UNIVERSITAS Gadjah Mada (UGM) dan Bank Indonesia (BI) menjalin kerjasama dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) melalui program tanggung jawab sosial perusahaan. Program itu dinamai Serikat Surya Handayani (SSH) yang ditargetkan untuk menguatkan bisnis energi ramah lingkungan di masyarakat.
Rektor UGM Panut Mulyono menerangkan bahwa program SSH akan dilaksanakan pada Graha BMT Ummat, Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Program ini, kata dia, akan dimanfaatkan untuk mendukung usaha olahan produk biofarmaka serta usaha batik di kabupaten tersebut. “Selain itu, PLTS ini juga akan dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian,” kata Panut dalam situs UGM.
PLTS yang dibuat Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (Pustek) UGM ini akan memiliki kapasitas puncak 12 ribu watt. Listriknya akan dipakai untuk menggerakkan pompa air bergerak untuk mengangkut air saat musim kemarau. Airnya akan dipasok kepada sawah petani yang kekurangan sumber air dan biaya.
Sebetulnya konsep pompa air tenaga surya sudah lama digagas UGM, sejak 2012. Setelah melalui pelbagai percobaan, pompa air tenaga surya siap dirilis. Di pasar, banyak juga yang sudah memakai pompa yang memakai listrik tenaga matahari ini.
Sebab, tak hanya ramah lingkungan, pompa air tenaga listrik adalah solusi bagi daerah kering yang susah air. Di Gunung Kidul, misalnya, untuk memenuhi kebutuhan air, masyarakat harus berjalan 2-2,5 kilometer untuk mengangkut air untuk mandi atau minum.
Listrik yang belum mencapai mata air membuat mereka kesulitan mengalirkan air memakai pompa yang membutuhkan listrik. Dalam perhitungan UGM, masyarakat harus urunan listrik memakai diesel untuk mendapatkan air di bak komunal. Kebutuhan listrik sehari kira-kira Rp 80.000, cukup besar untuk memenuhi kebutuhan pokok ini.
Dengan memakai tenaga surya, problem sosial ini akan bisa tertangani. Apalagi, radiasi matahari di Gunung Kidul sekitar 5,66 kilowatt jam per meter persegi per hari, cukup besar untuk menghasilkan listrik.
Karena itu Bupati Gunung Kidul Sunaryanta menyambut baik inisiatif ini. Menurut dia, sebanyak 80% warga Gunung Kidul adalah petani yang mengandalkan pada sawah tadah hujan. Sementara daerah ini terkenal memiliki curah hujan sedikit. Sunaryanta bahkan berencana menjadi pompa air bertenaga surya ini sebagai bisnis masyarakat dalam penyediaan air minum.
Arif Hartawan, Kepala Departemen Ekonomi Ekonomi Syariah Bank Indonesia, menambahkan bahwa proyek pompa air tenaga surya ini sebagai upaya memaksimalkan penggunaan energi terbarukan yang melimpah di Indonesia. “Ekonomi hijau harus didorong oleh energi hijau juga,” kata dia.
Ia berharap pengembangan energi hijau melalui pompa tenagara surya sebagai contoh pengembangan energi hijau untuk mendorong ekonomi hijau berbasis masyarakat sehingga bisa ditiru di daerah lain. “Ini cara mengurangi emisi dan lepas dari ketergantungan pada energi fosil,” kata Arif.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University
Topik :