Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 01 Desember 2021

Ancaman Terbesar Harimau Sumatera

Jerat menjadi ancaman paling mematikan harimau Sumatera. Pada 2017-2019, Forum HarimauKita menemukan 3.285 jerat.

Harimau Sumatera di permukiman penduduk (Foto: BKSDA Bengkulu)

HARIMAU Sumatera menghadapi risiko kepunahan yang sangat tinggi. Dengan laju penurunan populasi seperti sekarang maka diperkirakan harimau Sumatera akan punah dalam 100 tahun mendatang.

Harimau Sumatera saat ini diperkirakan sebanyak 568 ekor, turun dari perkiraan pada 2012 sebanyak 618 ekor. Adapun survei 1978 mencatat masih ada sekitar 1.000 ekor.

Mereka hidup di bentang alam sepanjang Sumatera. Setidaknya ada 23 lanskap habitat harimau Sumatera, dari Aceh hingga Lampung.

Menurut Ketua Forum HarimauKita, Ahmad Faisal, menurunnya jumlah harimau Sumatera disebabkan beberapa faktor, antara lain konflik dengan manusia, perburuan dan perdagangan, penyakit menular pada harimau dan penyakit pada mangsa harimau. 

Dari berbagai faktor penyebab, ancaman terbesar adalah konflik manusia dengan harimau dan perburuan. Contoh kasus konflik dengan manusia adalah banyaknya jerat yang ditemukan di bentang alam lokasi harimau.

Pada 2017-2019 Forum HarimauKita mengadakan aksi sapu jerat. "Dari kegiatan itu kami menemukan 3.285 jerat, jerat ini menjadi ancaman nyata dan terbesar," kata Ahmad Faisal dalam webinar Status Konservasi harimau Sumatera, Selasa 30 November 2021.

Dalam catatan Forest Digest, tiga ekor harimau Sumatera yang terdiri dari ibu dan dua anak jantan dan betina ditemukan mati terjerat di dekat hutan lindung Desa Ieu Boboh di Kecamatan Meukek, Aceh Selatan pada 24 Agustus 2021.

Dua bulan kemudian setelah peristiwa itu, harimau Sumatera juga mati terjerat di Riau. Lokasi penemuan bangkai harimau Sumatera ini berada di areal hutan produksi yang bisa dikonversi, berjarak 12,85 kilometer dari suaka margasatwa Bukit Batu.

Selain jerat, perburuan dan perdagangan harimau Sumatera menjadi ancaman terbesar lain yang membuat mereka terancam punah.

Ahli konservasi dan perdagangan satwa liar, Dwi N. Adhiasto mengatakan permintaan akan organ dan bagian tubuh harimau di perdagangan satwa liar sangat tinggi. Semua bagian tubuh harimau laku di pasar.

Dwi menjelaskan dari mulai kumis, gigi, taring, kulit, penis, daging, tulang, semua bisa dimanfaatkan dengan pasar yang berbeda-beda. Ada yang dijadikan pengobatan, kulit harimau dijadikan karpet. "Ada yang percaya kumisnya bisa meningkatkan wibawa," kata Dwi.

Akibatnya, perburuan terhadap predator hutan ini meningkat sehingga populasinya terus turun.

Meski operasi penangkapan pelaku penjualan satwa liar terus dilakukan, tuntutan pasar dan permintaan yang tinggi membuat pemburu merangsek ke dalam hutan. Apalagi, hukumannya juga ringan jika tertangkap, hanya 2,5 tahun penjara.

Indonesia pernah memiliki tiga dari delapan subspesies harimau yang ada di dunia. Harimau Jawa, harimau Bali, dan harimau Sumatera.

Harimau Jawa tak terlihat lagi sejak 1980-an, harimau Bali surut lebih dulu, yakni pada 1940-an. Pada 1996 harimau Sumatera masuk ke dalam kategori sangat terancam punah.

Jika hutan Indonesia tak lagi dihuni harimau, ekosistem akan terganggu. Sebagai predator tertinggi dalam rantai makanan, harimau adalah pemakan herbivora seperti babi dan kijang. Jika harimau punah, babi dan kijang akan melimpah.

Babi adalah hama bagi perkebunan masyarakat. Jika kelak babi diburu dan punah, tak ada lagi yang memakan tumbuhan. Akibatnya tanaman invasif akan memangsa tanaman lain. Ujungnya, manusia akan menderita karena kehilangan pangan untuk hidup kita.

Ancaman kepunahan harimau Sumatera, sebagai spesies predator terakhir hutan tropis, tengah menempuh jalan kepunahan manusia Indonesia.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Penggerak @Sustainableathome

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain