Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 12 Januari 2022

2021: Rekor Suhu Laut Terpanas

Suhu laut dunia pada 2021 menjadi yang terpanas sepanjang sejarah. Indikator utama krisis iklim.

Nelayan Wakatobi melaut (Foto: Dok. PSKL)

KRISIS iklim makin mengkhawatirkan. Suhu laut dunia pada 2021 tercatat sebagai suhu laut terpanas sepanjang sejarah. Fenomena La Niña tahun itu yang membuat suhu laut pasifik lebih dingin tak bisa membendung menghangatnya suhu laut global.

Menurut penelitian terbaru di Atmospheric Sciences, kenaikan suhu laut global memecahkan rekor tahun sebelumnya. Suhu laut terpanas ini menjadi rangkaian suhu laut terpanas selama selama enam tahun berturut-turut.

Konstruksi Kayu

"Laut terus memanas secara global, ini indikator utama perubahan iklim yang disebabkan manusia," kata Kevin Trenberth, ilmuwan iklim di Pusat Penelitian Atmosfer di Colorado seperti dikutip Guardian pada Selasa 11 Januari 2022.

Kian menghangatnya suhu laut menyebabkan badai, hujan lebat yang ekstrem di berbagai dunia. Dampak cuaca ekstrem tersebut mengakibatkan bencana iklim, seperti banjir. Lapisan es di kutub Utara dan kutub Selatan juga mencair hingga meningkatkan permukaan air laut.

Laut adalah penyerap karbon alami. Ekosistem laut menyerap sepertiga karbon dioksida yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia.

Masalahnya, semakin banyak emisi yang diserap, laut akan semakin asam. Efeknya, terumbu karang rusak, ekosistem terganggu. Bila terus rusak, ikan yang menjadi sumber pangan 500 juta orang di dunia pun terancam.

Terus memanasnya suhu laut global tak lepas dari emisi dari penggunaan bahan bakar fosil, ditambah deforestasi membuat beban laut sebagai penyerap karbon menjadi lebih berat. Dalam 50 tahun terakhir sebanyak 90% panas diserap oleh laut.

Jumlah panas yang diserap oleh lautan sangat besar. Tahun lalu, 2.000 meter lautan menyerap 14 zettajoules lebih banyak daripada yang terjadi pada tahun 2020. Jumlah energi ekstra ini 145 kali lebih besar dari seluruh pembangkit listrik dunia.

Pemanasan laut terparah terjadi di Samudera Atlantik, namun penelitian baru menyebut suhu laut Pasifik juga naik dramatis sejak 1990 dan laut Mediterania yang tecatat paling tinggi kenaikannya tahun lalu.

"Bila kita tidak mencapai nol emisi, pemanasan suhu laut terus berlanjut, rekor suhu terpanas dipastikan akan pecah terus, seperti tahun ini," kata Michael Mann, ilmuwan iklim Penn State University dan 23 peneliti lainnya yang membuat studi ini.

Nol emisi atau net zero emission adalah istilah iklim untuk menyebut seimbangnya jumlah emisi karbon dengan penyerapannya sehingga emisi tak menjadi gas rumah kaca yang menjadi penyebab krisis iklim.

Indikatornya adalah kenaikan suhu bumi 1,50 Celsius pada 2030. Badan Meteorologi Inggris sudah memprediksi kenaikan suhu bumi tahun ini bakal naik lagi di atas 1C.

Untuk bisa menekan kenaikan suhu di bawah 1,5C, jumlah emisi karbon harus dipangkas separuhnya dari produksi tahunan 52 miliar ton setara CO2. Setelah 2030, dunia harus terus menurunkannya dengan menaikkan ekosistem alamiah sebagai penyerapnya sehingga tercapai keseimbangan pada 2050.

Suhu laut terpasan dilihat dari serapan energi

Para ilmuwan ini berpesan, sadari dan pahami bahwa laut adalah basis mitigasi krisis iklim. Suhu laut yang naik menunjukkan pemanasan global yang nyata. Dalam dokumen pengurangan emisi Indonesia (NDC), laut masuk ke dalam skema adaptasi krisis iklim.

Mengingat laut sebagai ekosistem penyerap panas yang bagus, ekosistemnya pun menjadi penyerap gas rumah kaca yang baik. Karena itu memelihara padang lamun atau mangrove menjadi mitigasi krisis iklim yang utama. Dalam NDC, Indonesia hendak merestorasi mangrove seluas 600.000 hektare hingga 2030.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Penggerak @Sustainableathome

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain