Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 18 Mei 2022

Peran dan Fungsi Laut dalam Krisis Iklim

Dalam siklus karbon laut, perairan ini bisa menjadi pelepas maupun penyerap karbon. Penyerapan karbon berlebihan di laut membahayakan ekosistem.

Terumbu karang di laut Togean, Sulawesi Tengah (Foto: Dok. FD)

LAUTAN menyimpan begitu banyak manfaat bagi manusia. Tak hanya sumber pangan yang besar, laut juga bermanfaat sebagai penyeimbang ekosistem global karena perannya menyerap emisi karbon yang lebih besar dibanding ekosistem darat. Siklus karbon laut bahkan jadi penentu krisis iklim.

Mekanisme penyerapan karbon di lautan terjadi melalui tiga skema: pompa biologi, pompa karbonat, dan pompa kelarutan. Pompa biologi dan karbonat adalah siklus penyerapan karbon dari biota laut melalui pernafasan mereka. Proses tersebut bersifat satu arah. Artinya biota laut hanya menyerap aliran karbon dari atmosfer seperti yang dilakukan fitoplankton.

Konstruksi Kayu

Sementara pompa kelarutan adalah pertukaran gas karbon yang terjadi akibat perbedaan konsentrasi antara CO2 di laut dengan di atmosfer. Karena itu, aliran karbon bersifat dua arah. Artinya laut bisa menyerap atau melepaskan emisi karbon tergantung perbedaan konsentrasi CO2. Proses itu dinamakan pembauran atau difusi yang menggambarkan pergerakan gas dari konsentrasi tinggi menuju konsentrasi rendah yang terjadi di permukaan laut.

Menurut Latifah dkk (2019) dalam jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, CO2 yang berhasil diserap laut akan terlarut sehingga akan berubah bentuk menjadi CO2 bebas, ion asam karbonat, ion bikarbonat, dan ion karbonat. Keempat bentuk ion tersebut jika dijumlahkan disebut "Karbon Anorganik Terlarut" atau Dissolve Inorganic Carbon (DIC). DIC ini akan menentukan tekanan parsial CO2 di permukaan air laut.

Semakin banyak kandungan DIC di laut, pertumbuhan fitoplankton akan semakin tinggi. Artinya, terjadi peningkatan konsumsi CO2 oleh ekosistem. Hal tersebut yang akan mengubah tekanan parsial CO2 sehingga menentukan nilai fluks CO2. Nilai fluks ini yang akan menentukan laut melepaskan atau menyimpan karbon.

Perairan atau lautan berfungsi sebagai penyimpan karbon jika tekanan parsial CO2 air laut lebih kecil daripada tekanan parsial CO2 atmosfer. Sebaliknya lautan berperan sebagai pelepas karbon jika tekanan parsial CO2 air/laut lebih besar daripada tekanan parsial CO2 atmosfer

Karena siklus ini, laut memiliki konsekuensi yang cukup berbahaya bagi ekosistem. Indra Jaya, guru besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, menerangkan bahwa perubahan iklim membuat ekosistem laut lebih rentan rusak. Karena konsentrasi CO2 lebih banyak di atmosfer ketimbang di lautan, laut akan menyerap karbon lalu pH turun sehingga efek jangka panjangnya adalah laut menjadi asam.

“Jika laut sudah asam, ekosistem terumbu karang semakin sering memutih yang akan merusak rantai makanan di lautan,” kata Indra kepada Forest Digest, 15 Mei 2022. Selain pemutihan terumbu karang, peningkatan keasaman juga akan mengganggu reproduksi ikan. Perubahan iklim juga akan mengakibatkan migrasi ikan ke arah kutub karena laut menjadi panas. “Semua itu masih dalam proses penelitian,” tambah Indra.

Menurut Indra, penelitian harus terus dikembangkan ke arah mitigasi krisis iklim untuk mendapatkan gambaran dampaknya untuk mengambil ketepatan tindakan. Jika data penelitian sudah banyak, keputusan pengelolaan yang diambil bisa sesuai dengan mitigasi perubahan iklim. “Hal itu bisa dimanfaatkan melalui kecerdasan buatan sehingga manajemen data lebih baik dan yang terpenting melibatkan masyarakat pesisir,” kata Indra.

Dengan peran dan fungsinya yang vital bagi bumi, laut mesti terjaga. Aktivitas manusia, yang berpengaruh terhadap ekosistemnya, akan menentukan apakah laut menjadi penyerap atau pelepas emisi karbon.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University

Topik :

Bagikan

Komentar



  • Yakin ingin menghapus komentar ini?

    Bagja Hidayat

    18 Mei 2022

    Keren

Artikel Lain