Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 26 Mei 2022

Apa Itu Perigee, Benarkah Jadi Penyebab Banjir Rob Semarang

BMKG menyebut fenomena perigee berpotensi menyebabkan banjir rob di pantai utara Jawa. Apa itu perigee?

Bulan penuh di atas lautan (Foto: Pixabay)

BANJIR rob Semarang tercatat paling parah karena tinggi muka air laut melampui tanggul pesisir sehingga daerah-daerah yang selama ini tak kena banjir ikut terendam. Menurut Kepala Pusat Meteorologi Maritim Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika Eko Prasetyo penyebab banjir rob Semarang adalah  fenomena perigee dan fase bulan purnama. Apa itu perigee?

Informasi soal perigee, kata Eko, sudah dirilis BMKG sejak 13 Mei 2022. "Berdasarkan analisis dan prediksi pasang surut, kondisi banjir pesisir ini dapat berlangsung hingga tanggal 25 Mei 2022 di sebagian utara Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur,” katanya dalam siaran pers, 23 Mei 2022.

Konstruksi Kayu

Menurut Direktur Observatorium Bosscha Premana W. Premadi, perigee adalah fenomena rutin yang terjadi setiap 28 hari sekali. “Perigee terjadi ketika posisi bulan paling dekat dengan bumi,” kata Premana ketika dihubungi pada 25 Mei 2022.

Lawannya adalah apogee, suatu keadaan ketika posisi bulan berada di titik paling jauh dari bumi. Apogee terjadi 14 hari setelah perigee. Posisi perigee dan apogee terjadi karena garis edar bulan berbentuk elips.

Perigee berpengaruh terhadap ketinggian muka air laut kaarena bulan dan bumi memiliki gaya gravitasi. Namun, ketika perigee terjadi pada saat matahari, bulan, dan bumi pada posisi segaris, pengaruhnya terhadap kenaikan muka air laut akan lebih besar.

Posisi bulan segaris matahari, membuat bumi berada di posisi yang istimewa. Posisi ini terjadi dua kali dalam satu kali bulan mengitari bumi. Ketika bumi berada di antara matahari dan bulan dalam posisi segaris, penduduk bumi bisa melihat bulan purnama  atau "bulan penuh". Ketika bulan berada di antara matahari dan bulan dalam posisi segaris, penduduk bumi melihat bulan sangat gelap sehingga disebut "bulan baru".  

Baik "bulan penuh" maupun "bulan baru" akan menciptakan gaya tarik-menarik yang menyebabkan kenaikan muka air laut atau yang lazim disebut spring tide. "Nah, ketika sedang dalam posisi perigee dan pada saat yang sama terjadi posisi segaris antara ketiga benda langit (matahari, bumi, dan bulan) ini, maka akan terjadi perigean-spring tide,” kata Premana.

Pada kondisi ini muka air laut akan lebih tinggi dari kondisi spring-tide. Tetapi, kata Premana, kondisi ini tidak selalu menimbulkan banjir rob. Kenaikannya sekitar 8-10 sentimeter saja, tidak sampai 1 meter lebih.

Selain itu, kata perempuan yang namanya diabadikan sebagai nama asteroid ini, kenaikan air laut akibat perigee bersifat sementara, tidak menetap. “Karena bumi dan bulan itu bergerak, jadi perigee tidak akan terjadi berhari-hari,” katanya.

Untuk kasus banjir rob di Semarang, kata Premana, kita perlu memperhatikan faktor-faktor lain seperti aktivitas bumi yang menyebabkan kenaikan muka air laut. “Karena bagian dalam bumi ini juga bergerak,” kata dia. Selain itu, kata dia, perlu diperhatikan ada tidaknya penurunan tanah.

Banjir rob Semarang terjadi pada 23 Mei 2022 dan masih terjadi hingga sekarang. Banjir ini diperparah dengan jebolnya tanggul yang menyebabkan ketinggian air di Pelabuhan Tanjung Emas saat ini masih mencapai 80 sentimeter.

Berdasarkan data Fourmilab, perigee terjadi pada 17 Mei 2022 lalu. Jarak bulan dan bumi saat itu adalah 360.297 kilometer. Bulan penuh terjadi pada 16 Mei 2022. Sehingga kemungkinan terjadinya perigean spring tide adalah pada pertengahan bulan Mei 2022.

Sementara bulan baru akan terjadi pada 30 Mei 2022. Data ini menguatkan penjelasan bahwa fenomena perigee dan bulan purnama bukan penyebab utama banjir rob Semarang.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain