Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 30 April 2022

PBB: 40% Lahan Dunia Terdegradasi  

Bumi mengalami degradasi lahan. Sebagian besar akibat produksi pangan, papan, dan sandang.  

buffelgrass, tamanan asli Afrika yang tahan panas ini merupakan spesies invasif (Foto: via Canva

DEGRADASI lahan akibat sumber daya alam yang berkurang mengakibatkan tanah tak lagi subur, air punah, keanekaragaman hayati musnah, pohon atau vegetasi asli tak lagi melimpah. Luas lahan yang terdegradasi bertambah dengan cepat, menurut laporan PBB bertajuk Global Land Outlook yang dirilis pada 27 April 2022.

Menurut laporan itu, degradasi lahan di bumi mencapai 40% luas permukaan tanah di planet ini. Populasi manusia yang terus bertambah mendorong kerusakan lahan.

Konstruksi Kayu

Sebagian besar pemicunya karena produksi pangan, disusul akibat konsumsi barang lain seperti pakaian. Pangan, papan, dan sandang yang menjadi kebutuhan manusia mengakibatkan kerusakan bumi.

Sebagian besar degradasi lahan paling terlihat di negara berkembang. Tapi penyebab utamanya akibat konsumsi berlebihan di negara kaya. Konsumsi daging di negara-negara maju, misalnya, mengakibatkan kerusakan hutan untuk peternakan. Industri fast fashion alias mode cepat membutuhkan bahan baku banyak namun hasilnya segera menjadi sampah karena mode pakaian berganti dengan cepat.

Lahan yang terdegradasi membuat pertanian menjadi semakin sulit. Akibatnya kualitas pangan di negara berkembang menjadi buruk akibat tanah rusak dan air habis.

Degradasi lahan juga berkontribusi pada hilangnya spesies tumbuhan dan hewan. Keragaman hayati yang lumpuh memperburuk kemampuan bumimenyerap dan menyimpan karbon. Krisis iklim seperti lingkaran setan.

Lahan terdegradasi, menurut laporan itu, bukan sekadar gurun gersang, deforestasi hutan hujan, juga mencakup area yang tampak hijau padahal hutan monokultur yang menggantikan habitat dan vegetasi alami suatu wilayah.

Jika manajemen lahan seburuk saat ini dan krisis iklim berlanjut maka pada 2050, para peneliti dalam laporan itu memperkirakan degradasi lahan mencapai 16 juta kilometer persegi atau seluas Amerika Selatan. Akibatnya akan ada tambahan emisi sebesar 69 miliar ton setara CO2 dan perlambatan pertumbuhan hasil pertanian.

Sebaliknya, jika proteksi dan restorasi lahan yang terdegradasi berhasil, pada 2050 hasil pertanian kemungkinan meningkat 5-10% di negara berkembang. Ekosistem akan menyimpan 17 miliar ton karbon setara CO2 yang tersimpan dalam tanah dan adanya tambahan 4 juta kilometer persegi area alami seukuran India dan Pakistan

Laporan tersebut menyebutkan bahwa hingga saat ini lebih dari 115 negara telah berkomitmen memulihkan hampir 10 juta kilometer persegi lahan terdegradasi. Meski begitu, jika 10 juta kilometer persegi hingga 1 miliar hektare kembali pulih sekali pun, belum cukup menjamin masa depan yang tahan terhadap bencana iklim.

Apalagi biayanya tak sedikit. Untuk melaksanakan komitmen restorasi ini selama 10 tahun ke depan biaya yang dibutuhkan antara US$ 305 miliar hingga US$ 1,7 triliun. Angka ini memang terlihat besar tetapi jauh lebih kecil daripada jumlah subsidi yang saat ini diberikan kepada industri pertanian dan bahan bakar fosil.

Laporan Global Land Outlook 2, yang merupakan laporan kedua yang diterbitkan PBB, membutuhkan waktu lima tahun yang dikompilasi oleh 21 organisasi dan mewakili basis data pengetahuan paling komprehensif tentang daratan planet ini.

Menuurt laporan tersebut, saat ini manusia bertanggung jawab atas 80% deforestasi hutan, 70% polusi air dan hilangnya keanekaragaman hayati. Karena itu para ahli menyebutnya era Antroposen, masa di mana tindakan manusia berakibat buruk pada keadaan planet bumi.

Tanpa tindakan segera degradasi lahan yang akut bisa menyebar lebih jauh menjadi desertifikasi, perubahan lahan subur di bumi ini menjadi gurun.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain