TAK punya lahan bukan berarti tak bisa mengembangkan pertanian. Sejumlah mahasiswa program Kampus Merdeka membudidayakan ubi cilembu di tanah yang tak subur di Purwakarta, Jawa Barat.
Masyarakat menyebutnya Kampung Ilmu di Desa Cisarua, Kecamatan Tegalwaru. Sebanyak sebelas mahasiswa dari Universitas Pendidikan Indonesia dan Universita Merdeka Malang mengembangkan pertanian di lahan pekarangan yang tak subur.
Di bawah bimbingan sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo, para mahasiswa menanam ubi cilembu dalam karung. “Tanah di sini tak cocok untuk tanaman ubi,” kata Ajeng Maulida Hasanah, pengelola Kampung Ilmu pada 26 Desember 2021.
Ide menanam ubi cilembu di karung karena di desa itu penduduk banyak yang menjadi peternak dan petani. Mereka punya banyak karung untuk menampung pakan atau kotoran ternak. Para mahasiswa tak memakai polibeg karena harus membeli.
Karung itu dilubangi 12 buah. Lubang ini akan menjadi tempat masuk cahaya serta arah tumbuh ubi. Bibitnya vegetatif dan generatif.
Menurut Ajeng, ubi cilembu termasuk umbi akar yang tumbuh di tanaman yang tidak begitu keras. Untuk itu mereka mencampur tanah dengan kotoran ternak dan sekam. “Waktu awal mencoba ubi tidak tumbuh merata,” kata Ajeng.
Para mahasiswa mencoba teknik kapiler untuk menyalurkan pupuk sehingga merata sampai dasar karung. Kapilernya terbuat dari botol bekas dan kain flanel. “Kapiler memberikan nutrisi secara merata ke seluruh karung,” kata Agnestina Tiwe, mahasiwa pariwisata Universitas Merdeka Malang.
Ide menanam ubi cilembu dalam karung menjadi bagian program Kampus Merdeka karena di Desa Cisarua penduduknya terdata kurang gizi. Sebanyak 50% anak-anak mengalami kontet atau stunting.
Pandemi Covid-19 membuat desa ini kian menurun ketahanan pangannya karena tanah yang tak subur. Dengan menanam ubi dalam karung penduduk tak harus punya lahan pertanian luas, bahkan cukup di pekarangan sehingga kebutuhan pangan bisa mereka cukupi dari hasil panen sendiri.
Menurut Ajeng, awalnya masyarakat tak tertarik dengan program ubi dalam karung yang mereka tawarkan. Seiring keberhasilan panen, penduduk akhirnya mengikuti dengan menanam ubi dalam karung di rumah masing-masing.
Program ini juga sekaligus menjadi saluran pemanfaatan kotoran ternak. Para mahasiswa berencana akan memasarkannya jika tiap rumah sudah bisa panen dengan kualitas yang bagus. “Namanya ubi organik,” kata Tiara Tanzuziler dari UPI.
Jika budidaya ubi cilembu dalam karung bisa menghasilkan secara ekonomi di Cisarua, para mahasiswa akan meluaskannya ke desa lain. Selain menjaga ketahanan pangan di masa pandemi, budidaya ubi memberikan asupan gizi bagi makanan penduduk desa.
Budidaya ubi cilembu dalam karung juga bisa menjadi solusi ketahanan pangan lokal yang bisa menjadi solusi krisis iklim. Pangan impor, selain mahal, juga tak ramah lingkungan karena menghasilkan emisi karbon dalam jumlah banyak dalam pengangkutan, transportasi, pengemasan, hingga distribusinya.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University
Topik :