PENCEMARAN sungai tak hanya oleh limbah pabrik atau sampah medis. Kandungan dalam obat-obatan mencemari sungai-sungai di dunia. Dalam studi oleh Universitas York, Inggris, polusi ini sudah dalam taraf membahayakan dan mengancam ekosistem sungai serta kesehatan manusia.
Para ilmuwan yang terlibat meneliti lebih dari 1.000 titik di 258 sungai yang ada di 104 negara. Mereka menemukan air di sungai-sungai tersebut mengandung parasetamol, nikotin, kafein serta kandungan obat epilepsi dan diabetes.
Para peneliti meenemukan sungai-sungai di Pakistan, Bolivia, dan Ethiopia paling tercemar. Sedangkan sungai-sungai yang terbebas dari limbah obat berada di Islandia dan sungai di desa Venezuela yang menjadi rumah masyarakat adat asli yang tidak menggunakan obat modern.
"Biasanya kita mengunakannya lalu merasakan efeknya dalam tubuh lalu tubuh kita membuangnya," kata Dr John Wilkinson yang memimpin penelitian ini kepada BBC. Bagaimanapun, menurut John, sistem pembuangan air yang paling modern juga sulit mengurai kandungan kimia di sungai.
Dua jenis kandungan farmasi yang paling sering ditemukan adalah carbamazepine yang digunakan untuk mengobati epilepsi dan penyakit syaraf dan metformin untuk mengobati diabetes. Kemudian, obat umum lagi adalah kafein, nikotin, dan parasetamol.
Sebelumnya, pada 2021 dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Marine Pollution Bulletin, para peneliti juga menemukan kandungan parasetamol di Teluk Jakarta, Muara Angke, dan Ancol. Meski kandungannya kecil untuk berdampak pada manusia namun tetap berpotensi membahayakan biota laut.
Adapun dalam penelitian York University, para peneliti menemukan parasetamol dan sejumlah limbah obat-obatan di berbagai lokasi aliran sungai Citarum, Jawa Barat. Kadar parasetamol mencapai 1630 nG/L dan 1590 nG/L. Kadar parasetamol di Citarum tersebut lebih tinggi dua kali lipat dari yang ditemukan di Teluk Jakarta (610 ng/L) dalam penelitian berbeda.
Sedangkan di Afrika, artemisinin, kandungan dalam obat malaria, juga ditemukan dalam kadar yang tinggi. Sungai-sungai lain yang tercemar parah juga ada di Lahore, Pakistan, La Paz, Bolivia, Addis Ababa di Ethiopia dan Dallas di Amerika Serikat. Sungai di Madrid, Spanyol menjadi sungai paling tercemar di Eropa.
Laporan studi itu juga menyatakan kehadiran antibiotik di sungai bisa menyebabkan berkembangnya bakteri yang resisten atau kebal. Maka dampaknya merusak efektivitas obat dan mengancam kesehatan global.
Sungai yang paling tercemar kebanyakan di negara dengan penghasilan menengah hingga rendah. Negara-negara tersebut biasanya memiliki manajemen limbah dan pengelolaan air yang buruk serta jadi tempat pembuangan limbah pabrik farmasi.
"Kami melihat sungai yang tercemar di Nigeria dan Afrika Selatan dengan konsentrasi tinggi kandungan obat, pada dasarnya mereka tidak memiliki pengolahan limbah yang baik," kata Dr Mohamed Abdallah, profesor bidang pencemaran limbah Universitas Birmingham.
Lantas bagaimana solusi atas masalah ini?
Menurut Dr Wilkinson, salah satu caranya yang langsung berdampak mencegah pencemaran sungai akibat kandungan kimia obat adalah dengan menggunakan obat secara tepat. Artinya, penjualan obat seperti antibiotik perlu diperketat termasuk pemberian dosisnya.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Penggerak @Sustainableathome
Topik :