BERLANGGANAN

 

Daftarkan email Anda dan bergabunglah bersama komunitas peduli lingkungan. Untuk bumi yang lestari.

 

 

Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 27 Mei 2022

FOLU Net Sink yang Sesuai dengan Pembangunan Berkelanjutan

FOLU net sink menjaga agar kerusakan lingkungan akibat pembangunan tak sampai pada level tak bisa dipulihkan. Bagaimana caranya?

Multiusaha kehutanan (Foto: Dodik Ridho Nurrochmat)

PEMBANGUNAN dan kerusakan lingkungan menjadi dua sisi mata uang. Keduanya tak bisa dipisahkan, keduanya saling meniadakan. Menggenjot pembangunan akan merusak alam. Melindungi lingkungan akan menekan pembangunan. Apa titik temunya? Indonesia merancang FOLU net sink.

Dengan Forest and Land Use (FOLU) net sink, pemerintah Indonesia hendak menurunkan emisi karbon sebagai bagian dari mitigasi krisis iklim. Namun, penurunan emisi acap tak sejalan dengan pembangunan karena emisi karbon adalah keluaran pembangunan. FOLU net sink hendak menyeimbangkan antara produksi emisi dengan penyerapannya sehingga emisi tak berubah menjadi gas rumah kaca penyebab krisis iklim.

Konstruksi Kayu

Dalam konsep pembangunan dikenal teori klasik Simon Kuznets yang tergambar dalam kurva genta. Kemajuan akan selalu memakan korban, yakni kerusakan lingkungan. Jalan tengah pembangunan berkelanjutan adalah menahan agar kerusakan lingkungan terjadi seminimal mungkin namun memberikan manfaat besar. Energi terbarukan, bisnis hijau, 

Karena itu, menurut guru besar Fakultas Kehutanan IPB Dodik Ridho Nurrochmat, mencapai FOLU net sink sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan perlu kolaborasi banyak pihak. Salah satunya akademisi.

Menurut Dodik, setidaknya ada tiga peran akademisi dalam pencapaian FOLU net sink. Pertama, menjaga arah pembangunan sesuai amanat konstitusi memakai prinsip keadilan, kemakmuran, dan keberlanjutan. Kedua, mengawal implementasi FOLU net sink agar sesuai dengan kaidah keilmuan. Ketiga, memastikan target FOLU net sink tercapai secara terukur dan dengan membangun optimisme.

Keadilan, kata Dodik, semestinya menjadi prinsip utama FOLU net sink. Kemiskinan, ketertinggalan, dan keterbelakangan hanya simptom dari ketidakadilan pemanfaatan sumber daya alam. "FOLU net sink harus bisa mengatasi persoalan ketidakadilan ini agar bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah,” ujar Dodik dalam webinar Pojok Iklim, 25 Mei 2022

Dodik setuju bahwa FOLU net sink tak meniadakan pembangunan. Ia menyebut pembangunan hijau atau green development sebagai titik temu mencapai kemakmuran lewat pembangunan dengan kerusakan lingkungan yang minimum. “Menurunkan emisi harus memiliki dampak bagi kemakmuran rakyat sehingga usaha FOLU net sink menjadi berkelanjutan dari segi lingkungan, sosial, maupun ekonomi” tambah Dodik.

Konsep ilmiah FOLU net sink, kata Dodik, adalah menjaga agar degradasi lingkungan akibat pembangunan yang menghasilkan emisi tidak mencapai level kerusakan yang tidak bisa dipulihkan. Artinya upaya FOLU net sink harus terus berada di jalur berkelanjutan yaitu di bawah daya tampung maksimal dan di atas daya dukung minimal. Dalam upaya menjaga FOLU net sink tetap di jalur tersebut, maka konsepnya harus sistematis.

Sistematika FOLU net sink meliputi keberlanjutan fungsi pokok kawasan hutan yang harus ada batas limit dan toleransinya. Kemudian eksistensi bio-fisik hutan meliputi definisi hutan (di atas batasan hutan) dan pola penanamannya (dalam batasan hutan). Rasionalitas sosial ekonomi FOLU net sink yang meliputi biaya dan manfaat mengelola hutan maupun mengkonversi hutan.

Evaluasi capaian target FOLU net sink dimulai dari sasaran menurunkan emisi sebesar 140 juta ton setara CO2 ­pada tahun 2030. Sasaran dari sisi teknis mungkin akan tercapai, kata Dodik, namun dari sisi finansial, yaitu pemenuhan anggaran sekitar Rp 200 triliun butuh kerja sama antar pelaku usaha. “Seharusnya kawasan hutan yang tidak produktif seluas 35 juta hektare bisa dihutankan kembali dan pada saat yang bersamaan itu mendulang profit dengan skema multiusaha kehutanan,” terang Dodik.

Harapannya dalam usaha FOLU net sink semua bisa terukur dengan menggunakan teknologi informasi. Dengan adanya teknologi informasi akan terbangun sistem yang saintifik. “Sehingga capainnya bisa terukur dengan dasar saintifik yang kuat,” tutup Dodik.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain