OMICRON menjadi varian baru Covid-19 yang ditemukan di benua Afrika, di Gueteng Afrika Selatan dan Botswana, pada 11 dan 23 November 2021. Para ilmuwan menyebut daya tular Omicron dua kali lebih kuat dibanding varian Delta dari India yang masuk Indonesia pada Mei 2021.
Merebaknya varian baru Covid-19 ini memicu kekhawatiran seluruh dunia. Bursa saham sempat jatuh dan beberapa negara menutup pintu masuk dari Afrika, sebagian lain memperketat dan memberlakukan karantina kembali. Jepang bahkan menutup pintu bagi orang asing tanpa terkecuali.
Walau pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan, varian Omicron juga terdeteksi di Belgia, Bostwana, Jerman, Hong Kong, Israel, Italia dan Inggris. Artinya, varian Omicron sudah menyebar, meski belum jelas apakah varian ini yang menyebabkan kenaikan kasus positif di beberapa negara.
Pada 16 November 2021, infeksi positif Covid-19 di Afrika hanya tercatat 273 per hari. Sepekan kemudian, jumlahnya naik menjadi 1.200 dengan temuan varian Omicron. Belum terkonfirmasi secara pasti apakah kenaikan infeksi itu karena varian baru ini atau karena sebab lain.
WHO mengumumkan varian B.1.1.529 ini menjadi varian yang perlu diwaspadai (variant of concern) pada 26 November 2021. Variant of Concern berarti mutasi virus yang lebih cepat menyebar, lebih ganas dan kemungkinan kebal dari vaksin yang memproteksi asal virus Covid-19.
Berikut beberapa informasi varian Omicron sejauh ini.
Tingkat penularan
Masih belum terlalu jelas daya tular Omicron, tapi sejumlah penelitian awal menyebutkan bahwa daya tular varian baru Covid-19 ini dua kali lebih ganas dibanding varian Delta. Virus ini memiliki 30 varian mutasi yang berperan merusak kekebalan sel tubuh manusia.
Tingkat keganasan
Menurut WHO, masih belum jelas juga apakah tingkat keparahan yang ditimbulkan melebihi varian Delta. Data awal di Afrika Selatan menunjukkan pasien berusia muda (mahasiswa) mengalami gejala ringan dan tak mengalami kehilangan indera perasa dan penciuman, namun level keparahan Omicron bisa jadi perlu beberapa hari atau minggu. Beberapa pasien lain mengalami gejala tak biasa, yakni kelelahan akut.
Ahli penyakit menular Amerika Serikat, Dr. Anthony Fauci, menyebutkan varian Omicron lebih menular dan bisa melemahkan antibodi yang dihasilkan vaksin Covid-19. Namun Fauci menegaskan vaksin masih efektif menangkal Omicron.
Vaksin masih efektif
Senada dengan Fauci, WHO menyatakan meski masih dalam penyelidikan lebih dalam, vaksin yang ada sekarang masih efektif mencegah keparahan dan kematian. Para ahli vaksin kini sedang memperbarui kandungan vaksin untuk menyesuaikan dengan daya rusak varian baru Covid-19. Perbaruan vaksin membutuhkan waktu 4-6 bulan.
Saran WHO
Cara mencegah yang paling ampuh pada masa pandemi Covid-19 masih sama, yakni menjaga jarak lebih dari 1 meter dari orang lain, memakai masker, menerapkan ventilasi ruangan yang baik, hindari kerumunan, mencuci tangan, dan jaga kebersihan, serta mendapatkan vaksinasi.
Respons Indonesia
Pemerintah menutup pintu masuk dengan menangguhkan pemberian visa kepada warga negara asing (WNA) dengan riwayat perjalanan dalam 14 hari terakhir ke Afrika Selatan, Botswana, Lesotho, Eswatini, Mozambique, Malawi, Zambia, Zimbabwe, Angola, Namibia, dan Hong Kong.
Pengaturan ini dikecualikan kepada pemegang visa diplomatik dan dinas, pejabat asing setingkat menteri ke atas beserta rombongan yang melakukan kunjungan resmi/kenegaraan, masuk dengan skema Travel Corridor Arrangement, dan delegasi negara anggota G20.
Sementara Warga Negara Indonesia (WNI) yang memiliki riwayat perjalanan ke negara-negara tersebut dalam 14 hari terakhir tetap diizinkan untuk kembali ke Indonesia dengan kewajiban menjalani karantina selama 14 hari.
Sedangkan untuk WNA dan WNI dari negara lain yang tidak disebutkan di atas wajib melakukan penyesuaian durasi karantina menjadi 7 x 24 jam. Penambahan durasi karantina ini berubah dari yang sebelumnya hanya tiga atau lima hari.
Kendati studi-studi ilmiah untuk varian baru Covid-19 Omicron belum tersedia, pembatasan interaksi sosial amat penting untuk memutus penularan virus corona ini.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Penggerak @Sustainableathome
Topik :