Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 13 April 2022

Perkembangan Terkini Bayi Badak Sumatera

Bayi badak Sumatera yang dilahirkan Rosa pada Maret lalu, tumbuh sehat. Sempat sungsang saat hendak dilahirkan.  

Rosa, badak Sumatera melahirkan anak pada 24 Maret 2022 (Foto: Dok. KLHK)

BAYI badak Sumatera dari pasangan Rosa-Andatu yang lahir pada 24 Maret 2022, tumbuh sehat. Beratnya kini 26 kilogram. “Sudah diajari macam-macam oleh induknya. Dari berkubang, jalan dan lari seperti layaknya badak,” kata Zulfi Arsan, Dokter hewan Suaka Rhino Sumatra di Taman Nasional Way Kambas, Lampung, 8 April 2022.

Kelahiran badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) pada Maret lalu disambut gembira oleh para pecinta dan pemerhati satwa. Media lokal hingga internasional meliputnya. Badak Sumatra merupakan satwa langka yang dilindungi. IUCN menempatkan statusnya sebagai kritis (critically endangered). 

Konstruksi Kayu

Pada dekade 1990an, badak Sumatera bisa ditemukan di Myanmar Selatan, Malaysia, dan Kalimantan. Namun kini badak Sumatera sudah punah di Sabah. Pada 2013, jumlah badak Sumatera di Indonesia diperkirakan 100 ekor. Pada 2020, jumlah itu menurun menjadi tinggal 70 individu.

Ancaman badak Sumatra berbeda dengan ancaman terhadap harimau, gajah, atau orangutan. Hampir semua badak di penangkaran mengalami masalah reproduksi, karena secara alamiah mereka hewan Allee effect yang sulit berkembang biak.

Sama halnya dengan Rosa. Rosa sempat delapan kali keguguran sebelum kehamilan terakhirnya pada Desember 2020 bertahan hingga melahirkan pada Maret 2021. Proses kawin dan kehamilannya pun membutuhkan waktu. Sebab, Rosa yang jinak dan nyaman hidup bersama manusia, cenderung takut dengan badak lain.

Sebelum dipindahkan ke Suaka Rhino pada 2005, Rosa sering muncul di jalan, kebun, kampung, bertemu dengan kendaraan dan manusia di Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Badak Sumatera terbilang soliter. Hanya akan bersosialisasi dengan badak lain bila musim berkembang biak tiba, atau ketika memiliki anak. Rosa berhasil kawin pada 2015. Setelah dokter hewan mempertemukannya dengan Andatu.

Antara 2017-2019, Rosa delapan kali keguguran. “Setelah diperiksa, ternyata ada tumor jinak di tanduk rahim sebelah kiri,” kata Zuhli. Tumor jinak itu diduga tumbuh karena Rosa lama tak kawin.

Para dokter di suaka berencana mengangkat tumor itu. Pandemi COVID-19 terjadi dan rencana itu belum terlaksana. Menariknya, justru pada saat pandemi, Rosa hamil secara alami. Usai kehamilannya bertahan, dokter di Suaka Rhino rutin memperhatikan asupan nutrisi dan memberikan obat penguat kandungan. Dokter juga rutin melakukan pemeriksaan ultrasonografi terutama menjelang hari-hari kelahiran

Rosa melahirkan 15 bulan setelah kehamilan terakhirnya. Kelahiran bayi Rosa juga tak berlangsung mulus. Posisi bayinya sungsang, sehingga tim dokter hewan melakukan intervensi agar posisi bayinya normal. Rosa melahirkan bayi badak Sumatra betina tiga jam kemudian.

Andatu, pasangan Rosa, lahir di Suaka Rhino Sumatra pada 23 Juni 2012. Andatu merupakan badak Sumatra pertama di Asia yang lahir dalam penangkaran selang 124 tahun setelah kelahiran anak badak Sumatra terakhir di Kebun Binatang Kalkutta, India. Andatu lahir dari hasil perkawinan badak jantan Andalas dan induk Ratu.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Sumberdaya Genetik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indra Exploitasia menjelaskan bahwa saat ini ada delapan ekor Badak Sumatra di Suaka Rhino Sumatra. Mereka adalah Rosa (betina) dan bayinya (betina), Bina (betina), Ratu (betina), Andalas (jantan), Harapan (jantan), Andatu (jantan), dan Delilah (betina).

Suaka Rhino Sumatra dibangun pada 1998 di Taman Nasional Way Kambas. “Badak Sumatra yang ada di alam, yang ada di kebun binatang dalam dan Luar Negeri dipulangkan semua untuk melakukan program ex-situ terpusat,” kata Indra. Sebab, kata dia, pemerintah melihat ex-situ terpisah tidak membuahkan hasil. Kelahiran bayi dari Rosa-Andatu memberikan harapan untuk kelestarian keanekaragaman Hayati.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain