MENJELANG Hari Raya Idul Adha, wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan berkuku genap belum juga membaik. Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa ternak yang terpapar wabah PMK dengan gejala ringan seperti demam, dan lepuh pada mulut dan kuku, masih sah dijadikan hewan kurban. Amankah?
Menurut Ahli Kesehatan Masyarakat Veteriner dari IPB University, Denny Widaya Lukman, PMK tidak berbahaya bagi manusia. “Penyakit ini bukan disebabkan oleh virus yang bersifat zoonosis (menular dari hewan ke manusia), jadi tidak berbahaya bagi manusia,” kata Denny ketika dihubungi, Selasa pagi.
Denny menjelaskan bahwa andaikan daging terinfeksi PMK termakan manusia dalam keadaan setengah matang, seperti untuk steak, juga tidak berdampak bagi manusia. “Tubuh manusia tidak memiliki sel yang bisa menjadi reseptor virus penyebab PMK,” kata Denny yang juga menjelaskan ihwal penyakit mulut dan kuku dalam rapat Komisi Fatwa MUI, pada akhir Mei lalu.
Meski tidak berbahaya bagi manusia dan angka kematian hewan ternak akibat PMK kecil, dampak ekonomi yang ditimbulkan dari penyakit ini sangat besar sehingga harus secepatnya dikendalikan. “Dengan adanya kasus PMK, semua produk olahan berbahan sapi dari Indonesia dari mulai susu, daging, kornet, sudah tidak bisa diekspor lagi,” kata Denny.
Yang paling terdampak adalah peternak kecil yang kehidupan sehari-harinya bergantung pada margin penjualan sapi. Menurut Denny banyak petani merugi karena ada ketakutan akibat wabah PMK sehingga mereka menjual ternak pada harga berapa pun.
Tindakan cepat seperti isolasi, vaksinasi, bahkan pemusnahan hewan yang terpapar PMK merupakan upaya mencegah penyebaran virus PMK. “Virus ini sangat mudah menyebar.,” kata Denny. Virus ini menyebar dengan tiga cara, lewat kontak langsung, kontak tidak langsung dan melalui udara, karena sifatnya “airborne.”
Dalam Spillover: Animal Infections and the Next Human Pandemic, David Quammen menyebut virus PMK menyebar 30 kali lebih cepat jika menginfeksi babi. Hingga saat ini, belum ada laporan virus ini menyerang babi ternak. “Kalau sampai babi kena, bahaya sekali," kata Denny. "Babi itu amplifier, virusnya bisa berlipat-lipat banyaknya."
Virus ini bisa menyebabkan anak sapi mati. Tapi pada ternak ruminansia dewasa, kematian umumnya karena infeksi akibat lepuhan yang ditimbulkan virus. Virus ini juga tidak selalu memiliki gejala, seperti pada kambing dan domba. “Ada beberapa sapi potong yang termasuk kuat dan tidak memiliki gejala. STG, sapi tanpa gejala,” kata Denny.
Virus PMK sangat berbahaya jika menular ke sapi perah. Sebab, bisa menurunkan produksi susu hingga 80%. Pengobatan tidak berpengaruh banyak. Pada beberapa kasus, setelah dinyatakan sembuh, banyak sapi perah yang tidak bisa kembali mencapai produksi susu seperti sebelum terinfeksi, sehingga opsi terbaik bagi sapi perah adalah mencegahnya dari paparan infeksi.
Menurut Denny, PMK belum ada obatnya. Sehingga, pengobatan yang diberikan adalah terapi suportif yang mampu meningkatkan stamina ternak. Jika sudah ada lepuhan, kata dia, antibiotik adalah satu cara mencegah penyebarannya kain masif.
Seperti mencegah penyebaran Covid-19 pada manusia, untuk mencegah PMK menyebar kian luas ke hewan ternak harus ada protokol kesehatan sebelum dan sesudah kontak dengan ternak, lalu vaksinasi. Pada beberapa kasus, penerapan protokol kesehatan mampu mencegah hewan ternak terpapar virus ini.
Vaksinasi merupakan pencegahan terbaik. Vaksinasi bisa menggunakan sampel dari kawasan yang terkena wabah. Sebab, meskipun sama-sama terpapar virus serotype O, misalnya, karakteristik virus berbeda-beda di tiap wilayah.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia
Topik :