MESKI umur siapa yang tahu, pencemaran udara memangkas usia manusia lebih dari lima tahun, menurut Air Quality Life Indonesia. Zat yang terkandung di dalam polusi udara berupa partikulat atau gas bisa mengakibatkan penyakit jangka pendek maupun panjang.
Jenis polutan partikulat maupun gas biasanya berasal dari hasil pembakaran, baik kendaraan bermotor atau industri. Partikulat yang sering muncul dalam polutan meliputi PM2.5, PM10, total suspended particulate (<100 µ), dan coarse particulate (antara 2,5-10 µ). Sementara Gas yang sering muncul dalam polutan meliputi CO, NOx (NO, NO2), SO2, O3, VOC, hidrokarbon.
Sebagai gambaran, tebal sehelai rambut adalah 50-70 mikron. Maka partikulat dalam pencemaran udara sebesar rambut yang dibelah 20 kali.
Ana Turyanti, dosen pencemaran udara Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB University, jika manusia terpapar partikulat dalam jangka pendek, efeknya bisa batuk, bersin, serangan asma, bronkitis akut dan kronis.
Kalau sudah masuk ke sistem pernafasan, akan memperburuk sistem kardiovascular. “Dalam jangka panjang akan masuk ke area paru-paru bagian dalam, masuk ke peredaran darah, dan termasuk kanker paru-paru,” kata Ana
Partikulat yang terkenal mengganggu kesehatan manusia adalah PM2.5 dan PM10. PM2,5 yang terbentuk dari pembakaran bensin, minyak, bahan bakar lain, dan kayu. Komposisi PM2.5 terdiri dari campuran kompleks unsur karbon dan organik karbon, amonium, nitrat, sulfat, debu mineral, dan air. PM2.5 juga bisa mengandung zat-zat berbahaya, misalnya logam berat.
Komponen kandungan organik dari PM2.5 bisa menyebabkan kerusakan DNA dan menekan perbaikan DNA, selain itu juga mendorong replikasi fragmen DNA yang rusak sehingga memicu karsinogenesis atau proses pembentukan kanker.
Sementara PM10 yang berukuran lebih besar biasanya berasal dari bangkitan debu dari jalan raya yang dilewati kendaraan bermotor, juga dari sisa pembakaran bahan bakar baik industri maupun dari transportasi. Tambahan lain adalah sumber fugitive pembakaran sampah terbuka serta konstruksi di perkotaan.
"Peningkatan konsentrasi PMâ‚â‚€ sebesar 10 µg/m³ bisa meningkatkan resiko kematian sebesar 0,5%, sementara konsentrasi rata-rata harian 150 µg/m³ menaikkan risiko kematian sebesar 5%,” kata Ana.
Alasan tersebut yang menyebabkan pencemaran udara menjadi penyebab kematian dini atau memangkas usia seseorang dibandingkan dengan usia harapan hidup tanpa penyakit. "Karena kita tidak bisa mengontrol napas kita, yang perlu dikontrol adalah sumber polusi udaranya," kata Ana.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University
Topik :