Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 15 April 2022

Cerita Mama Flores Berdaya Melalui Bambu

Komunitas Mama Bambu di Flores memberdayakan ibu-ibu rumah tangga untuk membibit bambu. Penghasilan Rp 25 juta setahun.  

Perempuan Desa Genamere peserta Sekolah Lapang Bambu Lestari (Foto: Yayasan Bambu Lestari)

SEJAK akhir 2020, sebanyak 388 perempuan di 21 desa di Flores, Nusa Tenggara Timur, punya aktivitas baru. Mereka membuat pembibitan bambu sembari menjalankan aktivitas rumah tangga. Kegiatan ini mereka lakukan setelah Monica Tanuhandari dan timnya dari Yayasan Bambu Lestari mengajari bagaimana membudidayakan bambu.

“Mereka (ibu-ibu di Flores) ini langsung lompat pemikirannya. Modal bambu ini membuat mereka berpikir jauh. Mereka berpikir merawat lingkungan. Ada yang ingin membibit sebanyak mungkin untuk warisan anak cucu. Pada dasarnya mereka sederhana dan praktis,” kata Monica dalam Webinar dalam Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial, 13 April 2022.

Konstruksi Kayu

Ibu-ibu yang tergabung dalam komunitas Mama Bambu ini membuat 2,5 juta bibit dalam waktu enam bulan. Bibit itu cukup untuk 72 ribu hektare lahan, baik untuk restorasi lahan kritis, konservasi sumber daya air, pencegahan longsor, penyerapan karbon maupun tujuan ekonomis seperti industri atau kerajinan.

“Ini menunjukkan bahwa perempuan mampu mengambil peran aktif terdepan dalam upaya-upaya konservasi lingkungan, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” kata Monica.

Bambu merupakan tanaman dengan laju pertumbuhan tertinggi di dunia. Bambu bisa tumbuh 3-10 sentimeter sehari. Namun, laju pertumbuhan ini amat ditentukan oleh kondisi tanah, iklim dan jenis spesies bambu yang ditanam. Sehingga, bambu merupakan pilihan tanaman yang tepat untuk reforestrasi lahan/hutan dan menyerap emisi karbon.

Ibu-ibu ini mulanya mengenal bambu untuk membangun rumah, kendang ternak dan kayu api—bila ada hajatan. Namun kini, membudidayakan bambu memberikan nilai tambah yang sangat berarti. Setiap bibit bambu mereka bertunas, mengeluarkan daun, Yayasan Bambu Lestari membelinya dengan harga Rp 2.500 per bibit.

“Mereka yang kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19 dan topan seroja sangat terbantu,” kata Monica. Apalagi, insentif ini dapat mereka akses secara langsung melalui bank. Pada 2021, kata Monica, mereka bisa mendapatkan Rp 20-25 juta per tahun.

Komunitas Mama Bambu merupakan contoh sukses keterlibatan perempuan dalam menjaga alam. Yayasan Bambu Lestari kini bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTT mendedikasikan 30% area perhutanan sosial untuk kelompok perempuan.

Saat ini sendiri area perhutanan sosial di NTT mencapai 55.013,78 hektare. Sementara Peta Indikatif Area Perhutanan Sosial (PIAPS) seluas 468.604,55 hektare. Yang berarti masih ada potensi area perhutanan sosial seluas 400.173,72 hektare.

Hingga akhir 2021, jumlah kelompok tani yang mendapatkan perizinan Perhutanan Sosial di NTT mencapai 170 kelompok dengan anggota kurang lebih 13.000 orang di 160 desa. Namun dari jumlah itu, tidak ada perempuan sebagai kelompok tani. Sehingga hingga saat ini penerima manfaat dari Perhutanan sosial masih 100 persen didominasi oleh laki-laki.

Yayasan Bambu Lestari sendiri menargetkan pembangunan 1.000 desa bambu di 10 negara hingga 2030 dengan Flores sebagai pilot project. Mereka menargetkan adanya solusi bisnis digital untuk agroforestri bambu, membangun akses pasar melalui sertifikasi berkelanjutan bagi petani kecil dan memastikan ada standar kualitas dan kode etik yang disepakati di seluruh rantai nilai.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain