BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi kebakaran hutan 2022 lebih besar dibandingkan 2021. Musim kemarau tahun ini cenderung normal bahkan sebagian kecil berada di bawah normal.
"Musim kemarau tahun lalu bersifat di atas normal atau cenderung basah," kata Pelaksana Tugas Deputi Klimatologi Urip Haryoko dalam jumpa pers secara daring pada Jumat 18 Maret 2022. "Sehingga perlu diwaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan tahun ini."
Menurut Urip, saat ini sudah terpantau beberapa titik panas (hotspot) seperti di Aceh, Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kepulauan Bangka Belitung dan Kalimantan Barat yang cukup banyak yakni 18 titik.
Untuk mengantisipasinya, Urip meminta masyarakat memanfaatkan awal musim kemarau yang mundur 47,7%. Kondisi tersebut memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menampung air atau memanen air hujan dalam rangka menghadapi musim kemarau.
Selama bulan Maret 2022, terdapat beberapa daerah yang masih memungkinkan terjadi hujan. Selain itu, sebagian kecil wilayah Indonesia lainnya saat ini justru memasuki musim hujan dan akan mencapai puncaknya pada pertengahan 2022, seperti pada sebagian wilayah Sulawesi dan Ambon.
Sehingga, perhatian kita tidak boleh hanya fokus pada potensi kebakaran hutan 2022, lata Urip. Pada Juli 2020, ia mencontohkan, terjadi banjir besar di Luwu, Sulawesi Selatan. “Sebagian besar wilayah Indonesia sudah musim kemarau, namun ada beberapa daerah justru banjir,” kata Urip.
Adapun Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa fenomena La Niña masih akan berlangsung cukup lama hingga pertengahan 2022, sehingga musim kemarau akan mundur dari biasanya. “Maret 2022 diprediksi mulai melemah dan netral pada April-Juni 2022,” kata Dwikorita.
Menurut Dwikorita awal musim kemarau 2022 tidak berlangsung serentak di seluruh Indonesia. Daerah seperti Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa akan mengalami musim kemarau pada April.
Sementara sebagian Bali, Jawa, sebagian Sumatera, sebagian Kalimantan, Maluku, dan sebagian Papua akan mengalami musim kemarau pada Mei, serta daerah lainnya akan mengalami kemarau pada Juni 202
Musim kemarau tahun ini datang lebih lambat dibandingkan biasanya dengan intensitas yang mirip dengan kemarau biasanya. “Puncak musim kemarau 2022 diperkirakan terjadi pada Agustus,” kata Dwikorita.
Dwikorita menegaskan perlunya antisipasi untuk wilayah yang diprediksi lebih kering seperti Sumatera Utara bagian utara, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah bagian Utara, sebagian Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi dan Maluku.
Bagi daerah-daerah yang rawan kekurangan air bersih, ia mengimbau melakukan penyimpanan air pada masa peralihan musim hujan ke musim kemarau untuk memenuhi waduk, danau, kolam dan tempat penyimpanan air buatan lainnya.
Dwikorita menambahkan saat ini sebagian besar wilayah Indonesia memasuki pancaroba. “Sehingga sering terjadi angin kencang dan hujan lebat,” kata dia.
Musim yang berubah dengan cepat itu terjadi akibat krisis iklim. Iklim berubah membuat musim menyeleweng, akibatnya pelbagai bencana hidrometeorologi mengancam bumi.
Krisis iklim terjadi akibat produksi emisi yang berlebih di bumi. Atmosfer tak sanggup menyerapnya sehingga panas itu kembali ke bumi menaikkan suhu pelan-pelan.
Cara terbaik mencegah pemanasan global dengan melindungi hutan, perairan, laut, gambut, mangrove sebagai penyerap alami emisi dan gas rumah kaca. Musuh mitigasi itu adalah deforestasi, kebakaran hutan, emisi energi fosil. Kebakaran hutan 2022, karena itu akan sekaligus jadi momok mitigasi krisis iklim.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Penggerak @Sustainableathome
Topik :