Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 10 April 2022

Buku Catatan Charles Darwin yang Hilang Telah Kembali

Dua buku catatan Charles Darwin mendadak kembali ke Perpustakaan Cambridge University Inggris setelah 22 tahun hilang. Siapa pencurinya?

Sketsa pohon kehidupan yang digambar Charles Darwin di buku catatannya yang hilang dicuri selama 22 tahun (Foto: Stuart Roberts/Cambridge University)

DUA buku catatan yang ditulis oleh Charles Darwin, yang dilaporkan hilang selama 22 tahun kembali ke perpustakaan Universitas Cambridge, Inggris. Pengirimnya masih anonim. Kedua buku catatan itu diletakkan di dalam tas karton merah muda mencolok yang ditinggalkan di lantai area umum perpustakaan pada 9 Maret 2022. Tepatnya di lantai empat dari perpustakaan yang dikenal dengan Menara 17 lantai itu.

Mulanya sejumlah orang bertanya-tanya tentang siapa yang meninggalkan tas karton merah muda mencolok di lantai. Namun ketika pustakawan melirik ke isi tas itu, ada kotak arsip biru—untuk membungkus koleksi langka—yang sangat familiar dan selembar amplop cokelat bertuliskan, Pustakawan, Selamat Paskah. X

Konstruksi Kayu

"Saya gemetar," kata Jessica Gardner, pustakawan dan Direktur Pelayanan Perpustaaan Universitas Cambridge saat melihat tas itu dan isinya, seperti dikutip BBC, awal April. "Tapi saya juga berhati-hati karena sampai kami bisa membukanya, Anda tidak bisa yakin 100%."

Bersama polisi, Gardner membuka kotak arsip itu. Isinya seperti dugaan para pustakawan: dua buku catatan Charles Darwin yang hilang terbungkus plastik. Buku tersebut dalam kondisi sangat baik sehingga membuat para pustawakan dan polisi bertanya-tanya siapa yang selama ini menyimpannya.

Dua buku catatan yang hilang itu dilabeli huruf B dan C. Buku itu ditulis pada akhir tahun 1830-an setelah Charles Darwin kembali ke London dari kepulauan Galapagos dengan HMS Beagle. Dalam buku berlabel B, ada sketsa “pohon kehidupan,” yang digambar Charles Darwin pada musim panas 1837. 

Sketsa itu konon mengilhami teori evolusi yang kelak ditulis Darwin dalam karyanya yang fenomenal, “On the Origin of Species” dua puluh tahun kemudian. “Ini adalah beberapa dokumen paling luar biasa dalam sejarah sains,” kata Jim Secord, Profesor Emeritus Sejarah dan FIlsafat Ilmu Universitas Cambridge dalam keterangan resmi.

Hilangnya kedua buku tersebut berawal dari “permintaan internal". Buku-buku itu dikeluarkan dari Ruangan Koleksi Khusus–tempat penyimpanan barang-barang paling langka dan paling berharga–untuk pengambilan gambar dipPerpustakaan pada September 2000, dengan permintaan fotografi diselesaikan pada bulan November.

Pada pemeriksaan rutin berikutnya pada Januari 2001, kotak kecil berisi dua buku catatan (seukuran buku saku) belum kembali ke tempatnya.

Selama bertahun-tahun, pustakawan Universitas percaya bahwa buku catatan itu telah salah tempat di gudang dan koleksi perpustakaan Universitas Cambridge yang luas—yang menyimpan r sekitar 10 juta buku, peta, manuskrip, dan benda-benda lainnya. Pencarian bertahun-tahun nihil.

Pada awal 2020, pencarian baru diatur oleh Gardner dengan melibatkan sejumlah staf spesialis yang ditugaskan untuk mencari zona tertentu dari fasilitas penyimpanan perpustakaan. Arsip Darwin—yang terdiri dari 189 kotak—tak kunjung lengkap.

Di tahun yang sama, Gardner menyimpulkan bahwa kedua buku catatan yang ditulis tangan oleh Charles Darwin itu kemungkinan telah dicuri. Dia menghubungi polisi dan interpol. Universitas juga mengeluarkan seruan global untuk membantu menemukan buku-buku tersebut.

Lima hari usai buku itu ditemukan dalam tas berwarna merah muda, usai melalui melalui serangkaian pengecekan dan dinyatakan asli, Gardner terharu. “Ada air mata,” kata Gardner. Sebab, “sangat berarti ketika buku ini kembali ke rumahnya.”

Menurut Gardner, buku itu ada dalam kondisi prima. "Setiap halaman yang seharusnya ada, ada di sana." Gardner mengungkapkan rasa penasarannya tentang apa yang terjadi pada buku-buku tersebut serelah 22 tahun hilang.

“(Buku-buku itu) belum banyak ditangani, mereka jelas dirawat dengan hati-hati, di mana pun mereka berada,” katanya. Kondisi buku tersebut kering, belum terkena lembab, membuat dia berspekulasi bahwa, “siapa pun yang memilikinya pasti menyimpannya di tempat yang aman.”

Buku-buku catatan itu kini disimpan di ruang penyimpanan di perpustakaan. Menara 17 lantai itu juga sudah berubah drastis sejak buku-buku itu dinyatakan hilang. Kini Ruang Koleksi Khusus dilengkapi dengan keamanan tinggi. Ruang baca spesialis baru, brankas dan berbagai langkah keamanan tambahan.

Pada Juli mendatang, buku-buku ini akan dipamerkan dalam bentuk pameran gratis berjudul “Tall Tales: Secrets of the Tower.” Pameran itu menampilkan 90 persen koleksi perpustakaan yang hampir tak pernah dilihat publik.

Tapi, tentu saja, kasus kehilangan dan pencurian itu belum selesai sepenuhnya. Pertanyaan utama seperti siapa yang mengambil buku-buku itu? Siapa yang mengembalikannya? Mengapa?

Kamera keamanan memberikan beberapa petunjuk, meskipun tidak ada CCTV di tempat tas merah muda itu ditinggalkan bulan lalu. Ada kamera di luar gedung yang memantau bagian depan dan belakang perpustakaan serta ruang baca spesialis dan brankas di dalamnya. "Kami telah menyerahkan CCTV yang kami miliki kepada polisi," kata Dr Gardner.

Polisi Cambridgeshire mengungkapkan bahwa kasus ini tetap terbuka. “Kami juga mengimbau bagi siapa pun yang memiliki informasi tentang kasus ini segera menghubungi kami."

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain