Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 25 Juli 2022

Pemuliaan Bibit Unggul untuk Mengatasi Hama Sengon

Hama penyakit sengon sedang melanda Indonesia. Perlu penanganan saintifik.

Hama dan penyakit sengon (Foto: Noor F. Haneda)

SENGON (Falcataria molucaana) merupakan jenis pohon yang sudah dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Pertumbuhannya yang cepat dan daya adaptasinya terhadap berbagai macam kondisi lingkungan menjadi beberapa alasan mengapa pohon banyak ditanam.

Saat ini kayu sengon menyuplai kebutuhan kayu nasional sebanyak 55,97% dengan harga kayu mencapai Rp 1,2 juta per m3. Tingginya nilai ekonomi membuat tanaman ini kian banyak ditanam di pelbagai jenis lahan. Namun, seiring dengan itu serangan hama penggerek batang dan penyakit karat puru yang membentuk tumor menjadi ancaman.

Konstruksi Kayu

Hama boktor yang menggerek batang menyebabkan penurunan kualitas kayu, sementara penyakit karat puru menyerang seluruh bagian pohon, dari mulai daun, ranting cabang hingga batang pohon. Kedua macam hama dan penyakit ini bisa menyerang secara bersamaan, sehingga tidak jarang banyak tegakan pohon sengon yang mati.

Hama boktor mulai dikenal masyarakat dan meluas pada tanaman sengon rakyat sejak tahun 1990-an. Sementara penyakit karat puru mulai melanda sejak tahun 2000. Seperti pandemi Covid-19, hampir semua pohon sengon terkena serangan hama dan penyakit ini tanpa kecuali, dan selama tiga dekade hingga saat ini belum ditemukan cara pengendalian yang efektif dan efisien.

Salah satu area Perum Perhutani untuk hutan kelas sengon, yaitu KPH Kediri di Jawa timur yang memberdayakan masyarakat sekitar hutan pun tidak luput dari serangan hama penyakit ini. Produktivitas kayu sengon pun jadi turun. Perum Perhutani berusaha mengganti sengon dengan mulai menanam balsa (Ochroma pyramidale).

Untuk membatu masyarakat mengendalikan hama penyakit tanaman sengon, seorang dosen IPB coba memberikan solusi. Melalui Program Pengabdian Dosen IPB Pulang Kampung di Desa Ngancar, Kecamatan Ngancar, memperkuat daya tahan sengon terhadap serangan hama penggerek. 

Program ini dimotori dosen Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB, Dr. Ulfah Juniarti Siregar, dan Bayu Winata. Saya menjadi anggota tim dengan menggandeng Dr. Dede J. Sudrajat, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta melibatkan seorang mahasiswa S3 pada Program Studi Silvikultur Tropika yang melakukan riset terkait ketahanan tanaman sengon terhadap hama boktor dan penyakit karat puru, Aditya Nugroho.

Selain Perum Perhutani KPH Kediri, dan BRIN, tim dosen ini juga mengikutsertakan Unit Pelaksana Teknis Perbenihan Tanaman Huta, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur untuk mensosialisasikan betapa pentingnya penggunaan benih/bibit unggul tersertifikasi hasil pemuliaan pohon. 

Memanfaatkan momentum pulang kampung di Kediri, tim Dosen IPB memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada kurang lebih 40 peserta, yang terdiri dari 20 anggota beberapa Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di bawah naungan RPH Pandantoyo, KPH Kediri, dan beberapa penyuluh serta pengada/pengedar benih terdaftar di bawah naungan UPTD Perbenihan Tanaman Hutan Jawa Timur. 

Untuk memudahkan pemahaman, kami membuat pelatihan berjudul “Dosen IPB Pulang Kampung 2022: Pelatihan Seleksi Pohon Plus serta Pengenalan Hama dan Penyakit pada Tanaman Sengon”. Pelatihan dilakukan selama dua hari, 14-15 Juni 2022, yang dihadiri oleh Kepala UPTD Perbenihan Tanaman Hutan Provinsi Jawa Timur, Kepala CDK Trenggalek, disaksikan oleh ADM KPH Kediri.

Hari pertama pelatihan merupakan penyampaian konsep dasar tentang pentingnya penggunaan benih bibit unggul tersertifikasi hasil pemuliaan pohon, pengenalan hama dan penyakit dalam kesehatan tanaman hutan dan pemilihan pohon plus, yang secara keseluruhan berguna untuk menjaga produktivitas hutan serta kelestarian lingkungan. Pada hari ke dua, dalam rangka meningkatkan pemahaman peserta, kami praktik penentuan pohon plus yang sehat dari hama dan penyakit di lapangan.

Dari diskusi dengan masyarakat, kami tahu bahwa mereka menanam sengon memakai bibit sendiri tanpa diseleksi. Ada juga yang membeli bibit dari pengada benih/bibit yang tidak terdaftar secara resmi. 

Benih/bibit tersertifikasi hanya diperoleh jika ada bantuan bibit dari Dinas Kehutanan. Prof. Ulfah Juniarti Siregar menunjukkan bahwa penggunaan bibit atau benih sengon yang tidak berkualitas menghasilkan hutan tanaman dengan tegakan yang sangat beragam pertumbuhannya dan rendah produktivitasnya. Saya menunjukkan betapa penggunaan bibit atau benih yang tidak unggul, menghasilkan tegakan yang rentan terhadap serangan hama penyakit. 

Penanganan pengendalian hama penyakit hutan tidak berbeda dengan penanganan wabah penyakit pada manusia, seperti Covid-19. Dalam pengendalian hama penyakit yang melanda dan meluas, seperti halnya hama boktor dan karat puru, partisipasi seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan, yaitu dengan menanam bibit unggul yang tahan hama dan penyakit tersebut secara meluas pula.

Penanaman dengan bibit yang tidak unggul akan rentan terhadap hama penyakit akan menyebabkan hama dan penyakit tersebut tetap berkembang biak pada populasi pohon yang ada, dan masalah hama penyakit tidak terpecahkan seperti selama ini.

Selepas kegiatan pelatihan para penyuluh di bawah naungan UPTD Perbenihan Tanaman Hutan Jawa Timur menyatakan bahwa pelatihan serupa sangat dibutuhkan oleh para penyuluh kehutanan serta para pengada/pengedar benih tersertifikasi.

Mereka juga berharap bahwa kegiatan serupa dapat melibatkan Pengelola Persemaian Permanen pada Badan Pengendali Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan di bawah KLHK. Mereka mengharapkan IPB terus mengampanyekan penggunaan benih/bibit sengin tersertifikasi untuk program rehabilitasi lahan dan hutan di Indonesia sekaligus mencegah hama dan penyakit sengon.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Guru besar perlindungan hutan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain