Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 13 Maret 2022

Mengapa Anak-Anak Lebih Tahan Terhadap Infeksi Covid-19

Anak-anak memproduksi antibodi lebih rendah dibanding orang dewasa. Mengapa mereka lebih tahan dari dampak mematikan Covid-19?

Mengapa anak-anak lebih tahan terhadap infeksi Covid-19 (Ilustrasi: Karamis C/Pixabay)

PANDEMI telah berlangsung tiga tahun. Para peneliti masih belum bisa menjawab fakta ini: mengapa anak-anak lebih tahan dari infeksi Covid-19? Sebuah penelitian di Australia yang terbit di jurnal JAMA Network edisi 9 Maret 2022 coba menjawab infeksi Covid-19 pada anak. 

Studi itu mengamati 57 anak usia rata-rata 4 tahun dan 51 orang dewasa rata-rata 37 tahun. Mereka diambil sampel dahaknya dan positif terinfeksi SARS-Cov-2 pada 10 Mei hingga 28 Oktober 2020. Umumnya para responden memiliki gejala ringan, sakit kepala, demam, bahkan tak bergejala sama sekali.

Konstruksi Kayu

Tak hanya mengambil sampel dengan tes usap hidung dan tenggorokan untuk mengukur tingkat RNA virus, para peneliti juga mengambil sampel darah untuk memeriksa antibodi imunoglobulin G terhadap virus. 

Para peneliti menemukan bahwa anak-anak dan orang dewasa memiliki kecepatan infeksi virus yang serupa, tetapi hanya 37% anak yang menghasilkan antibodi SARS-CoV-2, dibandingkan 76% orang dewasa. Artinya, antibodi di tubuh anak-anak tak tumbuh setelah terinfeksi virus corona.

Studi ini mengkonfirmasi penelitian sebelumnya. Analisis Donna Farber, ahli imunologi di Universitas Columbia di Kota New York, menemukan bahwa orang dewasa menghasilkan serangkaian antibodi yang lebih luas, termasuk lebih banyak antibodi penghadang virus, daripada anak-anak.

Studi Australia menunjukkan bahwa lebih sedikit antibodi di tubuh anak-anak karena mereka punya respons imun bawaan yang lebih kuat daripada orang dewasa. Anak-anak juga lebih baik dalam merespons infeksi sehingga pembersihan virus berlangsung dengan cepat dan tidak memicu respons adaptif yang menghasilkan antibodi.

Kerstin Meyer, ahli genetika seluler di Wellcome Sanger Institute di Hinxton, Inggris, menambahkan bahwa sistem kekebalan bawaan memiliki peran penting dalam respons itu. “Semakin muda anak, semakin besar kemungkinan sistem kekebalan bawaan mereka mendorong respons itu,” kata Meyer seperti dikutip Nature

Tapi Paul Licciardi, ahli imunologi di Murdoch Children's Research Institute di Melbourne dan rekan penulis studi di Australia, mengatakan bahwa ketika dia dan timnya mengamati sel-sel kekebalan bawaan pada sekelompok kecil anak-anak, mereka tidak menemukan respons yang lebih kuat menghasilkan antibodi.

Tim Australia juga mengukur tingkat sel kekebalan beberapa peserta dalam darah. Mereka menemukan tingkat yang lebih rendah dari kelas-kelas tertentu dari sel B yang memproduksi antibodi dan sel T pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa.

“Ini menunjukkan anak-anak lebih sedikit memiliki respons imun adaptif, yang lebih terarah dan menghasilkan memori kekebalan,” kata Betsy Herold, dokter penyakit menular di Albert Einstein College of Medicine Kota New York.

Dengan memiliki respons imun adaptif yang kurang kuat, para peneliti khawatir anak-anak lebih rentan terinfeksi ulang Covid-19. Tetapi Herold menyerukan kehati-hatian: “Kami belum memiliki data untuk membuat kesimpulan itu,” kata dia. “Anak-anak mungkin tidak terlindungi dari infeksi ulang, tetapi mereka masih memiliki risiko komplikasi yang sangat rendah dari infeksi awal.” 

Studi di Australia juga hanya mengamati infeksi varian awal SARS-CoV-2, bukan varian Delta atau Omicron yang lebih menular. Dalam analisis awal orang yang terinfeksi Delta pada 2021, Licciardi dan timnya menemukan sebagian besar anak-anak dan orang dewasa menghasilkan antibodi sebagai respons terhadap infeksi. Tim Australia sekarang mengumpulkan data imunologi dari orang-orang yang telah terinfeksi Omicron.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain