Kabar Baru| 21 Juli 2022
Ekspresi Warga Kota dalam Citayam Fashion Week
TIBA-TIBA anak-anak remaja dari kota-kota penyangga Jakarta membuat heboh Ibu Kota. Mulai 16 Juli 2022, mereka menggelar Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas, di Jalan Jenderal Sudirman, jalan utama Jakarta, yang kini bersalin rupa dengan kaki lima yang lebar dan taman-taman yang dipoles.
Bagi Anda yang mengikuti Tik Tok, kemunculan para remaja ini tak asing. Awalnya mereka yang nongkrong di sepanjang Jalan Sudirman—dari SCBD hingga bundaran Hotel Indonesia—muncul di Tik Tok karena diwawancarai pengguna media sosial terpopuler dari Tiongkok ini. Pewawancara bertanya soal gaya pakaian hingga gaya hidup para remaja yang “nyeleneh” ini. Dengan mimik malu-malu mereka mengungkapkan perasaan kepada remaja lain meski baru kali itu bertemu di Jalan Sudirman.
Kali lain ada anak muda yang tanpa malu-malu mengungkapkan harga baju, celana, tas, hingga topi yang ia pakai. Dari harganya jelas mereka bukan dari golongan Indra Kenz, selebgram yang selalu pamer outfit miliaran rupiah. Annisa Innalillahi wa Innalillahi Rojiun bahkan mengaku mendapat kemeja dari sumbangan sebagai korban banjir.
Dari dunia maya mereka muncul ke dunia nyata. Mereka merebut perhatian khalayak dengan menggelar Citayam Fashion Week. SCBD yang merupakan kependekan dari Sudirman Central Business Distrik atau pusat bisnis Sudirman diplesetkan menjadi Sudirman, Citayam, Bojonggede, Depok—asal kota para remaja ini.
Penamaan, nama-nama julukan, hingga gaya berpakaian anak-anak muda ini seperti oase dari okupasi media sosial Indonesia yang jadi arena pamer kekayaan. Anak-anak muda Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang ini muncul dengan gaya nyeleneh meski memakai pakaian yang tak mahal layaknya Indra Kenz—yang menyebut harga jam tangan Rp 1 miliar sebagai “murah banget”. Indra, pemuda asal Medan, kini ditahan polisi karena diduga menipu khalayak sebagai promotor aplikasi-aplikasi judi online berkedok investasi.
Kehadiran mereka di Jakarta juga menampar para pemimpin pemerintah di kota-kota asal mereka. Anak-anak muda Citayam harus mengamen untuk mendapat ongkos naik kereta agar bisa nongkrong di ruang-ruang publik Ibu Kota. Apakah Kabupaten Bogor tak menyediakan ruang publik untuk menampung ekspresi mereka? Bupati Bogor kini ditahan KPK karena diduga menyuap auditor BPK untuk mendapatkan status wajar tanpa pengecualian laporan keuangan kabupaten ini.
Selalu ada korelasi antara politik dengan lingkungan, dengan ekspresi sosial, dengan ekonomi. Jakarta sudah lama berbenah menjadi kota yang modern. Jalan-jalan diperbaiki dengan menambah ruang-ruang pejalan kaki. Kini ada kereta massal cepat (MRT) bawah tanah dan melayang yang tampilannya seperti kota-kota besar lain di dunia. Kereta komuter yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota penyangga kian meluas dan rapi.
Maka kemunculan anak-anak muda dalam Citayam Fashion Week hanya keniscayaan ketika negara menyediakan ruang publik untuk menampung ekspresi warga kota. Kota yang beradab adalah kota yang menyediakan diri menampung ruang-ruang ekspresi penduduknya. Kata ahli ekonomi Amartya Sen, puncak kesuksesan adalah ketika seseorang bisa bebas memilih. Anak-anak muda SCBD bebas memilih ekspresi mereka di ruang publik yang nyaman.
Ancaman aparatur hukum yang akan mengusir mereka dengan alasan pandemi, lambat laun menyusut, seiring dukungan publik yang meluas kepada apa yang dilakukan remaja SCBD. Gubernur Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bahkan mengajak tamu-tamunya dari bank-bank investasi Eropa menjajal catwalk penyeberangan jalan para remaja ini.
Ada yang membandingkan Citayam Fashion Week dengan Harajuku Fashion Week pada 1960-an, yang menandai kebangkitan industri mode Jepang. Harujuku adalah satu ruas jalan di Distrik Shibuya di Tokyo yang menampung ekspresi mode anak-anak muda Jepang setelah perang. Pertumbuhan ekonomi yang naik pada awal 1980-an menemukan sekutunya dalam Harajuku Style. Harajuku Style telah mengubah makna fashion street menjadi lebih berkelas.
Citayam Fashion Week mungkin masih jauh dari Harajuku Style yang telah menjadi subkultur sendiri dalam industri mode Jepang. Tapi, jika ekspresi itu ditambah ruang-ruangnya, bukan tidak mungkin Citayam Fashion Week akan menjadi lema baru bagi gaya anak muda perkotaan. Di Surabaya ada seorang yang meniru anak-anak SCBD ini melenggak-lenggok di zebra cross Jalan Tunjukan memakai baju karya desainer kota itu..
Apa yang dilakukan anak-anak SCBD ini sebetulnya adalah tuntutan tanpa berteriak akan kebutuhan lingkungan perkotaan yang nyaman. Robertus Robet, sosiolog Universitas Negeri Jakarta, mengutip istilah Richard Sennett yang memakai rumusan pembangunan kota oleh arsitek Italia zaman Renaissance, Sebastiano Serlio (1475-1554).
Menurut Sennett, kota yang beradab adalah “theatrum mundi”, teater dunia. Dalam teater, heteroglossia, kekacauan terjadi secara teratur dan mempesona. Apa yang seni, apa yang urban dalam arsitektur dan infrastruktur, menyatu dalam kehidupan kota sebagai ruang-ruang ekspresi. Kota, dengan begitu, tak hanya sebagai tempat tinggal dan berburu rente, sekaligus menjadi ruang tumbuhnya modal sosial dan kebudayaan. Konsep tata ruang kota yang menggabungkan polis (kota) dan oikos (ekologi, ekonomi) ini yang hilang akibat kota direduksi dalam “perencanaan kota” yang tertutup.
Sebaliknya, dalam konsep kota yang terbuka, rezim ruang dalam perencanaan kota menyusut. Dalam rezim ruang, kota disekat ke dalam wilayah-wilayah yang memisahkannya dari kehidupan genuine penduduknya. Mal, kompleks-kompleks permukiman, gedung-gedung pencakar langit menjauhkan kehidupan kota ke dalam wilayahnya yang tak bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Dengan memperbanyak ruang terbuka, sebuah kota punya kesempatan menjadi lebih beradab karena kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan kembali menyatu. Dalam kota yang beradab, penduduk kota tak terjebak dalam rutinitas kapitalisme yang menjerumuskan tiap orang seperti robot. Kita bisa melihat gairah itu dalam Citayam Fashion Week.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :