KESEPIAN salah satu penyakit mental paling berbahaya. Tingkat risiko kematian seseorang yang merasa kesepian mencapai 45%, lebih tinggi dari tingkat risiko kematian akibat polusi udara, obesitas, atau kencanduan alkohol. Studi Brigham Young University menemukan kesepian membuat 50% kematian dini.
Tumbuhnya perkotaan yang meningkatkan kesibukan dan merenggangkan ikatan sosial manusia membuat tingkat kesepian meningkat. Pandemi Covid-19 membuat depresi makin bertambah akibat pembatasan interaksi.
Kerja dari rumah mungkin menyenangkan bagi sebagian orang. Tapi bagi sebagian lain adalah bertambahnya jam pekerjaan dan naiknya beban karena tambahan urusan domestik rumah tangga. Di Amerika Serikat, 61% anak muda merasa kesepian dan depresi selama masa pandemi.
Di Indonesia, laporan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia menunjukkan 64,8% pasien yang mengakses layanan swaperiksa sebanyak 4.010 orang mengaku mengalami masalah psikologis selama pandemi. Lalu, bagaimana solusinya?
Dalam studi terbaru di Nature edisi 20 Desember 2021, rasa kesepian bisa diatasi dan berkurang bila manusia kontak dengan alam, seperti melihat pohon, langit yang cerah, bersentuhan dengan hangat Mentari, atau mendengar kicau burung.
Studi yang dipimpin dosen Kings College London ini ingin melihat bagaimana dampak alam terhadap perasaan kesepian manusia. Data-data studi ini diambil dari penduduk berbagai kota dunia lewat aplikasi.
Responden diminta secara acak tiga kali sehari dalam dua pekan menjawab pertanyaan sederhana tentang kesepian, kepadatan penduduk, inklusi sosial, dan kontak dengan alam.
Pertanyaannya, antara lain, "Apakah Anda merasa diterima di antara orang-orang sekitar?", "Apakah Anda bisa melihat pohon sekarang?" Lebih dari 750 orang merespons.
Para responden secara sukarela menjawab pertanyaan, sehingga hasil penelitian ini tidak mewakili populasi yang lebih luas. Namun ketika peneliti menghubungkan jawaban responden dengan usia, etnis, tingkat pendidikan, dan pekerjaan, data ini menjadi penting.
Studi ini mengungkap populasi sebuah wilayah yang terlalu padat cenderung meningkatkan kesepian hingga 39%. Namun ketika orang-orang melihat pohon atau langit yang cerah perasaan tersebut turun menjadi 28%.
Andrea Mechelli, salah satu peneliti, mengatakan hasil studi menunjukkan kota besar tak selamanya merusak kesehatan mental, selama penduduknya bisa mengakses tempat-tempat natural seperti taman atau menyediakan banyak kesempatan bagi warganya bersosialisasi.
Dalam penelitian yang lain terungkap bahwa dua jam berjalan atau menikmati alam bisa meningkatkan imun dan kesehatan secara signifikan.
Tak masalah, Anda menikmatinya di taman atau hutan, juga pantai. Yang pasti dua jam bersentuhan dengan alam terbuka sama manfaatnya dengan 150 menit olahraga selama sepekan.
Sedangkan bukti lainnya, studi Qing Li, pencetus istilah shinrin-yoku atau forest bathing (mandi hutan), menemukan bahwa udara hutan menghasilkan zat yang disebut fitonsida, yang berperan menurunkan stres karena memicu berkembangnya sel pembunuh alami yang mendorong imunitas.
Kini, kontak dengan Alam bukan hanya meningkatkan imun tapi juga mengusir kesepian. Tentu di alam dan lingkungan yang terpelihara, tak ada polusi dan berkembang sesuai keadaan alamiahnya.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Penggerak @Sustainableathome
Topik :