Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 23 November 2021

Siklus Menakjubkan Migrasi Kepiting Merah

Setiap tahun kepiting merah migrasi dari hutan ke laut di pulau Christmas. Proses kawin yang unik.

Migrasi kepiting merah pulau Christmas (Foto: Parks Australia)

JALANAN di pulau Christmas berubah merah. Lautan merah ini bergerak perlahan-lahan, kadang ada yang terpencar. Lautan merah itu adalah kepiting yang hendak bertelur menuju lautan di sekitar pulau di samudera Hindia di barat daya Australia itu.

Pulau Christmas sesungguhnya lebih dekat ke pulau Jawa. Pulau seluas 135 kilometer persegi atau 13.500 hektare ini (hampir seluas Depok) berjarak 350 kilometer dari Jawa atau Sumatera. Sementara jarak ke daratan utama Australia 1.500 kilometer.

Pulau yang dihuni 1.843 jiwa manusia ini adalah taman nasional. Paling banyak keturunan Cina dan Melayu. Sehingga meski bernama pulau Christmas penduduk di pulau ini menganut kepercayaan Buddha dan muslim. Mereka berbicara dalam bahasa Mandarin, Inggris, dan melayu. Kapten William Mynors, penjelajah Inggris, menamainya begitu ketika ia menjadi penghuni pertama pulau ini pada 25 Desember 1645

Hutannya berupa hutan hujan tropis. Setiap tahun, dari hutan pulau ini berbondong-bondong kepiting merah yang bermigrasi ke lautan untuk bertelur.

Migrasi tahunan ini menandai, atau dimulai pada, turunnya hujan pertama di musim hujan. Biasanya sekitar November atau Oktober, namun bisa juga terjadi pada Desember atau Januari. Jika hujan pertama tiba mendekati tanggal pemijahan, para kepiting akan berduyun pindah ke pantai. Sebaliknya, jika hujan musim hujan pertama lebih awal, mereka akan migrasi dengan lebih santai dengan meluangkan waktu selama perjalanan.

Kepiting jantan memimpin migrasi menuju pantai diikuti dengan kepiting betina. Mereka akan bertelur sebelum fajar atau pada saat air surut. Secara naluriah, kepiting merah mengetahui waktu tepat untuk keluar sarang untuk bertelur. Karena itu jika hujan pertama telat karena perubahan musim, mereka akan migrasi di bulan berikutnya.

Tahun ini, migrasi kepiting merah untuk bertelur terjadi pada 15 November 2021. Setelah melalui perjalanan panjang dari hutan ke pantai, ketika tiba di bibir laut yang mereka lakukan adalah aklimatisasi dengan berenang untuk mengembalikan kelembapan tubuh yang menghangat karena perjalanan jauh.

Setelah aklimatisasi, kepiting jantan akan kembali ke areal berpasir untuk membuat lubang. Di sini biasanya terjadi perkelahian antar kepiting jantan karena berebut membuat lubang. Soalnya, siapa yang bisa membuat lubang terlebih dahulu, ia akan jadi rebutan kepiting betina. Lubang itu adalah rumah mereka kawin.

Proses kawin dalam lubang itu selama tiga hari. Kepiting jantan akan berkeliling ke lubang yang ia buat untuk menemui betina yang menunggu di sana.

Kepiting betina akan tinggal di lubang selama kurang lebih dua pekan. Ini masa kehamilan sebelum telur berkembang. Selama tiga hari kawin itu satu kepiting betina menghasilkan sekitar 100.000 telur yang ia simpan di kantong induk hingga siap menetas.

Kepiting betina yang sudah menghasilkan banyak telur akan keluar dari lubang lalu berkumpul di garis pantai yang teduh di atas permukaan air. Saat air pasang, kepiting betina berenang ke laut untuk melepaskan telur. Pemijahan ini memakan waktu 5-6 malam.

Larva kepiting merah menetas dari telur saat kontak dengan air. Larva berputar di dekat pantai sebelum dibawa ke laut oleh ombak dan air surut. Larva kepiting lalu berkembang menjadi hewan yang mirip udang yang disebut megalopae.

Megalopae kepiting ini lalu berkumpul di dekat pantai satu sampai dua hari hingga mereka menjadi bayi kepiting dan muncul dari air. Ukurannya sekitar 5 milimeter.

Bayi-bayi kepiting ini lalu berenang menuju tepi dan berbaris di garis pantai. Dari mereka bersiap melakukan perjalanan panjang selama sembilan hari untuk mencapai hutan hujan tropis sebagai rumah baru mereka. Mereka tinggal di serasah atau batu selama 3-4 tahun, usia maksimal kepiting.

Malangnya, tak semua bayi kepiting bisa sukses sampai daratan dan berkembang menjadi dewasa di hutan. Banyak bayi kepiting yang tak sampai berenang ke pantai karena menjadi disantap ikan. Bayi kepiting adalah makanan favorit pari manta atau hiu paus.

Karena itu, musim migrasi kepiting merah juga bersamaan dengan musim migrasi ikan pari atau paus ke sekitar pulau Christmas. Siklus alam dalam rantai makanan ini memungkinkan pari dan paus bertahan karena memperoleh makanan, jumlah kepiting tak membeludak di hutan hujan.

Menyadari pentingnya keseimbangan ekosistem ini, pemerintah Australia melarang siapa pun mengganggu migrasi kepiting merah. Pengelola taman nasional bahkan menyediakan jembatan penyeberangan untuk kepiting jika jalan raya menghalangi jalur migrasi dari hutan ke pantai. “Karena migrasi kepiting merah adalah proses alam yang menakjubkan,” tulis pengelola taman nasional pulau Christmas di web mereka.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain