Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 05 Mei 2022

2022 Akan Menjadi Tahun Terhangat

Rekor suhu bumi 2022 sejak Revolusi Industri. Gelombang panas melanda India dan Pakistan.

Ilustrasi Pemanasan Global (Foto: Pixabay)

SEJUMLAH data menunjukkan 2022 akan menjadi tahun dengan rekor suhu “terhangat” keempat hingga kedelapan setelah Revolusi Industri. Padahal, awal tahun ini La Niña yang membuat suhu bumi 2022 seharusnya mendingin cukup signifikan.

La Niña adalah menurunnya suhu muka laut Samudera Pasifik tengah di bawah kondisi normal. Kenyataannya, tahun yang seharusnya menjadi pemulihan bagi terumbu karang di Great Barrier Reef justru berkebalikannya. Otoritas Taman Laut Great Barrier Reef justru mengumumkan terjadi pemutihan terumbu karang untuk keenam kalinya.

Konstruksi Kayu

Suhu permukaan global juga naik. Data NASA, NOAA, Met Office Hadley Centre/UEA dan Berkeley Earth mirip. Copernicus/ECMWF juga menghasilkan perkiraan suhu permukaan berdasarkan kombinasi pengukuran dan model cuaca.

Temperatur dalam triwulan pertama 2022 adalah rekor kuartal pertama ketujuh terpanas selama enam tahun terakhir, bahkan lebih hangat daripada rekor setiap tahun sebelum 2015.

National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mencatat Maret 2022 sebagai bulan terhangat dalam 143 tahun terakhir. Suhu bulan itu naik 0,950 Celsius dibanding rata-data suhu permukaan laut abad 20 sebesar 12,7C.

Meskipun berada di urutan kelima tahun terpanas, dampak pemanasan global telah dirasakan di sejumlah wilayah pada kuartal pertama tahun ini. Sebagian besar Asia, Arktik dan Antartika menghangat. 

India dan Pakistan bahkan dilanda gelombang panas yang berdampak pada ketahanan pangan. Di India, suhu udara mencapai rekor tertinggi dalam 122 tahun yang mengganggu panen gandum. Hasil panen di negara bagian India yang paling pans turun hingga 50%

Di Turbat, Balochistan, Pakistan, suhu mencapai 500 Celsius. Penduduk mengungsi. Mereka tidak bisa bekerja kecuali pada malam yang lebih dingin.

Gelombang panas juga memperburuk kekurangan energi besar-besaran. Di Turbat, listrik acap tidak menyala. Sehingga kota berpenduduk 200.000 jiwa itu hanya bisa menyalakan mesin pendingin ruang atau lemari es selama beberapa jam saja.

Peristiwa iklim yang paling luar biasa pada kuartal pertama tahun ini terjadi di Antartika Timur pada bulan Maret. Suhu di beberapa wilayah mencapai hampir 40C di atas normal sepanjang tahun.

Stasiun suhu Dome C di Antartika menetapkan rekor dunia untuk kelebihan suhu terbesar di atas normal yang pernah diukur di stasiun cuaca di sini. Gelombang panas ini juga menyebabkan melelehnya lapisan es Conger seukuran dua kali Jakarta.

Sementara itu, air laut dunia terus naik. Padahal tingkat oksigen di lautan turun dan akibatnya air menjadi asam karena menyerap lebih banyak karbon dioksida dari atmosfer. Volume air laut yang kekurangan oksigen ini meningkat empat kali lipat sejak 1960-an. Kondisi ini bisa mendorong lautan di bumi tergelincir dalam “kepunahan massal yang melampaui kepunahan massal di masa lalu".

Studi di jurnal Science yang dipublikasikan pada 20 April 2022 menunjukkan bahwa tekanan kenaikan panas dan hilangnya oksigen mengingatkan pada peristiwa kepunahan massal yang terjadi pada akhir periode Permian sekitar 250 juta tahun lalu. Bencana ini, yang dikenal sebagai "kematian hebat", mengakibatkan kematian hingga 96% hewan laut di planet ini.

Maret 2022 sebagai bulan terhangat di pelbagai belahan dunia

Para ahli menghitung, jika dunia gagal menahan kenaikan suhu di bawah 2C pada 2050, seperti tertuang dalam janji mitigasi dalam Konferensi Iklim, sekitar 4% dari sekitar 2 juta spesies di lautan akan musnah.

Meskipun suhu bumi 2022 memecahkan rekor suhu terhangat belum terbukti, para peneliti mendeteksi ada tren kenaikan suhu jangka panjang sekitar 0,19C per dekade.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain