Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 17 Juni 2022

Nepal Akan Pindahkan Everest Base Camp

Pemanasan global mencapai Everest Base Camp. Gletser di ketinggian 5.364 mdpl ini mencair.

Seorang pendaki di Everest Base Camp yang gersang di bulan November 2019 (Foto: Dok. FD)

PEMANASAN global mencapai puncak tertinggi di bumi. Gletser atau bongkahan es raksasa di pegunungan Himalaya, Nepal, mulai mencair akibat kenaikan suhu. Kepada BBC, pemerintah Nepal sedang menimbang memindahkan Everest Base Camp ke lokasi lain yang lebih rendah 200-400 meter.

Everest Base Camp berada di gletser Khumbu di ketinggian 5.364 meter dari permukaan laut. Titik ini merupakan kaki Gunung Everest yang menjulang 8.848 mdpl. Para pendaki biasanya membuka tenda di sini sebelum mendaki ke pos pertama. Ada empat pos dari EBC sebelum sampai ke puncak tertinggi di muka bumi.

EBC merupakan titik terakhir yang bisa dijangkau pendaki amatir. Setelah pos ini, pendaki mesti memiliki izin khusus dan mesti memakai peralatan khusus, misalnya sepatu pemecah es, dan ada jalur-jalur yang memerlukan pemanjatan.

Suhu rata-rata di EBC -170 Celsius. Suhu terpanas biasanya pada Juli dan terdingin pertengahan Desember hingga Januari. Di sini air membeku dan harus dicampur minyak untuk keperluan sanitasi. Meski begitu, suhu mulai naik.

Domi Lama Sherpa dan Lhakpa Dorje Sherpa, dua pemandu pendaki Himalaya, bersaksi bahwa gletser-gletser di EBC kian berkurang menunjukkan batu-batu padas hitam gunung-gunung Himalaya. “Kata orang itu akibat perubahan iklim,” kata Domi, pada 2019.

Stasiun-stasiun pencatat suhu di Himalaya juga merekam kenaikan suhu di Everest. Gletser yang mencair membentuk danau atau mengalir menuju anak-anak sungai yang mengalir ke India, Cina, Tibet, Nepal. Everest menjadi pemasok 25% air untuk penduduk bumi.

Scott Watson, peneliti iklim Leeds University, Inggris, mengatakan kepada BBC bahwa gletser kehilangan 9,5 juta meter kubik air per tahun.

Setiap musim, sebanyak 1.500 orang mendatangi EBC. Setiap diperkirakan 4.000 liter air kencing terbuang di sekitar EBC. Untuk melayaninya, rumah-rumah penginapan membakar gas dan minyak untuk memasak dan menyalakan listrik. Pembakaran energi fosil menghasilkan panas yang menghangatkan Himalaya.

Para pendaki amatir biasanya menginap di hotel terakhir di Gorakshep, dua jam perjalanan dari EBC. Hanya pendaki yang hendak melanjutkan pendakian ke pos pertama yang membuka tenda di sini.

Kepada BBC, para pendaki mengatakan ceruk-ceruk di sekitar EBC muncul ketika mereka tidur di dalam tenda. Menurut peneliti, kemunculan ceruk antara dua tebing gunung menunjukkan es gletser yang menutupinya mencair. Lelehan air membuat EBC menjadi tidak stabil. 

Dengan segala fakta itu otoritas Nepal berencana memindahkan EBC ke titik lebih rendah pada 2024. Sebab, mereka harus berdiskusi dulu dengan pelbagai pihak, terutama masyarakat di sekitarnya. 

“Kami telah menilai aspek teknis dan lingkungan dari EBC,” kata Taranath Adhikari, Direktur Jenderal Departemen Turisme Nepal. “Tetapi sebelum memindahkannya kami harus berdiskusi dengan masyarakat setempat untuk menimbang aspek lain seperti budaya mereka.”

Baca liputan utama:

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain