ADA pembangunan di alam, ada pembangunan berbasis alam. Keduanya berbeda, keduanya bertolak belakang. Membangun di alam adalah konsep pembangunan yang mengindahkan kepentingan lindungan. Membangun berbasis alam (nature based solutions) adalah konsep pembangunan yang selaras dengan perlindungan lingkungan.
Nature based solutions menekankan pada pembangunan yang mempertimbangkan ekosistem. "Ekosistem jadi pertimbangan utama dalam rekayasa pembangunan," kata Yus Ruslia Noor, Ketua Yayasan Lahan Basah Indonesia dalam webinar FOLU net sink oleh Forest Digest dan Yayasan Madani Berkelanjutan pekan lalu. "Karena itu konsep ini bersifat lokal karena kondisi ekosistem di tiap wilayah berbeda-beda."
Ada banyak contoh bahwa pembangunan yang terjadi belum melibatkan alam sebagai satu kesatuan ekosistem. Yus merujuk ke Demak, Jawa Tengah. Di pesisir pantai utara Jawa ini erosi pesisir menyebabkan hilangnya lahan seluas 2 kilometer persegi pada 2021 akibat alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak.
Akibatnya rob membelah kampung, menyapu infrastruktur. Lahan permukiman turun sehingga rob tidak bisa kembali ke laut membuatnya tergenang dalam waktu lama. “Kita membutuhkan suatu mekanisme alami yang menyerupai sistem perakaran mangrove," kata Yus.
Mekanisme alami itu mencakup penangkap sedimen, pembentukan jalur hijau, kemudian pemulihan tambak masyarakat. Intinya adalah mengembalikan jasa ekosistem mangrove sebagai pelindung pesisir yang merupakan bagian dari ketangguhan masyarakat pantai.
Pengalaman Yus dalam membangun perangkap sedimen menunjukkan bahwa mangrove di belakang perangkap bisa tumbuh baik secara alami. Tidak hanya alami, jenis mangrove akan menyesuaikan sendiri dengan lingkungannya. Usaha itu nantinya akan membentuk jalur hijau sebagai kawasan konservasi yang berguna untuk singgah burung-burung laut.
Keterlibatan masyarakat penting dalam pembangunan berbasis alam. Dalam melibatkan masyarakat itu membutuhkan pendekatan sistem ketimbang pendekatan teknis saja. “Artinya kita mengaitkan apa yang terjadi pada ekosistem dengan proses sosial, ekonomi, dan konstitusional yang akan diterapkan kepada lanskap yang lebih luas,” ujar Yus.
Jika usaha itu sudah dilakukan, masyarakat akan tergerak sendiri untuk terus menjaga mangrove bukan tergerak karena ada proyek saja. Hal ini dapat menjadi inspirasi dalam pencapaian target FOLU net sink khususnya serapan mangrove yang ancaman utamanya adalah konversi mangrove menjadi tambak. “Semoga konsep ini bisa diterapkan lebih luas oleh pemerintah sehingga FOLU net sink bisa terwujud,” tutup Yus.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University
Topik :