SUDAH sebulan berlalu sejak Rasi dilepasliarkan ke hutan alam Gunung Ciremai di Kuningan, Jawa Barat. Rasi, macan tutul jawa betina berusia tiga tahun itu kini semakin jauh dari pemukiman, semakin masuk ke zona rimba.
“Saat ini Rasi sudah memasuki zona rimba dengan ekosistem hutan alam. Pergerakannya semakin masuk ke kawasan dan semakin meluas,” kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai, Teguh Setiawan, 8 April 2022.
Rasi dilepasliarkan di blok Bintangot, Desa Seda, Kecamatan Mandirancan, Kuningan pada 5 Maret 2022. Selama sebulan lebih, pergerakannya dipantau melalui Global Positioning System (GPS) Collar yang terpasang di lehernya. GPS Collar ini akan lepas dengan sendirinya setelah enam bulan.
Selama dua pekan pertama, pergerakan Rasi masih di sekitar kandang habituasi. Menurut Teguh, hal ini lumrah karena naluri dan insting predator masih terbiasa dengan kandang habituasi yang sempat dihuni selama 30 hari. Rasi mulai menjelajah kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Ciremai mulai pekan ketiga.
Pemantauan ini dilakukan untuk mengecek kondisi hewan yang dilepasliarkan sekaligus sebagai bukti untuk menepis kekhawatiran masyarakat jika pergerakan Rasi cenderung ke arah pemukiman warga. “Secara naluri (macan tutul jawa) pasti akan memilih untuk menjauhi manusia dan mencari perlindungan ke tempat yang lebih aman,” kata Teguh.
Rasi ditemukan dalam kondisi lemah seorang diri ketika usianya antara 3-6 bulan di perbatasan hutan. Masyarakat yang menemukannya kemudian menyerahkannya kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat. Rasi kemudian direhabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga pada 2 Juli 2019. Saat ini Rasi berusia tiga tahun dan siap kawin.
Teguh dan timnya berharap Rasi segera bertemu dengan Slamet Ramadan, macan tutul jantan yang dilepasliarkan pada 2019. “Kami berharap kedua macan bertemu dan segera kawin agar spesies kunci ini terus berkembang populasinya sebagai top predator, penyeimbang dalam kehidupan ekosistem hutan Ciremai,” kata Teguh.
Gunung Ciremai memiliki luas 14.841 hektare dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut ini merupakan habitat yang cocok untuk macan tutul. Kawasan ini juga menyediakan pakan alami untuk macan, seperti monyet, ayam dan babi.
Macan tutul termasuk hewan yang soliter, kecuali pada musim berkembang biak. Satwa ini termasuk golongan satwa terancam dan kritis (critically endangered) dalam daftar merah IUCN sejak 2007. Terutama karena hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar besar-besaran.
Saat ini populasi macan tutul di Ciremai diperkirakan hanya dua individu: Rasi dan Slamet Ramadan. Selain macan tutul, elang jawa dan surili adalah predator puncak di kawasan ini.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia
Topik :