KECERDASAN buatan atau Artificial Intelligent (AI) adalah mesin yang menirukan kecerdasan manusia dengan basis mega data (big data) untuk menyelesaikan pelbagai problem. Seiring berkembang teknologi, penggunaan kecerdasan buatan kini merambah ke berbagai sektor. Salah satunya kecerdasan buatan sektor kelautan dan perikanan.
Peran kecerdasan buatan dalam sektor kelautan dan perikanan penting bagi pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan. Awalnya, kecerdasan buatan hanya punya kemampuan untuk mengambil keputusan secara spesifik atau tugas tertentu. Makin banyak data, kecerdasan buatan semakin pintar. Lama kelamaan kecerdasan buatan akan bisa mengerjakan hal-hal yang berhubungan satu sama lain dan mampu melaksanakan pekerjaan yang lebih general, mendekati kemampuan kecerdasan manusia yang sesungguhnya.
Indra Jaya, guru besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, menerangkan bagaimana pentingnya kecerdasan buatan dalam sektor kelautan dan perikanan.
Di bidang perikanan, kata dia, penggunaan kecerdasan buatan telah diterapkan dalam proses identifikasi spesies, identifikasi karakteristik spesies (tingkah laku, gender, morfometrik), sortir benih ikan, budidaya, dan uji kesegaran ikan. Sementara di bidang kelautan, aplikasi kecerdasan buatan digunakan untuk membuat prediksi cuaca dan dinamika laut, identifikasi habitat/substrat bawah air, serta membuat peringatan dini. “Kecerdasan buatan bisa sangat membantu nelayan sehingga mereka memiliki jadwal yang pasti untuk melaut,” kata Indra kepada Forest Digest, 15 Mei 2022.
Uniknya, kecerdasan buatan bisa dilakukan secara partisipatif. Misalnya, nelayan yang menemukan ikan tuna di Laut Jawa bisa melaporkan datanya lewat platform. Sementara jika nelayan melihat perubahan gelombang tidak normal, nelayan juga bisa melaporkannya, sehingga informasi menjadi akurat dan aktual.
Nelayan saat ini, kata Indra, umumnya memiliki telepon seluler pintar. Aset ini, kata dia, mestinya bisa mendukung pengambilan berbagai data ikan atau lingkungan di lapangan. “Sehingga data tidak dimonopoli oleh pemerintah atau perguruan tinggi saja, masyarakat bisa berpartisipasi secara langsung,” kata dia.
Indonesia sebetulnya sudah mengembangkan kecerdasan buatan ini dalam sektor kelautan. IPB, kata Indra, telah memulai mengembangkan konsep kecerdasan buatan sejak 2010. “Kecerdasan buatan sebetulnya sudah ada konsepnya dari dulu, namun baru berkembang pesat saat internet mulai masif,” ujar Indra.
Hal yang mesti dikembangkan dalam kecerdasan buatan saat ini, menurut Indra, adalah bagaimana mengumpulkan data sebanyak banyaknya. Kemampuan mengumpulkan data tersebut bisa dilakukan dengan cara partisipasi maupun pembangunan stasiun lapang di seluruh Indonesia. Cara tersebut akan menumbuhkan citizen science atau keilmuan masyarakat.
Partisipasi tersebut bisa membantu pemerintah dalam memetakan kekayaan laut Indonesia. Saat ini, menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), kekayaan laut indonesia mencapai Rp 19.000 triliun. “Dengan adanya kecerdasan buatan, kekayaan laut bisa kita akurat kan,” tambah Indra.
Maka dari itu, 70% wilayah Indonesia yang berupa lautan akan dapat dioptimalkan untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat Indonesia. Kecerdasan buatan sektor laut dan perikanan bisa menjadi solusi ke arah sana.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University
Topik :