PEKAN lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menaikkan status cacar monyet sebagai darurat perhatian internasional. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan saat ini ada lebih dari 16 ribu kasus yang dilaporkan dari 75 negara. Ada lima kematian cacar monyet yang dilaporkan. Di Asia Tenggara, penyakit ini sudah ada di Singapura dan Filipina.
Menurut Wiku Adisasmito, juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, pemerintah tengah mempersiapkan komponen-komponen awal untuk deteksi cacar monyet. "Pemerintah telah menyiapkan dua laboratorium rujukan pemeriksa cacar monyet yaitu Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB dan Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. Srie Oemiyati BKPK," kata Wiku.
Pemerintah, kata dia, juga tengah mensosialisasikan bahaya penyakit ini. "Sosialisasi khususnya tentang bagaimana penyakit bisa menular, risiko-risiko yang dapat meningkatkan penularan, serta cara terhindar dari penyakit cacar monyet. Masyarakat juga diimbau untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat sebagai upaya perlindungan mandiri," kata Wiku dalam jumpa pers daring, selasa lalu.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Kesehatan Mohamad Syahril mengatakan protokol kesehatan adalah cara paling bagus untuk mencegah cacar monyet, mengingat karateristiknya hampir sama dengan Covid-19. '"Menerapkan protokol kesesehatn adalah kebutuhan wajib kita untuk menghindari penularan baik dari Covid-19 maupun penyakit infeksi lainnya termasuk cacar monyet dan hepatitis akut," katanya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan dalam siaran pers 27 Juli 2022 bahwa, "Cacar air baru menular jika gejalanya sudah terlihat." Tidak seperti Covid-19, penularan virus cacar monyet melalui sentuhan fisik dengan penderita. Virus ditularkan melalui cairan yang melepuh dari ruam atau bercak merah dari penderita. Gejala awal dimulai dari demam dan merasa kurang sehat.
Tapi baru diduga kuat sebagai penyakit cacar monyet setelah ada bercak merah. Bercak tersebut harus cepat diambil cairannya untuk pemeriksaan laboratorium dan diagnosa. Biasanya penyakit ini bisa sembuh dalam waktu dua hingga empat pekan.
Cacar monyet berasal dari Afrika Barat. Penyakit ini sudah ditemukan tahun 1958. Cacar monyet meluas ke seluruh dunia seiring transportasi dan lalu lintas manusia.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia
Topik :