MAHASISWA Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University mengenalkan media tanam baru bagi masyarakat Desa Banyuwangi di Cigudeg, Bogor, Jawa Barat. Media tanam alternatif itu adalah batang pisang untuk sayuran.
Para mahasiswa datang ke desa itu untuk kuliah kerja nyata (KKN) selama sebulan, 20 Desember 2021 hingga 30 Januari 2022 Selain mencoba cara baru, batang pisang sebagai media tanam sayur juga efektif bagi mereka yang tak memiliki lahan untuk berkebun atau lahan yang gersang dan miskin hara.
Menurut Reza Dwiputra Perdhana, pemimpin regu KKN, batang pisang juga menghemat kebutuhan air untuk tanaman sehingga menghemat biaya. “Masyarakat menyambut ide ini karena bisa jadi solusi memenuhi kebutuhan pangan di masa pandemi,” katanya.
Pada masa pandemi, pembatasan interaksi sosial membuat pasokan kebutuhan pangan juga tersendat. Dengan menanam sayuran sendiri, kebutuhan keluarga akan protein nabati tetap terpenuhi.
Ide menanam sayuran di batang pisang mereka peroleh dari jurnal Education and Development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan edisi Februari 2021. Adam Smith Bago, penulisnya, menayangkan hasil penelitian tanaman sawi pahit (Brassica juncea L) yang ia tanam di batang pisang.
Adam Smith membandingkan pertumbuhan sawi pahit di batang pisang dengan sawi pahit yang ia tanam di polybag. Hasilnya, jumlah helai daun sawi pahit di batang pisang lebih banyak. Batangnya juga lebih jangkung.
Pada sawi batang pisang, ia hanya perlu menyiramnya sekali sehari. Sementara pada sawi pahit di polybag ia harus menyiramnya dua kali sehari.
Pertumbuhan pesat daun sawi pahit di batang pisang adalah karena batang pisang kaya akan unsur nitrogen. Sehingga meski tak disiram, kebutuhan nutrisi sawi pahit tercukupi oleh nitrogen alamiah di batang pisang.
Batang pisang juga menyimpan unsur-unsur penguat dan pendongrak tumbuh tanaman seperti kalium, kalsium, ion sufat, dan potasium. Unsur-unsur kimia alami ini menjadi unsur hara penting penopang tumbuh sayuran.
Menurut Adam Smith Bago, kandungan air pada batang pisang mencapai 80% kebutuhan air yang diperlukan sawi pahit untuk tumbuh. Sehingga ia hanya perlu menyiramnya sehari sekali.
Kandungan air yang tinggi ini menjadikan proses pertumbuhan di batang pisang cenderung lebih mudah. Selain mendapatkan air, media tanam batang pisang juga memungkinkan kita lebih mudah menaburkan pupuk organik.
Dengan membuat lubang untuk tiap bibit, kandungan hara dalam pupuk terserap secara penuh oleh tanaman karena bereaksi dengan unsur kimia dalam batang pisang.
Di Desa Banyuwangi, mahasiswa IPB University tak hanya menanam sawi. Mereka coba menanam kangkung. Hasilnya, kualitas tak jauh beda dengan sawi dan kangkung yang ditanam di tanah. Menanam sayuran di batang pisang menjadi menarik karena hemat air dan hemat lahan.
Masyarakat juga bisa memanfaatkan batang pisang yang baru ditebang sebagai media tanam untuk sayuran. Untuk skala rumah tangga, media tanam batang pisang ini layak dicoba seperti masyarakat Desa Banyuwangi.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University
Topik :