
KITA kadung percaya bahwa sumber omega 3 adalah ikan, salah satunya salmon. Namun ternyata, kandungan omega 3 dalam ikan berasal dari alga bawah laut yang mereka makan. Maka, film semacam Seaspiracy, menganjurkan daripada memanen ikan secara berlebihan untuk mendapatkan omega 3, lebih baik memakan alga saja.
Jika mengeksploitasi laut butuh biaya besar dan mengancam kelestarian, omega 3 bisa kita dapatkan di darat. Dari kacang-kacangan. Salah satunya kacang inka (Plukenetia volubilis).
Nama lainnya Sacha Inchi. Kacang dari Amerika Selatan dan Antillen Kecil ini sudah ada sejak zaman prahispanik. Kita tahu keberadaan kacang ini sudah ada sejak dulu dari artefak bergambar buah-buahan dan tanaman merambat.
Artefak itu ditemukan di sepanjang pantai Peru di situs pemakaman Inca. Para arkeolog menduga kacang inka sudah dibudidayakan sejak 3.000-5.000 tahun yang lalu.
Kacang yang berasal dari famili Euphorbiaceae ini sudah tersebar di berbagai daerah termasuk Indonesia. Potensi pengembangan kacang inka sangat besar. Selain mengandung omega 3 yang tinggi, kacang ini bisa menyembuhkan kolesterol, asam urat, dan penyakit lainnya.
Supriyanto, peneliti senior SEAMEO BIOTROP, menjelaskan pelbagai manfaat mengkonsumsi kacang inka. Menurut pengalaman Supriyanto, saat memberikan kacang ini kepada penjangkit kolesterol, dalam tiga hari kadarnya bisa turun dari 230 menjadi 160. “Reaksi dari minyak tak jenuh akan melarutkan minyak jenuh di dalam tubuh, sehingga bisa mengatasi kolesterol” ujarnya kepada Forest Digest pada 21 Januari 2022.
Cara mengkonsumsi kacang inka adalah dengan menyangrai bijinya. Karena kacangnya dilindungi kulit yang cukup keras, memakannya harus dipukul untuk membuka cangkangnya. “Kulitnya tidak perlu dibuang karena bisa dibuat teh yang menyehatkan juga,” kata Supri.

Kacang inka (Foto: FD)
Dari hasil penelitian Supri, kandungan dari kacang inka kurang lebih 91% lemak tak jenuh. Kandungan omega 3 kurang lebih 47%, omega 6 sebesar 36%, dan omega 9 sebesar 7%. Supriyanto sedang mencoba mengembangkan produk turunan kacang inka ini dalam bentuk minyak, hebal, tolak nyamuk, sabun.
Secara budidaya, kacang inka cocok dikombinasikan dengan sistem wanatani atau agroforestri. Tanaman liana yang merambat ini cukup tahan terhadap naungan sehingga dapat dikombinasikan sebagai tanaman bawah pada sistem agroforestri.
Menurut Supriyanto, naungan minimalnya 30% sehingga kacang inka masih bisa mendapatkan matahari. Naungan yang menghambat cahaya matahari ini di satu sisi akan pertumbuhan tanaman inka, tapi membuat kadar omega 3 dalam biji kacang ini akan naik.
Dengan pelbagai khasiat itu, pengembangan kacang inka di Indonesia masih belum populer. Padahal secara ekonomi, budidaya kacang inka cukup menguntungkan.
Jika harga kacang inka Rp 20.000-80.000 per kilogram, bisnis kacang inka lumayan menghasilkan. Apalagi jika diolah menjadi produk turunan seperti minyak. Satu liter minyak inka Rp 1,3 juta.
Nilai kacang inka, jika diolah dalam pelbagai produk turunan, kian meningkat karena Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah menetapkan kacang ini sebagai makanan super pada 2014.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.

Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University
Topik :