VAKSIN telah menjadi jalan keluar mengakhiri pandemi Covid-19 sejak akhir 2019. Munculnya varian Omicron di Afrika menunjukkan kerja vaksin dalam melawan virus corona. Omicron muncul karena mutasi virus akibat rendahnya vaksinasi. Hingga awal Desember 2021, tingkat vaksinasi di Afrika baru 7%.
Tingkat keparahan varian Omicron yang rendah juga menunjukkan, kesimpulan sementara, mutasi virus corona semakin melemah. Ketika tingkat vaksinasi masih rendah di seluruh dunia, varian Delta dari India pada Mei lalu membuat orang yang terinfeksinya mengalami gejala parah.
Meski masih perlu banyak data, para ilmuwan menduga keganasan varian Omicron kian melemah karena terhalang antibodi pada mereka yang memperoleh vaksin Covid-19. Beberapa ahli bahkan memprediksi, dengan melemahkannya serangan Covid-19, tahun depan pandemi akan berubah menjadi endemi. Artinya, virus corona akan tetap menyerang tapi tak mematikan.
Masalahnya, seberapa ampuh vaksin Covid-19 membangun antibodi pada tiap orang perlu alat mahal untuk mendeteksinya. Berangkat dari problem itu Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB University membuat kit antibodi Covid-19. Antibodi berbasis Enzyme-Linked Immunosorbent Assay ini berperan sebagai pengecek imunitas bagi mereka yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19.
Mengacu pada namanya, perangkat deteksi antibodi vaksin ini dinamakan “Kit ELISA IPB”. “Ini untuk mengecek antibodi vaksin secara praktis, presisi, sekaligus ekonomis,” kata Kepala PSSP IPB University Huda Shalahudin Darusman di web IPB.
Menurut Huda, Kit ELISA didesain dari bahan biologis dua komponen virus, yaitu protein N dan antigen protein rekombinan N serta protein rekombinan RBD (reseptor-binding domain) virus SARS-COV 2. “Kit ini bisa mengecek antibodi setelah vaksinasi atau pada pasien yang sembuh setelah terinfeksi Covid-19,” kata dia.
Menurut pelbagai studi, mereka yang terinfeksi Covid-19 akan memiliki kekebalan tubuh karena antibodi telah mempelajari pola serangan virus selama masa inkubasi dan infeksi. Dengan kit ini, kata Huda, pemerintah bisa memakai data antibodi dalam kebijakan dan tata kelola vaksin.
Kit ELISA IPB diluncurkan pada 21 Desember 2021. Pada peluncuran itu, Rektor IPB Arif Satria mengatakan bahwa penemuan ini penting bagi dunia kesehatan. “Kesehatan tak hanya manusia, tapi hewan, tanaman, dan kesehatan lingkungan,” kata dia.
Dari pandemi Covid-19 ini kita belajar, kata Arif, bahwa kesehatan manusia sangat tergantung pada kesehatan hewan. Virus corona menular kepada manusia melalui inang satwa yang terinfeksi virus. Pelbagai pandemi dimulai dari kerentanan hewan atas sebuah virus.
Kemunculan virus juga erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan. Studi-studi telah membuktikan lingkungan yang rusak membuat hewan kehilangan habitat lalu mendekat ke manusia saat sakit. Dari sini siklus pandemi dimulai.
Hewan sakit biasanya akibat lingkungan sakit karena pemanasan global. Pandemi virus flu Spanyol pada 1918 dimulai oleh burung laut yang sakit akibat memakan tiram yang sakit. Tiram sakit akibat naiknya suhu permukaan laut akibat pemanasan global. Pemanasan global terjadi karena jumlah emisi karbon yang diproduksi manusia berlebihan hingga tak terserap atmosfer.
Baru 20 tahun kemudian vaksin flu ditemukan dan kini kita hidup bersama virus flu yang kita sebut sebagai selesma. Kit ELISA IPB akan jadi satu cara mengecek efektivitas vaksin dalam tubuh kita sebagai penangkal virus Covid-19.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University
Topik :