Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 12 Oktober 2021

Orang Indonesia Doyan Membuang Makanan

Orang Indonesia suka makan, juga doyan membuang makanan. Emisi sampah lumayan gawat.

Sampah Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat (Foto: R. Eko Tjahjono)

TAK menghabiskan makanan bukan saja tak sopan, kebiasaan itu merusak dan berbahaya bagi lingkungan. Pada 2018, dari seluruh sampah yang dibuang orang Indonesia, 44% adalah sampah sisa makanan. Tak hanya membutuhkan lahan untuk menampungnya, sampah juga membuat emisi gas rumah kaca yang menyebabkan krisis iklim.

The Economist Intelligent Unit, sayap majalah The Economist dari Inggris, tahun lalu memperkirakan tiap orang Indonesia membuang makanan dan menjadi sampah sebanyak 300 kilogram setahun. Artinya, tiap hari tiap orang Indonesia membuang hampir 1 kilogram makanan.

Konstruksi Kayu

Posisi Indonesia hanya bisa dikalahkan oleh Arab Saudi sebagai bangsa paling doyan membuang makanan. Orang Arab Saudi membuang makanan menjadi sampah lebih banyak, 426 kilogram setahun.

Menganggap angka itu berlebihan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mensurvei ulang sampah makanan yang dibuang orang Indonesia. Angkanya tak sebesar perkiraan The Economist.

Menurut Bappenas, angkanya 184 kilogram per tahun. “Tetap saja besar dan buang-buang makanan,” kata Medrilzam, Direktur Lingkungan Hidup Bappenas dalam webinar “Indonesia Mubazir Pangan” pada 12 Oktober 2021.

Jumlah makanan yang terbuang adalah berat makanan yang dihitung Bappenas sejak dari produsen, proses produksi, hingga sampai ke tangan konsumen. Anda lega karena ternyata bukan sampah makanan yang dibuang dari piring meja makan? Jangan senang dulu.

Ketika makanan, baik ia sisa hasil produksi maupun sisa dari piring meja makan, menjadi sampah ia akan menghasilkan emisi. Emisi global dari sampah makanan sebanyak 3,3 miliar setahun. Ini jumlah emisi yang dua kali lipat dari produksi emisi Indonesia, yang hutannya terbakar dan ditebang untuk perkebunan dan pertambangan.

Di Indonesia, pada 2017, jumlah emisi karbon yang dihasilkan dari sampah sebanyak 18,59 juta ton setara CO2. Produksi total sampah orang Indonesia sebanyak 67 juta ton setahun. Total emisi yang dilepas dari sampah sisa makanan pada 2000-2019 sebanyak 1,7 miliar ton atau 7% dari emisi tahunan Indonesia. 

Apalagi jika kita lihat angka malnutrisi dan kelaparan. Dari 260 penduduk Indonesia, sebanyak 11% masih berada dalam garis kemiskinan. Sebanyak 7,6% masih kesulitan makanan atau pangan layak.

Gerakanan sekelompok anak muda di Surabaya melalui Garda Pangan karena itu menjadi solusi. Para sukarelawan mengumpulkan makanan berlebih (mereka tak mau menyebutnya makanan sisa) dari pesta perkawinan, hajatan, lalu membagikannya kepada mereka yang kelaparan.

Menurut Medrilzam, sisa makanan yang menjadi sampah itu membuat Indonesia kehilangan potensi pendapatan 4-5% dari produk domestik bruto. “Ini setara memberi makan bagi 61-125 juta orang,” kata dia. Tentu Medrilzam mendasarkan pada kebutuhan kalori 2.700 kalori bagi tiap orang.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2020-2024, Bappenas memasukkan konsumsi dan produksi makanan yang bertanggung jawab sebagai salah satu cara pembangunan rendah karbon. “Di tengah isu krisis iklim, pengelolaan sampah makanan menjadi krusial,” kata Merdrilzam.

Peraturan Presiden Nomor 97 tahun 2017 tentang kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, target mengurangi sampah jenis ini pada 2025 sebanyak 20,9 juta ton. Pada tahun itu jumlah sampah diperikakan 70,8 juta ton. Jumlah sampah yang tertangani ditargetkan 50 juta ton.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain