Kabar Baru| 09 November 2021
Indonesia Hentikan Patroli Laut Bersama Australia
SEHARI setelah pengumuman Australian Border Force (ABF) atau pasukan perbatasan Australia yang membakar tiga kapal nelayan Indonesia serta mengusir 13 kapal lain di perairan utara Australia, pemerintah Indonesia menghentikan sementara kerja sama patroli laut.
Dalam rilis humas Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 8 November 2021, kementerian menyebutkan bahwa penundaan kerja sama itu sebagai respons tegas atas tindakan pasukan penjaga perbatasan Australia itu. “Patroli bersama Jawline-Arafura akan kami tunda,” kata Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Laksamana Muda TNI Adin Nurawaluddin.
Jawline-Arafura merupakan patroli bersama ABF dan Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan di perbatasan Indonesia-Australia. Operasi ini memakai kapal pengawas dan pesawat pemantau kedua negara dalam untuk mengatasi kerawanan di wilayah perbatasan kedua negara. “Harusnya minggu ini berjalan, namun dengan perkembangan ini, kami menunggu penjelasan resmi ABF,” ujar Adin.
Adin menyampaikan bahwa penjelasan ABF ini penting untuk menghindari kesimpangsiuran informasi terkait identitas ketiga kapal yang dibakar maupun 13 lainnya yang diusir dari perairan Australia. Ia mengatakan telah berkomunikasi dengan perwakilan ABF di Jakarta untuk memperoleh informasi yang lebih detail terkait insiden pembakaran dan pengusiran kapal nelayan Indonesia itu.
ABC News melaporkan bahwa pasukan pengawas Australia mengklaim bahwa pembakaran itu sebagai tindakan tegas atas masuknya kapal nelayan Indonesia secara ilegal yang mengambil teripang di kawasan konservasi Rowley Shoals Marine Park, Australia Barat. Pasukan pengawas perbatasan menyita 630 kilogram teripang dari para nelayan.
Penangkapan itu bermula dari sirene menyala dari kapal turis di perairan itu yang mengontak pasukan perbatasan tentang kemungkinan perompakan. Pasukan perbatasan yang datang lalu menangkap para nelayan di tiga kapal lalu menggiring mereka ke luar perbatasan. Para nelayan dipulangkan namun tiga kapal dibakar.
Baru-baru ini media Australia mengkritik kerja pasukan perbatasan yang dinilai lamban menangani pencurian ikan di perairan Australia seiring makin maraknya kapal asing masuk ke perairan mereka.
Laksamana Muda Mark Hill, Komandan Pasukan Perbatasan, membantah tuduhan itu. Penangkapan kapal nelayan Indonesia menunjukkan tindakan cepat pasukan perbatasan Australia. ABF menyebarkan foto pembakaran kapal nelayan yang mereka tuduh ilegal tersebut.
Laksamana Hill mengatakan bahwa ia melihat beberapa nelayan residivis dalam penangkapan itu. “Tapi umumnya mereka tidak agresif dan menuruti apa yang kami minta,” kata dia.
Menurut Hill, naiknya kapal berbendera Indonesia datang ke perairan Australia sebagai dorongan akibat mandeknya ekonomi Indonesia, “bukan karena lemahnya penegakan hukum Australia”.
Sementara Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa peran negara amat penting dalam mengendalikan kapal ikan “untuk menjaga keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan”. Belum ada komentar otoritas Australia atas keputusan Indonesia menunda kerja sama patroli laut.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :