SALAH satu mitigasi krisis iklim adalah memangkas emisi CO2. Cara paling sederhana untuk melakukannya dengan mengurangi mobilitas manusia. Konsep Kota 15 Menit yang baru meraih Obel Award, penghargaan arsitektur, bisa menjadi solusi.
"Konsep Kota 15 Menit adalah mendekatkan pelbagai fasilitas dengan permukiman warga kota,” kata penggagas kota 15 menit, Carlos Moreno yang juga mengajar di Universitas Sorbonne Paris kepada Euronews Next.
Fasilitas seperti rumah, kantor, sekolah, rumah sakit, taman, toko, restoran, semua bisa dijangkau dalam waktu 15 menit dengan berjalan kaki atau bersepeda. Efeknya, penggunaan bahan bakar fosil kendaraan pribadi dan transportasi publik pun berkurang.
Carlos Moreno pertama kali mengenalkan konsep Kota 15 Menit pada 2016. Ia ingin meningkatkan kualitas hidup manusia, sebab ketika itu kota-kota macet, orang yang tinggal di daerah pinggiran dan harus bepergian dengan waktu yang panjang untuk ke kantor maupun aktivitas lainnya.
Gagasan Carlos menjadi sorotan pada 2020 ketika Wali Kota Paris Anne Hidalgo berkampanye untuk periode kedua. Anne ingin menjadikan Paris Kota 15 Menit. Anne menyebutnya "ville du quart d’heure" atau kota seperempat jam.
Pandemi lalu melanda dunia pada akhir 2019. Banyak hal berubah sejak itu. Cara kita bekerja, belajar, berolahraga, membeli barang, konsultasi dengan dokter. Semua berubah dan kita beradaptasi. Saat pandemi terkendali, kita sudah menjalankan pola hidup yang baru.
Gagasan Kota 15 Menit kembali menghangat pada 2021. Para ahli mengatakan pandemi mesti mengubah kehidupan orang kota. Model Kota 15 Menit didasarkan pada kebutuhan manusia universal dan fleksibel.
C40 Cities Climate Leadership Group, kelompok 97 kota di dunia yang memiliki visi melawan krisis iklim, juga ingin menerapkan konsep Kota 15 Menit. Kota yang tergabung di antaranya Milan di Italia, Madrid di Spanyol, Edinburgh di Skotlandia dan Seattle di Amerika Serikat.
Dalam manifesto di Barcelona, para wali kota dunia bersepakat mereorganisasi mobilitas, naturalisasi kota, menekan laju pertumbuhan, dan mengubah lanskap perumahan. Mereka juga fokus untuk secara cepat dan drastis mengurangi pemakaian kendaraan pribadi dan mendorong orang bersepeda atau berjalan.
Paris kini bergerak cepat, mereka terus membangun jalur sepeda baru. Sekarang Paris punya 1000 kilometer jalur sepeda. Bandingkan dengan Jakarta yang baru punya 63 kilometer dan akan digenjot menjadi 170 kilometer pada akhir tahun ini.
Selain Paris, Milan juga tak mau kalah cepat. Mereka berambisi membuat Kota 15 Menit. Lazzaretto menjadi area percobaan yang dipilih Wali Kota Milan Giussppe Sala. Semua layanan dan fasilitas bisa dijangkau 15 menit dari rumah.
Jepang sudah mempraktikkan konsep Kota 15 Menit sejak 2008. Kementerian Lingkungan Hidup berkampanye agar penduduk Tokyo berjalan kaki ke tempat makan siang. Selain menurunkan kemacetan, Jepang hendak menurunkan emisi hingga 25% pada tahun tersebut. Kampanye ini lumayan efektif sehingga kemacetan tiap jam makan siang di Tokyo berkurang 10%.
Bukan hanya memangkas emisi, konsep Kota 15 Menit juga membangun banyak ruang publik terbuka, menanam banyak pohon, kemudahan akses kepada makanan sehat juga mendorong ekonomi lokal kecil dan menengah tumbuh dalam area 15 menit.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Penggerak @Sustainableathome
Topik :