GELOMBANG panas mulai menghempas India dan Pakistan pada Maret 2022. Hingga kini dua negara masih dilanda gelombang kenaikkan suhu permukaan bumi. Pada akhir Mei, gelombang panas juga meluas hingga ke Spanyol, Prancis, Saudi Arabia, dan Amerika Serikat. Kini gelombang panas menyentuh Jepang, Italia, hingga Swedia.
Penduduk Jepang seolah terpanggang setelah empat hari berturut-turut gelombang panas melanda negeri ini. Hawa Tokyo memecahkan rekor suhu terpanas untuk bulan Juni sejak pencatatan dimulai pada 1875. Pada Selasa, 28 Juni 2022, suhu ibu kota Jepang mencapai 35,10 Celcius pada pukul 01.00 waktu setempat.
Badan Meteorologi Jepang memperkirakan gelombang panas masih akan berlangsung dengan suhu tertinggi 36C untuk Tokyo pada hari Kamis dan 35C pada hari Jumat. Gelombang panas terjadi bersamaan dengan krisis listrik. Pejabat Jepang meminta penduduk menghemat listrik guna mencegah pemadaman.
Sejumlah penduduk Jepang dilaporkan membutuhkan bantuan medis. Kasus rawat inap juga naik. Sebab, banyak masyarakat menolak melepaskan masker di luar ruangan—kebiasaan setelah pandemi Covid-19 selama dua tahun, yang membuat panas terasa kian menyengat.
Kenaikan suhu di Jepang sudah dirasakan sejak Olimpiade Tokyo pada 2020. Rata-rata suhu saat pertandingan cabang olahraga di olimpiade ini 35C. Kondisi ini mengancam performa atlet sehingga pertandingan marathon dan bersepeda dipindahkan ke kota yang lebih sejuk, yaitu Hokkaido.
Jika dihitung sejak 1900, kenaikan suhu Jepang hingga kini naik sebesar 2,86C, tiga kali lipat rata-rata kenaikan suhu global.
Sementara itu otoritas kesehatan Italia memberikan peringatan untuk dua pertiga wilayah Italia yang terpapar gelombang panas di atas rata-rata. Provinsi paling utara Italia juga terpapar hujan dan badai.
Gelombang panas juga membuat angka kebakaran hutan di Italia naik tiga kali lipat dari rata-rata. Temperatur yang sangat tinggi dalam beberapa bulan terakhir dan berkurangnya curah hujan–turun hampir 50 persen dibandingkan tahun lalu–telah mengeringkan sebagian besar tanah, meningkatkan intensitas serta tingkat keparahan kebakaran hutan.
Penduduk Swedia merayakan midsummer terhangat tahun ini. Suhu di Swedia bagian selatan mencapai 30C, sementara di Swedia utara 20-25C pada Juni.
Badan kesehatan nasional Swedia mengingatkan masyarakat lebih banyak minum. Pemerintah memeringatkan suhu pada malam akan lebih panas dibanding siang.
Dampak gelombang panas ini sudah diprediksi oleh penelitian analisis global perubahan iklim di 520 kota pada 2019. Penelitian yang dipublikasian di jurnal PLOS One itu menyebutkan suhu kota-kota di garis lintang utara akan berubah ekstrem pada 2050.
Iklim Madrid pada 2050 akan lebih mirip dengan iklim di Marrakesh saat ini, London akan lebih mirip dengan Barcelona, ​​​​Stockholm sama dengan Budapest, Moskow terasa seperti Sofia, Tokyo akan seperti Changsa.
Sementara itu, kota-kota yang berlokasi di daerah tropis akan mengalami perubahan suhu yang lebih kecil ketimbang kota-kota di lintang utara. Namun curah hujan ekstrem, tingkat keparahan dan intensitas kekeringan akan lebih besar. Nasib kota-kota di khatulistiwa lebih tidak pasti lagi.
Penelitian itu menyebutkan bahwa 22% kota akan mengalami kondisi iklim baru, sebagian besar (64%) terletak di daerah tropis. Ini termasuk Manaus, Libreville, Kuala Lumpur, Jakarta, Rangoon, dan Singapura.
Di belahan bumi selatan yang tengah musim gugur juga terpapar gelombang panas di lautan. Kantor Meteorologi Laut Selandia Baru melaporkan suhu pantai di sekitar negeri kiwi tersebut lebih hangat sejak Mei dan masih terus berlanjut hingga Juli.
Kenaikan suhu ini mengancam populasi penguin kecil biru, hewan endemik Selandia Baru. Sepanjang Mei-Juni ratusan bangkai penguin kecil biru bisa ditemukan di pantai negeri itu. Peneliti menduga penguin-penguin itu mati akibat kelaparan, ditandai dengan hilangnya lapisan lemak pada perut mereka dalam pemeriksaan post-mortem.
Penguin kecil biru kehilangan makanan karena ikan-ikan kecil yang jadi mangsa mereka bermigrasi ke perairan yang lebih dingin seiring dengan pemanasan suhu muka air laut. Penelitian terbaru juga menyebutkan adanya pemutihan spons laut terbesar dunia. Kenaikan suhu air laut di wilayah ini mencapai titik kritis.
Para eksekutif Badan Meteorologi Dunia (WMO) juga sudah mengingatkan agar setiap negara membuat inisiatif peringatan dini dan resolusi adaptasi terhadap krisis iklim. Sekretaris Jenderal WMO menyatakan dalam lima tahun ke depan, seluruh penduduk bumi harus dilindungi oleh sistem peringatan dini untuk mencegah dampak buruk perubahan iklim.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia
Topik :