Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 16 Mei 2022

Penyebab Panas Terik di Asia Tenggara  

Panas terik tak hanya terjadi di Indonesia, juga sejumlah negara Asia. Apa penyebabnya?

Gelombang panas di Amerika Serikat (Foto: Logga Wiggler/Pixabay)

PANAS terik saat siang akhir-akhir ini tak hanya dirasakan oleh penduduk di sejumlah kota besar di Indonesia. Kota-kota lain di Asia Tenggara juga merasakan hal serupa.

Di Manila, suhu terpanas mencapai 35,90 Celsius pada akhir April lalu. The Philstar melaporkan indeks panas tertinggi tahun ini 53C di Kota Dagupan, Pangasinan, pada 17 Maret berdasarkan data dari Administrasi Layanan Atmosfer, Geofisika, dan Astronomi Filipina (PAGASA). Pada hari yang sama, indek panas Kota Muñoz di Nueva Ecija juga mencapai 49C, sementara di kota Virac, Catanduanes, mencapai 46C pada 22 Maret.

Konstruksi Kayu

Departemen Meteorologi Malaysia (MetMalaysia) memperkirakan cuaca panas saat ini akan berlangsung hingga Mei sebelum akhirnya mereda pada Juni. New Strait Times melaporkan bahwa suhu maksimum di Malaysia berkisar antara 35-36C.

Sementara itu, Singapura mencatat suhu di wilayahnya mencapai 34C selama beberapa kali dalam enam bulan terakhir. The Strait Times menyebut suhu tertinggi tercatat pada 1 April saat mencapai 36,8C.

Semua badan meteorologi di masing-masing negara menyebutkan panas terik yang dirasakan masih dalam batas normal. Bukan gelombang panas atau heatwave seperti yang terjadi di India dan Pakistan. Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) gelombang panas atau heatwave adalah fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut dengan suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5C atau lebih.

Lalu apa penyebab suhu panas terik menyengat di Asia?

Menurut PAGASA, penyebabnya adalah kelembapan. Efek gabungan dari suhu aktual dan kelembapan yang menyertainya itulah yang menyebabkan panas terasa menyengat.

Badan Meteorologi Singapura menyebutkan panas terik adalah kontribusi dari dampak panas pulau urban—fenomena struktur urban menangkap panas di siang hari dan melepaskannya malam hari. Suhu rata-rata di Singapura naik 1,8C ketimbang pada 1948. Kontras dengan kenaikan suhu rata-rata global yang tahun lalu dilaporkan naik 1,1C sebelum pra industri.

MetMalaysia telah mengumumkan bahwa monsoon barat daya yang terjadi kemarin akan berlanjut hingga pertengahan September. Ini yang menyebabkan penurunan pembentukan awan hujan sehingga banyak wilayah akan merasakan hari tanpa hujan.

Penjelasan sama juga diungkap Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Guswanto yang menyebutkan pertumbuhan awan dan fenomena hujan di langit Indonesia akan sangat berkurang. "Sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi,” katanya.

Guswanto mengatakan tingginya suhu di berbagai kota menandakan musim kemarau telah tiba. “Posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator,” katanya. Pertumbuhan awan dan fenomena hujan akan sangat berkurang sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang akan mendominasi.

Menurut WHO, cara terbaik beradaptasi dengan panas terik yang menyengat adalah menjaga suhu di dalam ruangan tetap sejuk. Caranya dengan memastikan temperatur berada pada suhu ruangan pada pukul 08.00 dan 10.00, pada pukul 13.00, dan setelah pukul 22.00. Idealnya temperatur ruangan harus dijaga di bawah 32C pada siang dan 24C pada malam. Suhu ruangan ini penting terutama bagi keluarga yang memiliki anak-anak, orang lanjut usia di atas 60 tahun dan anggota keluarga yang memiliki sakit kronis.

Ketika panas terik, hindari beraktivitas di luar ruangan, dinginkan tubuh dengan mandi dan mengganti pakaian dengan yang longgar. Jika terpaksa beraktivitas di luar gunakan topi dan kaca mata hitam untuk menghalau sinar matahari. Yang terpenting adalah cukup minum agar terhindar dari dehidrasi. Juga hindari kafein dan gula.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain