SEBAGAI negara kepulauan terbesar, Indonesia memiliki sekitar 16.671 pulau bernama baik yang berukuran besar, kecil, atau sangat kecil. Lebih dari 14.000 di antaranya berukuran kecil, sekitar 2.000 km2 dan sebagian besarnya berukuran sangat kecil, dengan luas kurang dari 100 km2.
Pulau-pulau kecil memberikan manfaat secara tidak langsung bagi ekonomi biru Indonesia. Jika tidak ada pulau kecil, sumber daya ikan kemungkinan tidak bisa berkembang biak dengan baik. “Pulau-pulau kecil relatif memiliki tekanan yang rendah dari daratan, sehingga ekosistem pesisirnya cocok untuk berkembang biak ikan,” kata Dietriech G. Bangen, guru besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, 23 Juni 2022.
Masalahnya, meski tekanannya terhadap keberadaan pulau kecil rendah, dampak tekanan dari pulau besar bisa merembet ke pulau kecil secara ekologis. Misalnya, sampah dari daratan akan berakhir di pantai-pantai pulau kecil yang bisa merusak sabuk mangrove di sekelilingnya. Akibatnya, hutan di pulau kecil menjadi rusak.
Sedimentasi momok paling membahayakan ekosistem pesisir. Karena itu, kata Dietriech, perlu ada pengelolaan terpadu pesisir khususnya di pulau-pulau kecil agar eksistensinya terjaga.
Pengelolaan terpadu pesisir di pulau-pulau kecil dimulai dari adanya kombinasi kebijakan pengelolaan daratan dan lautan. Kebijakan pengelolaan daratan khususnya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) harus sesuai dengan fungsinya sehingga tidak mengganggu ekosistem pesisir.
Begitu juga dengan kebijakan lautan melalui Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) perlu menyesuaikan dengan peruntukan di daratan. “Harus terpadu sesuai fungsinya untuk menjaga ekosistem pesisir,” kata Dietriech.
Tak ada cara lain, pengelolaan pulau-pulau kecil harus sesuai dengan kaidah keberlanjutan. Dalam memanfaatkan daratan, kita bisa menggunakan konsep agroforestri yang lebih ramah terhadap tekanan lingkungan. Sementara untuk pengelolaan pesisir memakai konsep wanamina.
Dietriech menjelaskan pentingnya penggunaan konsep tersebut untuk keberlanjutan pulau-pulau kecil. Karena terisolasi, ketahanan pangan pulau kecil harus terjamin untuk penduduk yang mendiaminya. “Jika sudah seperti itu, pengembangan wisata bisa dilakukan untuk menopang ekonomi pulau-pulau kecil,” kata dia.
Selain sebagai sumber ekonomi, pulau-pulau kecil, terutama pulau kecil terluar, berperan penting dalam status geopolitik Indonesia. Sebagai batas teritorial Indonesia dengan negara lain, keberadaan pulau kecil terluar amat penting. Dari 111 pulau kecil terluar di perbatasan-perbatasan Indonesia, hanya 42 pulau yang berpenghuni.
Menurut Dietriech, peluang ekonomi dari sumber daya ikan di pulau kecil terluar sangat besar. Karena itu tekanan pada pulau terluar yang tidak berpenduduk adalah dieksploitasi negara lain melalui pencurian ikan dan pembalakan liar. Aktivitas tersebut berpotensi mendegradasi lingkungan pulau kecil sehingga mengganggu teritorial dan kedaulatan geopolitik Indonesia.
Dietrciech bahkan mengatakan masa depan Indonesia berada di pulau-pulau kecil, ketika tekanan lingkungan pada pulau besar tak bisa dihindarkan akibat pertumbuhan penduduk dan kebutuhan ekonomi. Karena itu kebijakan yang berpihak pada pemanfaatan pulau kecil yang berkelanjutan mesti jadi paradigma dalam regulasi arus utama.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University
Topik :