Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 16 Desember 2021

Yang Perlu Anda Tahu Tentang Omicron

Infeksi pertama Omicron di Indonesia. Beberapa hal yang perlu Anda tahu tentang varian terbaru Covid-19 ini.

Omicron (Foto: Geralt/Pixabay)

OMICRON sampai juga ke Indonesia. Kementerian Kesehatan mendeteksi satu orang petugas kebersihan Wisma Atlet, yang menjadi rumah isolasi dan karantina pasien Covid-19, terinfeksi varian terbaru Covid-19.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pasien yang terinfeksi Omicron pada pemeriksaan 10 Desember 2021 ini tak mengalami gejala apa pun. Menurut Budi, saat diumumkan pada 15 Desember 2021 sebagai pasien pertama Omicron, para pegawai tersebut sudah dinyatakan negatif.

Ada tiga orang yang diperiksa dalam pengetesan itu. Satu orang dinyatakan positif. Ketiganya menjalani karantina di Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat, hingga negatif.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memutuskan Wisma Atlet Kemayoran sampai tujuh hari ke depan sejak 16 Desember 2021 untuk mencegah penularan varian Omicron. Untuk antisipasi lonjakan infeksi, Satgas menyiapkan rumah susun Nagrak di Cilincing, Jakarta Utara, yang berkapasitas 4.000 tempat tidur menampung pasien Covid-19.

WHO menyatakan varian Omicron sebagai mutasi Covid-19 yang masuk pengawasan atau variant of concern pada 26 November 2021. Varian terbaru Covid-19 ini ditemukan pertama kali di Botswana pada 11 November 2021 dan muncul di Afrika Selatan pada 14 November 2021.

Dengan masuknya Indonesia terinfeksi Omicron, varian Covid-19 ini telah menyebar ke 78 negara. WHO menyebut varian Omicron menular lima kali lebih cepat dibanding varian Delta, meski para ahli di organisasi ini menyatakan masih harus menyelidiki lebih detail pola penularan varian baru ini.

Beberapa hal tentang Omicron menurut WHO:

  • Nama ilmiah varian ini adalah B.1.1.529. Omicron adalah varian dengan jumlah mutasi yang tinggi, termasuk 26-32 pada protein, beberapa di antaranya mengkhawatirkan dan mungkin terkait dengan potensi pelepasan kekebalan dan transmisibilitas yang lebih tinggi. Namun, masih ada ketidakpastian yang cukup besar.
  • Dengan bukti terbatas saat ini, Omicron memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan Delta. Penyebarannya lebih cepat daripada varian Delta di Afrika Selatan, negara dengan catatan penularan varian Delta sangat rendah. Di negara lain dengan infeksi Delta cukup tinggi, penularan Omicron juga masif. Dari data yang ada, Omicron kemungkinan melebihi varian Delta dalam hal transisi penularannya.
  • Data tingkat keparahan klinis Omicron masih terbatas. Temuan awal dari Afrika Selatan menunjukkan pasien terinfeksi Omicron tidak mengalami gejala separah Delta. Semua kasus yang dilaporkan di Eropa menunjukkan orang yang terinfeksi Omicron mengalami gejala ringan atau tanpa gejala.
  • Belum ada data tersedia tentang kemanjuran atau efektivitas vaksin untuk Omicron. Bukti awal menunjukkan ada penurunan kemanjuran vaksin terhadap infeksi dan transmisi Omicron. 
  • Ada beberapa bukti awal reinfeksi Covid-19 meningkat di Afrika Selatan. Pasien yang pernah terinfeksi Covid-19 terinfeksi kembali oleh varian Omicron. 
  • Ada bukti awal serum dari individu yang mendapatkan vaksin dan sebelumnya terinfeksi Covid-19 memiliki daya netral virus lebih rendah.
  • Akurasi diagnostik tes PCR dan tes diagnostik cepat berbasis antigen (Ag-RDT) yang rutin tampaknya tidak terpengaruh Omicron. 
  • Tak terdeteksi tes PCR karena varian ini menghapus gen S yang menjadi penanda infeksi dalam tes PCR.
  • Di Afrika Selatan, menurut Washington Post, orang yang terinfeksi Omicron rata-rata berusia 35-39 tahun. Di negara ini orang dewasa yang sudah mendapatkan vaksin hanya 36%.
  • Gejala pasien positif di Afrika Selatan adalah gejala ringan dengan pemulihan dalam tiga hari. Gejala Omicron awal yang paling umum adalah tenggorokan gatal, diikuti hidung tersumbat, batuk kering dan nyeri otot (mialgia), yang bermanifestasi dalam nyeri punggung bawah.
  • Cara membaca Omicron adalah ah-muh-kraan. Artinya abjad dan bintang ke-15 dalam susunan bintang Yunani.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain