SETELAH gelombang panas menerpa India dan Pakistan pada Maret dan mencapai puncaknya pada bulan Mei, kini gelombang panas juga membakar Eropa dan Amerika Serikat. Suhu beberapa kawasan di Spanyol dan Prancis, lebih tinggi 10°C dibandingkan suhu rata-rata sepanjang tahun.
Di Amerika Serikat, suhu di beberapa wilayah mencapai tiga digit Fahrenheit. Stasiun pemantauan cuaca memprediksi gelombang panas akan berlanjut ke sepanjang Pantai Teluk dan di dataran utara dan tengah. Pada beberapa daerah Amerika bahkan sudah mulai kekeringan.
Amerika Serikat bagian barat menghadapi tahun kering kedua dan ketiga di wilayahnya. US Drought Monitor menyebutkan bahwa kapasitas air di dua danau terbesarnya berada pada level terendah yaitu hanya 30%. Sementara itu negara bagian Nevada tengah ke Arizona barat laut menghadapi risiko kebakaran kritis. Sejumlah penduduk Amerika Serikat juga dilaporkan meninggal akibat gelombang panas.
Pusat Meteorologi Nasional (NCM) Saudi Arabia juga memberikan peringatan gelombang panas mulai hari Minggu, 19 Juni, dan akan berlanjut hingga 22 Juni 2022. NCM memperkirakan gelombang panas akan menyentuh 50C di beberapa wilayah negara itu.
Gelombang panas di Eropa tahun ini juga dimulai lebih awal, biasanya terjadi pada bulan Juli atau Agustus. Para ahli mengatakan perubahan iklim menjadi pemicu gelombang panas datang lebih cepat. Sejumlah studi terkait kemunculan panas ekstrem menunjukkan adanya peran perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
Suhu di Spanyol mencapai di 42,6C di kota Villarrobledo. Pemadam kebakaran berjibaku memadamkan api di lebih selusin titik kebakaran hutan dan lahan di delapan wilayah Spanyol. Di Leon, lebih dari 20.000 hektare lahan terbakar dan memaksa penduduk mengungsi.
Spanyol, seperti Portugal, menderita kekeringan. Institut Laut dan Atmosfer Portugal (IPMA) melaporkan Mei menjadi bulan terpanas sejak 1931 dan kekeringan parah mempengaruhi 97% wilayah tersebut.
Sementara Prancis mengalami Mei terpanas dan terkering dalam sejarah. Meteo-France melaporkan suhu mencapai 40C pada 16 Juni, suhu tertinggi Prancis di awal tahun. Chateaumeillant di Lembah Loire mencapai 37,1C atau 14C di atas normal. Suhu Toulouse 35,9C atau 11C di atas rata-rata.
Negara-negara lain di Eropa juga mengalami suhu di atas rata-rata. Panas juga meningkatkan kekeringan yang sudah terjadi sejak awal tahun.
Panas yang ekstrem bisa mematikan, terutama bagi kelompok rentan. Suhu malam minimum yang tinggi, ketika tubuh perlu pulih, bisa membuat stres. Penduduk kota rentan karena apa yang disebut efek pulau panas perkotaan (urban heat island effect) yang memperbesar dampak panas dibandingkan dengan perdesaan.
Penduduk dengan tingkat ekonomi yang rendah akan paling menderita, karena mereka bekerja di kebun, pabrik atau jalanan tanpa pelindung di tengah terik. Kelompok ini juga tidak memiliki kemewahan seperti pengatur suhu ruangan (AC) di rumah-rumah mereka.
Pendingin ruangan merupakan salah satu masalah besar: peningkatan penggunaan dan konsumsi energinya bisa menaikkan jumlah emisi gas rumah kaca.
Ada berbagai cara untuk menurunkan dampak panas seperti mengecat genteng/atap rumah menjadi putih untuk memantulkan sinar matahari, menumbuhkan tanaman rambat di dinding, menanam pepohonan, membangun kolam air untuk menurunkan panas. Adaptasi lainnya mengganti material yang digunakan untuk membangun rumah, infrastruktur maupun jaringan transportasi.
Di Spanyol, panas tinggi menyebabkan bayi burung-burung walet yang baru menetas mati. Hewan yang dilindungi ini berjatuhan dari sarang di celah-celah bangunan, karena tak sanggup menghadapi suhu panas yang berlipat akibat dari material bangunan kota.
Cara paling efektif menurunkan panas adalah mengurangi produksi gas rumah kaca untuk mencegah kekacauan iklim. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) memproyeksikan kenaikan suhu sebesar 1,5C akan meningkatkan frekuensi gelombang panas, musim hangat yang lebih panjang dan musim dingin yang lebih pendek.
Saat ini kenaikan suhu bumi sudah mencapai 1,2C dibanding masa praindustri 1800-1850. Jika kenaikan suhu global mencapai 2C, gelombang panas ekstrem akan lebih sering melampaui ambang batas toleransi kritis untuk pertanian dan kesehatan.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia
Topik :