Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 12 Januari 2022

Kunci Transisi Energi di Indonesia

Perlu ada fokus dalam transisi energi fosil ke energi terbarukan. Potensi energi matahari paling besar.

Panel surya di masjid Istiqlal memakai sumber energi matahari. Biaya listrik turun 15% (Foto: Koran Tempo)

SUMBER emisi terbesar Indonesia maupun global adalah gas rumah kaca dari pembakaran energi. Sekitar 80% sumber emisi global sebesar 52 miliar ton setara CO2 per tahun berasal dari energi. Karena itu, jika dunia hendak menurunkan separuh emisi karbon untuk mencegah krisis iklim, energi fosil harus digantikan energi terbarukan.

Energi fosil paling banyak dipakai adalah batu bara. Indonesia salah satu produsen batu bara terbesar di dunia. Baru-baru ini pemerintah melarang ekspor batu bara karena ada krisis pasokan untuk kebutuhan listrik nasional. Namun, setelah diprotes pengusaha batu bara, kebijakan ini dibatalkan dan per hari ini, 12 Januari 2022, ekspor berlaku kembali.

Bauran energi terbarukan Indonesia masih di bawah 20%. Baru akan mencapai 23% pada 2025.

Sumber energi terbarukan apa yang bisa menggantikannya? Dalam arti, bisa mengimbangi batu bara dalam hal sumbernya yang besar, mudah, murah? Idoan Marciano, peneliti dan spesialis teknologi energi dan kendaraan listrik Institute for Essential Services Reform (IESR), sebuah LSM, menyebut energi matahari.

Ada tiga alasan, menurut Idoan, mengapa tenaga surya menjadi sumber energi alternatif.

Pertama, karena energi matahari memiliki potensi teknis paling melimpah di Indonesia. Kedua, karena scalable, sehingga memungkinkan digunakan dari skala terkecil hingga besar. Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) bisa diadopsi untuk skala residensial maupun bisnis dan industri. Ketiga, kata dia, PLTS ini juga lebih padat energi dibanding sumber energi terbarukan lain, sehingga pemanfaatannya tidak membutuhkan lahan yang terlalu besar, dan penempatannya pun fleksibel: dari gedung sampai penerangan lalu lintas.

Pemakaian energi matahari untuk gedung menjadi langkah paling konkret. Masjid Istiqlal salah satu contoh rumah ibadah dengan konsep gedung hijau (green building) yang memanfaatkan panel tenaga surya untuk memenuhi kebutuhan listriknya. Masjid Istiqlal memiliki 504 unit modul solar dengan kapasitas masing-masing modul sebesar 325 watt peak yang dibuat sejak 2019.

Saat ini pasokan energi PLST masjid Istiqlal sudah memenuhi sekitar 16% kebutuhan listriknya. Menurut Her Pramtama, Wakil Kepala Bidang Riayah Masjid Istiqlal, setelah memakai PLTS biaya pemakaian listrik turun 15%.

Yodi Danusastro, konsultan gedung hijau yang mendampingi pengurus Istiqlal dalam sertifikasi gedung hijau, menambahkan bahwa konsep green building, bukan hanya dari pengadaan listriknya, juga faktor lain seperti pengelolaan sampah. Setelah Istiqlal, kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan mengikuti memakai listrik energi terbarukan.

Tenny Kristiana, peneliti International Council on Clean Transportation (ICCT), konsep green building juga mesti meluas ke pemerintah daerah atau rumah ibadah, tidak hanya di kantor-kantor pemerintah pusat di Jakarta. Caranya, pemerintah pusat membuat semacam proyek pilot di berbagai kota atau membuat kompetisi antar perkotaan atau kabupaten tentang gedung ramah lingkungan.

Setelah itu perlu ada edukasi kepada publik tentang pentingnya panel surya. Menurut Tenny, sejauh ini publik belum paham sepenuhnya untuk apa pindah ke panel surya dari listrik PLN yang memakai batu bara.

Untuk mendorongnya, kata Tenny, pemerintah perlu memberikan insentif agar panel surya lebih masif dipakai masyarakat. Insentif bisa melalui subsidi harga sehingga panel surya terjangkau oleh lebih banyak penduduk. 

Untuk mendorong literasi, pemerintah bisa meluaskan pemakaian panel listrik di fasilitas-fasilitas publik, seperti penerangan jalan, penerangan taman sampai dengan operasional lampu lalu lintas. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sejauh ini sudah menggunakan penerangan jalan umum tenaga surya di 30.00 titik yang menerangi jalan sepanjang 1.500 kilometer di 200 kabupaten/kota di Indonesia.

Lalu transportasi publik. Sejauh ini, teknologi tenaga surya untuk transportasi publik berbasis listrik baru dilakukan Shenzhen, Cina. Salah satu tantangan terbesar penggunaan energi surya dalam transportasi keterbatasan durasi operasional kendaraan.

Karena itu pengisian baterai perlu ditambah. Pemerintah kabarnya akan membangun 900.000 stasiun pengisian baterai dan 6.000 stasiun pengisian baterai cepat untuk kendaraan listrik hingga 2035. Kendaraan listrik akan jadi solusi krisis iklim jika sumber listriknya dari energi terbarukan.

Dengan pelbagai contoh itu, kata Idoan, energi matahari menjadi kunci Indonesia memasuki transisi energi memakai energi terbarukan. Sehingga sejalan dengan target pemerintah mengurangi emisi karbon sebesar 29-41% pada 2030.

Ikuti perkembangan terbaru transisi energi di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain