DELEGASI 197 negara berkumpul di Glasgow di Skotlandia untuk membahas mitigasi krisis iklim dalam Konferensi Iklim tahunan PBB atau Conference of the Parties, COP26. Mereka membahas mitigasi krisis iklim dan memastikan implementasi Perjanjian Paris 2015.
Dalam setiap konferensi, para ilmuwan juga turut hadir untuk memberikan masukan (insights) untuk para negosiator dan delegasi. Apa yang sedang terjadi, yang akan terjadi dan bagaimana menurut kacamata sains.
Di COP26 ini, Profesor Johan Rockström, Direktur Postdam Institute for Climate Impact Research, yang juga penasihat komite Future Earth, mengungkapkan 10 saran baru dari sudut ilmu iklim:
- Menjaga suhu global tak lebih dari 1,5°C masih memungkinkan, namun perlu aksi global yang drastis dan segera.
- Meningkatkan emisi metana membuat kita berada dalam jalur pemanasan global 2.7°C.
- Kebakaran besar. Perubahan iklim menyebabkan kebakaran besar dengan dampak yang ekstrem.
- Perubahan iklim (climate tipping) yang tak bisa normal lagi menimbulkan risiko berdampak tinggi.
- Aksi untuk perubahan iklim harus adil.
- Mendukung aksi di rumah tangga hal yang krusial namun sering dilupakan dalam mitigasi.
- Tantangan politik menghambat efektivitas penetapan harga karbon.
- Solusi berbasis alam sangat penting untuk mewujudkan Perjanjian Paris.
- Membangun ketahanan ekosistem laut dapat dicapai dengan konservasi dan pengelolaan yang disesuaikan dengan iklim, dan pengelolaan global.
- Biaya mitigasi perubahan iklim dapat dijustifikasi dengan berbagai manfaat langsung bagi kesehatan manusia dan alam.
Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, merupakan momen penting untuk mencapai perubahan penting dan transformasi dalam kebijakan dan tindakan mitigasi krisis iklim global.
"Kita semakin kehabisan waktu, namun menjaga suhu tak lebih dari 1,5°C masih mungkin," kata Dr. Wendy Broadgate, Direktur Future Earth Global Hub, Swedia.
Para pemimpin dunia, kata dia, di COP26 harus menetapkan pengurangan emisi—tidak kurang dari 50% pengurangan gas rumah kaca pada tahun 2030 dan target nol bersih pada 2040.
Penelitian baru menunjukkan biaya mitigasi perubahan iklim jauh lebih besar namun memiliki manfaat langsung bagi manusia dan planet.
Misalnya, transisi energi terbarukan secara dramatis menurunkan 6,67 juta kematian yang disebabkan oleh polusi udara setiap tahun. Sedangkan pengurangan metana yang kuat dapat meningkatkan hasil pertanian. "Pengetahuan tentang iklim berkembang pesat, pengambil kebijakan harus bisa mengimbangi," kata Profesor Detlef Stamer dari University of Hamburg.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Penggerak @Sustainableathome
Topik :