Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 25 Mei 2022

4 Cara Indonesia Mengurangi Bencana

Di Bali sedang ada konferensi Global Platform fo Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 ke-7. Indonesia menawarkan 4 cara mengurangi bencana.

Kebakaran hutan di Jambi (Foto: Asep Ayat/FD)

SEBAGAI negara tropis kepulauan, Indonesia rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat sepanjang 2022 hiingga 23 Mei 2022 ada 1.613 bencana. Dalam satu bulan rata-rata terjadi 500 kali gempa, besar atau kecii.

Gempa besar yang disertai tsunami terakhir terjadi di Palu pada 2018. Gempa yang disertai likuefaksi, atau pergeseran tanah, ini disinggung Presiden Joko Widodo ketika membuka The 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 di Bali pada Rabu, 25 Mei 2022. "Sebanyak 2.113 orang meninggal," kata Jokowi.

Konstruksi Kayu

Selain gempa dan tsunami, kata Jokowi, letusan gunung api juga mengancam masyarakat Indonesia. Saat ini ada 139 gunung api yang aktif. Sepanjang 2015 hingga 2021 tercatat 121 letusan gunung api di berbagai daerah.

Kebakaran hutan dan lahan juga menjadi ancaman. Salah satu kebakaran hutan terbesar terjadi pada 1997-1998 yang menghanguskan lebih dari 10 juta hektare lahan yang tersebar pulau-pulau besar Indonesia. Kebakaran besar terakhir terjadi pada 2015 yang membuat Indonesia menjadi produsen emisi kelima terbesar di dunia.

Setelah 2015, kebakaran kembali meletup pada 2019. Dengan berbagai upaya, kebakaran hutan dan lahan bisa ditekan. Pada 2021 Indonesia merestorasi lahan gambut seluas 3,4 juta hektare. Selain itu juga merevitalisasi hutan mangrove seluas 3,3 juta hektare.

Bencana lain yang masih dihadapi adalah pandemi Covid-19. "Dalam dua tahun ini pandemi Covid-19 adalah bencana terbesar di dunia, menginfeksi 527 juta orang, merenggut nyawa 6,3 juta orang, sedangkan 7,5 juta anak kehilangan orang tua," kata Jokowi.

Dalam menangani pandemi ini, Indonesia menerapkan kebijakan dinamis sesuai situasi untuk menjaga keseimbangan sisi ekonomi dan kesehatan. Indonesia yang berpenduduk 270 juta jiwa telah memvaksinasi 411 juta dosis vaksin. Kasus harian turun tajam, dari 64.000 saat puncak pandemi menjadi 345 per hari pada 24 Mei 2022.

Menurut Jokowi, daya tahan kesiapan menghadapi bencana sangat menentukan kerugian yang akan ditanggung. Apalagi, kata dia, dunia sedang menghadapi krisis iklim.

Dalam Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ini, pidato Jokowi menawarkan konsep resiliensi berkelanjutan sebagai solusi menghadapi bencana.

Pertama, dunia memperkuat budaya dan kelembagaan siaga bencana yang antisipatif, responsif, dan adaptif menghadapi bencana, pendidikan aman bencana serta kelembagaan pemerintahan dan sosial yang sinergis.

Kedua, setiap negara berinvestasi dalam sains teknologi dan inovasi termasuk dalam menjamin akses pendanaan dan transfer teknologi. "Akses pendanaan isu penting yang harus ditangani serius," ujar Jokowi.

Ketiga, membangun infrastruktur yang tahan bencana dan tahan terhadap perubahan iklim, seperti dam, pemecah ombak, waduk dan tanggul, infrastruktur hijau, seperti hutan mangrove, cemara udang di pantai, dan vetiver untuk mencegah longsor serta pembangunan ruang terbuka hijau sebagai bagian dari prioritas pembangunan infrastruktur.

Keempat, dunia berkomitmen mengimplementasikan kesepakatan global di tingkat nasional sampai tingkat lokal. Kerangka Kerja Sendai, Kesepakatan Paris, dan SDG's merupakan persetujuan internasional yang penting dalam upaya pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim.

Deputi Sekjen PBB Amina Mohammed yang hadir di Bali dan memberikan sambutan menyampaikan apresiasi atas kesediaan Indonesia menjadi tuan rumah konferensi ini.

Menurut Amina, Indonesia adalah mitra penting yang mengajarkan banyak hal kepada dunia tentang pengurangan risiko bencana. "Kesediaan Indonesia menjadi tuan rumah acara ini menunjukkan kepemimpinan Indonesia di bidang pembangunan berkelanjutan dan aksi iklim," katanya.

Sementara itu Presiden Majelis Umum PBB Abdullah Shahid mengatakan antusias melihat Bali menjadi tuan rumah kegiatan berskala besar yang dihadiri secara fisik ini. "Ada sekitar 7.000 orang mendaftar dan hadir di acara ini," kata dia. "Ini menjadi bukti komitmen kuat dan upaya keras pemerintah Indonesia untuk memerangi Covid-19 dan pulih dari pandemi."

Dunia tengah menghadapi krisis iklim, degradasi lingkungan, dan urbanisasi yang tidak terencana. Dampaknya, memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir rob karena naiknya permukaan air laut, gelombang panas dan badai.

Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) yang digelar di Bali pada 23-28 Mei 2022 merupakan pertemuan multi-pemangku kepentingan terbesar untuk isu pengurangan risiko bencana yang diselenggarakan oleh PBB (UNDRR) setiap tiga tahun.

GPDRR 2022 di Bali merupakan yang kedua digelar di luar Jenewa dan pertama kali di Asia. Tema GPDRR 2022 adalah “From Risk to Resillience: Towards Sustainable Development for All in a Covid-19 Transformed World”.

Seperti disebut Shahid, ada 7.000 delegasi dari 185 negara hadir di acara ini, baik secara fisik maupun virtual. GPDRR 2022 juga dihadiri oleh Wakil Presiden Zambia, Deputi Perdana Menteri Bulgaria, dan 28 pejabat setingkat menteri.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Penggerak @Sustainableathome

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain