PANDEMI Covid-19 yang mengharuskan pemerintah melarang interaksi sosial selama dua tahun, berdampak pada lonjakan mudik. Jasa Marga mencatat jumlah kendaraan yang meninggalkan Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang untuk mudik Lebaran 2022 mencetak rekor tertinggi, yaitu 1.757.837 kendaraan sejak H-10 hingga H-1 atau 22 April hingga 1 Mei 2022. Artinya, ada lonjakan emisi mudik akibat pemakaian kendaraan itu.
Sebagian besar dari kendaraan mudik Lebaran tersebut adalah kendaraan pribadi. Angka tersebut merupakan angka kumulatif dari tiga gerbang jalan tol utama. Rinciannya, 945.000 kendaraan (53,8%) menuju arah Timur (Trans Jawa dan Bandung), 484.653 kendaraan (27,6%) menuju arah Barat (Merak) dan 328.184 kendaraan (18,7%) menuju arah Selatan (Puncak).
Lonjakan kendaraan ini naik 9,5% dibandingkan Lebaran 2019—tahun sebelum pandemi Covid-19. Sebenarnya kenaikan ini sudah bisa diprediksi. Sebab, dua tahun larangan mudik membuat para perantau rindu kampung halaman dan tradisi Lebaran.
Tingginya jumlah kendaraan selama mudik ini berkontribusi kepada emisi karbon yang menyebabkan pemanasan global. Transportasi di Indonesia saat ini hampir semuanya bergantung pada bahan bakar fosil yang menyumbang sekitar seperempat dari semua emisi karbon dari sektor energi.
Studi yang PBB menyebutkan bahwa emisi karbon dari transportasi meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 1970 dengan sekitar 80% peningkatan ini berasal dari kendaraan darat. Berapa jumlah emisi karbon jutaan kendaraan mudik tahun ini?
Menghitung emisi karbon dari gas buangan kendaraan selama Lebaran bisa menggunakan kalkulator jejak karbon yang bisa ditemukan di Internet. Untuk mempermudah, bisa dilakukan dengan mengambil variabel rata-rata dari jenis kendaraan dan jarak tempuh.
Jika kita anggap semua pemudik memakai mobil jenis MPV seperti Toyota Avanza atau Mitsubishi Xpander, dua mobil paling laku di Indonesia selama 2021.
Untuk variabel jarak, kita ambil setengah dari jarak terpanjang jalan tol trans jawa. Menurut Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum panjang jalan tol trans jawa 1.056,48 kilometer. Maka separuh angka itu adalah 528,19 kilometer. Ini rata-rata perjalanan mudik ke semua wilayah.
Lalu masukkan variabel kendaraan dengan ukuran menengah dan variabel jarak ke dalam kalkulator karbon. (Lihat gambar di bawah ini)
Dari kalkulator karbon itu, kita menemukan bahwa emisi karbon untuk satu mobil berukuran sedang untuk perjalanan sejauh 528 kilometer adalah 0,09 ton setara CO2.
0,09 ton x 1.757.837 kendaraan = 158.205 ton setara CO2 dalam sepuluh hari. Ini baru perkiraan emisi karbon mudik kendaraan bermotor di Pulau Jawa. Jika arus balik menempuh jarak yang sama, maka emisi karbon arus mudik dan balik 316.410 ton setara CO2.
Jika pohon trembesi (Samanea saman) bisa menyerap 28,5 ton CO2 per tahun, emisi mudik Lebaran 2022 membutuhkan 3,95 juta pohon trembesi agar kotoran udara itu terserap dalam sehari.
Perhitungan emisi mudik Lebaran ini tentu tidak akurat. Selain mengambil variabel perkiraan, perhitungan jejak karbon yang sesungguhnya lebih kompleks dan membutuhkan lebih banyak parameter dan variabel.
Apalagi jika kita masukkan jumlah pemudik yang mencapai 85 juta orang. Mereka tentu menghasilkan sampah, yang menjadi sumber emisi metana. Diperkirakan sampah selama Lebaran mencapai 35.000 ton.
Angka-angka emisi mudik Lebaran di atas ini dapat memperkirakan berapa banyak sumbangan kita pada pemanasan global saat Idul Fitri.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia
Topik :