memiliki peran penting di awal pandemi. Menurut mereka ada hubungan kredibel antara penyebaran virus dengan pasar hewan liar tersebut. “Kami sepakat bahwa kasus COVID-19 paling awal mungkin terlewatkan, seperti yang biasa terjadi pada wabah penyakit baru,” tulis laporan itu.
Soal dugaan kebocoran virus, para peneliti hanya menyimpulkan dengan kalimat sebagai berikut: “Tidak ada bukti definitif untuk menentang salah satu dari empat jalur yang diusulkan: introduksi zoonosis langsung (melalui limpahan dari hewan liar) dan tiga rute introduksi tidak langsung.”
Ketiga jalur penyebaran itu adalah:
- Infeksi zoonosis dari penanganan hewan ternak yang terinfeksi;
- Introduksi zoonosis melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi atau makanan dari hewan yang terinfeksi; atau
- Infeksi peneliti yang bekerja dengan virus di laboratorium.
“Kami menganggap introduksi langsung atau introduksi zoonosis tidak langsung melalui inang perantara adalah yang paling masuk akal,” tulis mereka.
Sebagai rekomendasi, para peneliti menganjurkan enam aspek penelitian lanjutan fase 2 untuk menelusuri asal-usul virus corona covid-19.
Penelusuran di luar Cina. Berdasarkan pelaporan infeksi awal penyakit, peneliti perlu mencari kasus awal covid-19 di semua wilayah di dalam dan di luar Cina yang memiliki bukti paling awal untuk peredaran SARS-CoV-2. Dari data awal, mereka yang terinfeksi di sekitar Desember 2019 juga baru tiba dari luar negeri.
Survei antibodi. Peneliti perlu fokus pada wilayah yang memiliki bukti awal penularan covid-19 di dalam maupun luar Cina untuk mengidentifikasi infeksi, tapi tak teramati selama masa penularan virus corona.
Survei komunitas. Penelusuran di areal peternakan satwa liar yang memasok hewan ke pasar di Wuhan pada bulan-bulan sebelum kasus infeksi manusia pertama terdeteksi, di dalam dan di luar Cina.
Survei inang. Mengkaji kelelawar liar dan reservoir potensial lainnya atau inang perantara di Cina dan negara-negara tetangganya, termasuk hewan ternak yang diambil bulunya, sebagai bukti keterpaparan.
Analisis faktor risiko. Menganalisis pusat-pusat infeksi yang dibuktikan melalui survei antibodi untuk semua kemungkinan paparan.
Tindak lanjut. Peneliti perlu menyelidiki setiap prospek baru yang kredibel dari semua studi di atas.
Menurut para peneliti, studi baru untuk mengetahui asal-usul covid-19 penting tapi berkejaran dengan waktu. Potensi hambatan dari rekomendasi itu adalah minimnya barang bukti karena pemerintah Cina sudah menghanguskan pasar Huanan ketika memberlakukan pencegahan penularan covid-19 di awal pandemi.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :