Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 01 Februari 2022

Tiga Isu Utama Pertanian G20 Indonesia

Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan negara-negara G20 tahun ini. Tiga isu utama bidang pertanian G20 Indonesia.

Lahan pertanian tadah hujan (Foto: Dok. FD)

INDONESIA menjadi tuan rumah pertemuan G20. Ini sebutan untuk negara-negara yang memiliki skala ekonomi besar. Sebetulnya hanya 19 negara anggotanya karena satu pihak adalah Uni Eropa, kumpulan 27 negara. Dengan begitu, G20 mewakili 66% penduduk bumi dan 80% perdagangan dunia.

Didirikan pada 1999, untuk pertama kali Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 2022. Tema G20 Indonesia 2022 adalah pulih bersama, pulih semakin kuat—recover together, recover stronger. Tema ini karena dunia dilanda pandemi Covid-19 yang mematikan banyak sektor. Indonesia menjadi tuan rumah, atau memakai kata kenes “presidensi”, setelah Italia tahun lalu.  

Konstruksi Kayu

G20 biasanya membahas kerja sama ekonomi dan pembangunan. Karena masa krisis iklim, tema mitigasi perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan ditambahkan sebagai isu-isu krusial.

Dalam persiapan menuju Konferensi Tingkat Tinggi G20 Indonesia tahun ini, Kementerian Pertanian memulai pertemuan grup kerja pertanian atau Agriculture Working Group untuk merumuskan isu utama yang akan dibahas.

Menurut Edi Prio Pambudi, Deputi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Perekonomian, forum ini adalah mendorong kolaborasi ketahanan pangan, teknologi, dan digitalisasi sektor pertanian. “Selain itu, pentingnya menempatkan pertanian sebagai isu prioritas dalam membangun ketahanan pangan global serta mendukung ekonomi hijau,” kata dia pada 30 Januari 2022.

Stefano Patuaneli, Menteri Pertanian Italia, mengamini pernyataan Edi. Menurut dia, kekuatan Italia dalam G20 2021 terletak pada keterlibatan petani dan organisasi pertanian, serta peran aktif mereka dalam forum internasional. “Kita harus bisa menangkap aspirasi mereka karena mereka yang berkecimpung secara langsung dalam produksi pangan dunia,” katanya.

Produksi pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan pangan. Menurut Stefano, ketahanan pangan harus tetap menjadi isu utama yang dibahas dalam kelompok kerja bidang pertanian. Soalnya, pandemi dan krisis iklim meningkatkan gizi buruk dan akses pangan semain terbatas. “Kita tidak bisa mengalihkan pertanian dari ketahanan pangan,” tambah Stefano. 

Setuju dengan stefano, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa ketahanan pangan harus menjadi isu sentral dalam pertemuan G20 Indonesia tahun ini. Kata dia, pandemi telah menciptakan tantangan terhadap ketahanan pangan dan gizi yang diakibatkan oleh pembatasan gerakan barang dan jasa baik di tingkat regional maupun global. “Masih banyak penduduk miskin di desa dan di daerah perkotaan yang kekurangan akses pangan dan nutrisi,” ujarnya.

Krisis iklim membuat akses pangan semakin kompleks. Penurunan dan degradasi sumber daya alam dan ancaman penyakit, kata Syahrul, semakin nyata dan harus dicari solusi secepatnya. 

Kelompok kerja bidang pertanian G20 Indonesia telah mengidentifikasi tiga isu prioritas yang akan menjadi fokus bahasan dalam rangkaian pertemuan nanti: 

  • Membangun sistem pangan dan pertanian yang tangguh serta berkelanjutan
  • Mempromosikan perdagangan pangan yang terbuka, adil, dan dapat diprediksi serta transparan
  • Mendorong bisnis pertanian yang inovatif melalui pertanian digital untuk memperbaiki kehidupan pertanian di wilayah pedesaan

Ketiga isu tersebut terangkum dalam satu tema besar yaitu “Balancing Production and Treat Fulfill Food for All” yang menjadi identitas kelompok kerja bidang pertanian presidensi Indonesia.

Syahrul berharap G20 Indonesia melahirkan komitmen bersama memastikan keseimbangan jaminan pasokan pangan nasional dari sumber pertanian dalam negeri. “Dalam komitmen luar negeri, kami memastikan jaminan kelancaran perdagangan pangan dan pertanian untuk menjamin kecukupan pangan bagi kita semua,” kata Syahrul.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain